Pelemahan Rupiah Untungkan PTBA
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) Milawarma mengungkapkan bahwa perseroan tidak terkena dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD), justru mendapatkan untung.
Itu terjadi karena PTBA sebagai produsen batu bara masih menggunakan mata uang lokal untuk biaya produksi. Di sisi lain, porsi ekspor perusahaan yang besar di tengah melambungnya USD. Hal ini memberikan keuntungan ganda ketika mata uang negara Paman Sam berjaya.
"Kita untung karena punya porsi ekspor yang besar. PTBA diuntungkan dua kali. Pertama, biaya produksi kita 85% dalam rupiah, sementara penerimaan 60%-65% dalam USD. Pelemahan rupiah positif bagi PTBA," ujarnya usai RUPS di Jakarta, Senin (30/3/2015).
Tahun ini, perseroan menargetkan porsi ekspor batu bara sekitar 40% dari penjualan dan sisanya atau 60% untuk pasar domestik. Jika target penjualan batu bara tahun ini 24 juta ton, maka alokasi untuk pasar ekspor sekitar 9,6 juta ton dan sisanya sebanyak 14,4 juta ton untuk pasar domestik.
Kendati demikian, dia menuturkan, harga batu bara saat ini dalam kondisi yang kurang baik akan terus dipantau oleh semua pemasok, sehingga persaingan dengan produsen batu bara dunia kian ketat.
"Proyeksi batu bara ke depan tentu akan dipantau pemasok kita adalah Australia, yang akan menentukan harga. Tapi posisi kita lebih strategis karena berada di tengah," jelas Milawarma.
Itu terjadi karena PTBA sebagai produsen batu bara masih menggunakan mata uang lokal untuk biaya produksi. Di sisi lain, porsi ekspor perusahaan yang besar di tengah melambungnya USD. Hal ini memberikan keuntungan ganda ketika mata uang negara Paman Sam berjaya.
"Kita untung karena punya porsi ekspor yang besar. PTBA diuntungkan dua kali. Pertama, biaya produksi kita 85% dalam rupiah, sementara penerimaan 60%-65% dalam USD. Pelemahan rupiah positif bagi PTBA," ujarnya usai RUPS di Jakarta, Senin (30/3/2015).
Tahun ini, perseroan menargetkan porsi ekspor batu bara sekitar 40% dari penjualan dan sisanya atau 60% untuk pasar domestik. Jika target penjualan batu bara tahun ini 24 juta ton, maka alokasi untuk pasar ekspor sekitar 9,6 juta ton dan sisanya sebanyak 14,4 juta ton untuk pasar domestik.
Kendati demikian, dia menuturkan, harga batu bara saat ini dalam kondisi yang kurang baik akan terus dipantau oleh semua pemasok, sehingga persaingan dengan produsen batu bara dunia kian ketat.
"Proyeksi batu bara ke depan tentu akan dipantau pemasok kita adalah Australia, yang akan menentukan harga. Tapi posisi kita lebih strategis karena berada di tengah," jelas Milawarma.
(rna)