BPS Catat Inflasi Maret 0,17%
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Maret 2015 Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,17% setelah sempat deflasi pada Januari dan Februari. Meski terjadi inflasi bulan ini, pada inflasi tahun kalendernya, BPS mencatat terjadi deflasi 0,44%.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, untuk inflasi sevara year on year (yoy) sebesar 6,38% dan inflasi komponen inti 0,29% serta inflasi inti secara yoy mencapai 5,04%
"Di Indonesia, pada Maret 2015 sebanyak 54 kota mengalami inflasi dan 28 deflasi. Di Sumatera 14 kota alami deflasi, 9 lainnya inflasi. Di Jawa, tiga yang deflasi. Sedangkan di luar Jawa dan Sumatera ada 11 yang deflasi," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Rabu (1/4/2015).
Dia menjelaskan, di Jawa deflasinya lebih sedikit. Sementara, di luar Sumatera dan Jawa banyak kota yang mengalami deflasi. Hal ini disebabkan adanya pengendalian harga yang sudah bagus.
"Pengendalian harga sudah tersebar di wilayah-wilayah karena banyaknya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)," kata Suryamin
Untuk inflasi tertinggi, terjadi di kota Monokwari, Irian Jaya sebesar 0,84%. Terendahnya di kota Padang, Sumatera Barat dan cilacap, Jawa Tengah sebesar 0,01%. Sedangkan deflasi tertinggi di Tanjung Pandan sebesar 1,97%.
Dalam kesempatan tersebut, dia menerangkan bahwa rata-rata bahan makanan menyumbang deflasi. Namun, pada komoditi beras, justru masih terjadi inflasi.
Meski demikian, pada bahan makanan, terjadi deflasi sebesar 0,73% karena terdorong beberapa komoditi yang mengalami panen raya, sehingga dapat menutupi inflasi pada beras.
"Untuk komoditi kita, bahan makanan terjadi deflasi sebesar 0,73 %. Tapi harga beras masih inflasi. Namun ini terdorong beberapa komoditi seperti ikan, daging ayam ras, telur ayam ras dan sayuran ini mulai musimnya bagus dan terjadi panen raya. Berasnya sendiri masih trjadi inflasi," terang Suryamin.
Pihaknya berharap, kondisi beras untuk ke depannya bisa membaik untuk mendukung adanya deflasi pada sektor bahan makanan. "Jadi, diharapkan beras ini bisa membaik ke depannya. Supaya yang deflasi bukan hanya yang disebut di atas, tapi beras juga alami deflasi," paparnya.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, untuk inflasi sevara year on year (yoy) sebesar 6,38% dan inflasi komponen inti 0,29% serta inflasi inti secara yoy mencapai 5,04%
"Di Indonesia, pada Maret 2015 sebanyak 54 kota mengalami inflasi dan 28 deflasi. Di Sumatera 14 kota alami deflasi, 9 lainnya inflasi. Di Jawa, tiga yang deflasi. Sedangkan di luar Jawa dan Sumatera ada 11 yang deflasi," ujar dia di Kantor BPS, Jakarta Pusat, Rabu (1/4/2015).
Dia menjelaskan, di Jawa deflasinya lebih sedikit. Sementara, di luar Sumatera dan Jawa banyak kota yang mengalami deflasi. Hal ini disebabkan adanya pengendalian harga yang sudah bagus.
"Pengendalian harga sudah tersebar di wilayah-wilayah karena banyaknya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)," kata Suryamin
Untuk inflasi tertinggi, terjadi di kota Monokwari, Irian Jaya sebesar 0,84%. Terendahnya di kota Padang, Sumatera Barat dan cilacap, Jawa Tengah sebesar 0,01%. Sedangkan deflasi tertinggi di Tanjung Pandan sebesar 1,97%.
Dalam kesempatan tersebut, dia menerangkan bahwa rata-rata bahan makanan menyumbang deflasi. Namun, pada komoditi beras, justru masih terjadi inflasi.
Meski demikian, pada bahan makanan, terjadi deflasi sebesar 0,73% karena terdorong beberapa komoditi yang mengalami panen raya, sehingga dapat menutupi inflasi pada beras.
"Untuk komoditi kita, bahan makanan terjadi deflasi sebesar 0,73 %. Tapi harga beras masih inflasi. Namun ini terdorong beberapa komoditi seperti ikan, daging ayam ras, telur ayam ras dan sayuran ini mulai musimnya bagus dan terjadi panen raya. Berasnya sendiri masih trjadi inflasi," terang Suryamin.
Pihaknya berharap, kondisi beras untuk ke depannya bisa membaik untuk mendukung adanya deflasi pada sektor bahan makanan. "Jadi, diharapkan beras ini bisa membaik ke depannya. Supaya yang deflasi bukan hanya yang disebut di atas, tapi beras juga alami deflasi," paparnya.
(izz)