Pakai Rumus Kuno Bikin Harga Premium Jadi Mahal

Rabu, 01 April 2015 - 16:24 WIB
Pakai Rumus Kuno Bikin...
Pakai Rumus Kuno Bikin Harga Premium Jadi Mahal
A A A
JAKARTA - Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) Faisal Basri mengungkapkan, mahalnya harga BBM jenis premium di Indonesia lantaran proses penghitungannya menggunakan rumus kuno.

Dia menjelaskan, patokan alpha yang digunakan untuk menghitung harga premium pun berubah-ubah. Misalnya, untuk harga premium sebelum 1 Januari 2015 menggunakan rumus 3,32% dari MOPs ditambah Rp484 dan ditambah Gamma, sehingga mendapatkan angka alpha sebesar Rp728 per liter.

"Sementara mulai 1 Januari 2015 berubah lagi 3,92% di kali HIP, bukan MOPS ditambah Rp67, jadi nilainya Rp891 per liter," kata Faisal di kantornya, Jakarta, Rabu (1/4/2015).

Dia melanjutkan, harga premium pada 19 Januari 2015 memiliki alpha yang berbeda yaitu Rp1.195 per liter. "Rumusnya tetap 3,92% tapi ditambah Rp1.022, sebelumnya Rp672 sekarang ditambah Rp1.022, jadi totalnya Rp1195 per liter. Jadi ada tambahan stock of money Rp300-Rp350 per liter," terangnya.

Menurut Faisal, stock of money tersebut terjadi lantaran adanya SPBU yang mengalami kerugian karena membeli premium dengan harga mahal dan menjual dengan harga murah, saat harga premium turun kala itu.

"Kemudian 19 Februari beda lagi, 3,92% kali HIP ditambah Rp830, dan tidak stock of money lagi, karena harganya naik. Kalau harga naik kan dia untung. Biasa perusahaan mah kalau rugi bilang, kalau untung enggak bilang-bilang. jadi totalnya Rp1.011 per liter," tuturnya.

Sebab itu, lanjut Faisal, pihaknya meminta agar pemerintah dapat memperkokoh dan memantapkan formula penghitungan harga BBM ini agar lebih akuntabel.

"Konsekuensinya sekarang, harga premium pakai rumus ini akan mendekatkan ke harga pertamax. Pertanyaannya, pertamaxnya kemurahan atau premiumnya kemahalan. Kami berkeyakinan premiumnya kemahalan, karena rumusnya juga sudah kuno," tegas Faisal.

Pemerintah juga dituntut untuk melakukan transparansi mengenai penghitungan harga BBM tersebut. Terlebih, BBM jenis premium atau setara RON 98 sudah tidak dijual lagi di pasar, dan telah dilebur dengan RON 92.

"Supaya tidak semua pihak yang berkepentingannya berbeda itu sesuka hati menyampaikan versinya, maka harus ada versi yang mantap, tidak bisa seenak udelnya bicara," pungkas dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0703 seconds (0.1#10.140)