Sukardi Tolak Jabatan Komut BTN Dinilai Keputusan Berani
A
A
A
JAKARTA - Ekonom dari Megawati Institute Iman Sugema menilai wajar penolakan pengamat politik Sukardi Rinakit menjadi komisaris utama (komut) PT Bank Tabungan Negara (BTN) dan merupakan keputusan berani.
Menurut dia, komisaris adalah sosok yang idealis, sehingga tidak harus mengambil tugas tersebut jika tidak sesuai dengan kompetensinya.
"Itu wajar saja kalau Pak Kardi (Sukardi Rinakit) menolak. Beliau sosok yang menurut saya idealis. Jadi kalau beliau tidak merasa sreg atau sanggup, beliau akan mengatakan itu," ujarnya di Jakarta, Sabtu (4/4/2015).
Dia menjelaskan, jika seseorang tidak merasa nyaman dan tidak merasa punya kompetensi dalam bidang tertentu berhak untuk menolaknya. Bahkan, dia mengapresiasi kejujuran Sukardi yang mengaku tidak menyanggupi tugas yang diberikan BTN.
"Kita harus hargai itu. Karena itu keputusan yang berani menurut saya. Beliau menolak bukan karena tidak sanggup saya rasa, namun karena tidak nyaman berada di tugas yanhg bukan ranahnya, pungkas Iman.
Sekadar informasi, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) Sukardi Rinakit, yang dua pekan lalu ditunjuk sebagai komut BTN menyatakan tidak bersedia menjadi komut BTN.
Melalui pesan singkatnya (SMS) yang diterima The Finance, dia menyatakan tidak bersedia karena penunjukan tidak melalui persetujuan dirinya.
The Finance berpendapat, penolakan Sukardi sebagai komut BTN mengisyaratkan bahwa Kementerian BUMN gegabah menempatkan orang yang tidak bersedia.
Hal ini menunjukkan bahwa penunjukan komisaris di lingkungan BUMN masih syarat dengan politik balas budi. Namun di sisi lain, sikap Sukardi patut dihargai dan menjadi pelajaran agar penunjukan komisaris lebih baik, apalagi BTN sebagai perusahaan publik.
Menurut dia, komisaris adalah sosok yang idealis, sehingga tidak harus mengambil tugas tersebut jika tidak sesuai dengan kompetensinya.
"Itu wajar saja kalau Pak Kardi (Sukardi Rinakit) menolak. Beliau sosok yang menurut saya idealis. Jadi kalau beliau tidak merasa sreg atau sanggup, beliau akan mengatakan itu," ujarnya di Jakarta, Sabtu (4/4/2015).
Dia menjelaskan, jika seseorang tidak merasa nyaman dan tidak merasa punya kompetensi dalam bidang tertentu berhak untuk menolaknya. Bahkan, dia mengapresiasi kejujuran Sukardi yang mengaku tidak menyanggupi tugas yang diberikan BTN.
"Kita harus hargai itu. Karena itu keputusan yang berani menurut saya. Beliau menolak bukan karena tidak sanggup saya rasa, namun karena tidak nyaman berada di tugas yanhg bukan ranahnya, pungkas Iman.
Sekadar informasi, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) Sukardi Rinakit, yang dua pekan lalu ditunjuk sebagai komut BTN menyatakan tidak bersedia menjadi komut BTN.
Melalui pesan singkatnya (SMS) yang diterima The Finance, dia menyatakan tidak bersedia karena penunjukan tidak melalui persetujuan dirinya.
The Finance berpendapat, penolakan Sukardi sebagai komut BTN mengisyaratkan bahwa Kementerian BUMN gegabah menempatkan orang yang tidak bersedia.
Hal ini menunjukkan bahwa penunjukan komisaris di lingkungan BUMN masih syarat dengan politik balas budi. Namun di sisi lain, sikap Sukardi patut dihargai dan menjadi pelajaran agar penunjukan komisaris lebih baik, apalagi BTN sebagai perusahaan publik.
(rna)