Investor Australia Tertarik Peternakan Sapi
A
A
A
BONE - Beberapa investor lokal di Australia tertarik untuk membangun peternakan sapi di Indonesia. Kementerian Pertanian pun mengaku siap mendukung para investor ini, terutama dalam perizinan usaha.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, mereka ini investor lokal yang memiliki lahan peternakan sapi seluas 1 juta hektare di Australia. ”Ada tujuh orang,” kata dia saat kunjungan kerja di Kota Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, akhir pekan lalu.
Amran menceritakan, awal pertemuan terjadi saat investor ini mengajukan izin ekspor sapi dari Australia ke Indonesia. Kemudian, dia pun bertanya perihal kepemilikan sapi-sapi siap ekspor tersebut yang ternyata dimiliki orang Indonesia. ”Saya tanya, kenapa tidak investasi di Indonesia?” ucap bos Tiran Group itu.
Menurut dia, Indonesia juga memiliki titik-titik daerah yang memiliki iklim yang cocok untuk beternak sapi. Kementan saat ini memiliki program pengembangan ternak sapi yang difokuskan di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, dan Jawa Timur.
Lebih lanjut Amran mengatakan, alasan investor ini lebih memilih berinvestasi di Australia ketimbang Indonesia adalah masalah perizinan. Dia pun menjanjikan akan memberikan kemudahan perizinan di instansi yang ia pimpin. ”Kalau ada (pegawai Kementan) yang pungli, kami cabut (pecat) di depan bapak,” kisahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Sulsel siap menjadi daerah percontohan peternakan sapi di Indonesia. Saat ini produksi sapi di Sulsel mencapai 1,2 juta ekor per tahun. ”Target kita sampai 2018 adalah 2 juta ekor,” ucapnya.
Untuk itu, Syahrul mengatakan, pihaknya akan menggenjot produksi sapi melalui inseminasi buatan dan embrio transfer, terutama bibit kembar. Demi meningkatkan kualitas sapi, Kementan pun menjanjikan memberikan bantuan 200 ekor sapi induk jenis brahman dan limousin. Selain itu, Syahrul juga meminta kepada pemerintah pusat untuk membangun rumah potong hewan (RPH) modern di Sulsel.
Keberadaan RPH ini penting agar Sulsel bisa meningkatkan nilai tambah saat mengirimkan sapi ke daerah-daerah luar Sulsel. ”Jadi (sapi) yang dikirim bukan lagi ekor, tapi daging,” pungkasnya.
Rahmat fiansyah
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, mereka ini investor lokal yang memiliki lahan peternakan sapi seluas 1 juta hektare di Australia. ”Ada tujuh orang,” kata dia saat kunjungan kerja di Kota Watampone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, akhir pekan lalu.
Amran menceritakan, awal pertemuan terjadi saat investor ini mengajukan izin ekspor sapi dari Australia ke Indonesia. Kemudian, dia pun bertanya perihal kepemilikan sapi-sapi siap ekspor tersebut yang ternyata dimiliki orang Indonesia. ”Saya tanya, kenapa tidak investasi di Indonesia?” ucap bos Tiran Group itu.
Menurut dia, Indonesia juga memiliki titik-titik daerah yang memiliki iklim yang cocok untuk beternak sapi. Kementan saat ini memiliki program pengembangan ternak sapi yang difokuskan di Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, dan Jawa Timur.
Lebih lanjut Amran mengatakan, alasan investor ini lebih memilih berinvestasi di Australia ketimbang Indonesia adalah masalah perizinan. Dia pun menjanjikan akan memberikan kemudahan perizinan di instansi yang ia pimpin. ”Kalau ada (pegawai Kementan) yang pungli, kami cabut (pecat) di depan bapak,” kisahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo mengatakan, Sulsel siap menjadi daerah percontohan peternakan sapi di Indonesia. Saat ini produksi sapi di Sulsel mencapai 1,2 juta ekor per tahun. ”Target kita sampai 2018 adalah 2 juta ekor,” ucapnya.
Untuk itu, Syahrul mengatakan, pihaknya akan menggenjot produksi sapi melalui inseminasi buatan dan embrio transfer, terutama bibit kembar. Demi meningkatkan kualitas sapi, Kementan pun menjanjikan memberikan bantuan 200 ekor sapi induk jenis brahman dan limousin. Selain itu, Syahrul juga meminta kepada pemerintah pusat untuk membangun rumah potong hewan (RPH) modern di Sulsel.
Keberadaan RPH ini penting agar Sulsel bisa meningkatkan nilai tambah saat mengirimkan sapi ke daerah-daerah luar Sulsel. ”Jadi (sapi) yang dikirim bukan lagi ekor, tapi daging,” pungkasnya.
Rahmat fiansyah
(ftr)