Konsumen Beralih ke Pertamax
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menegaskan, penghapusan subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium secara bertahap membuat konsumen beralih ke BBM nonsubsidi jenis pertamax.
Menurut Vice President Fuel Marketing PT Pertamina Muhammad Iskandar, beralihnya konsumsi BBM premium ke jenis pertamax akibat disparitas harga antara premium dengan pertamax tak lagi lebar. Berdasarkan hasil monitoring harian Pertamina, konsumsi premium turun dari 84.000 kiloliter (KL) menjadi 77.000 KL. Sebagaimana diketahui, selisih harga BBM jenis premium dengan pertamax tak lagi melebar setelah harga premium dinaikkan dari sebelumnya Rp6.800 menjadi Rp7.400 di wilayah Jawa, Madura, Bali.
Sedangkan di luar wilayah tersebut, harga premium naik menjadi Rp7.300 per liter dari sebelumnya Rp6.700 per liter. Adapun, harga pertamax kini Rp8.600 per liter. ”Akibat tipisnya disparitas tersebut membuat konsumsi premium menjadi berkurang 7.000 KL per hari. Alhasil, konsumsi pertamax naik sebesar 5.000 KL. Sisanya, 2.000 KL dinikmati badan usaha lain seperti Shell dan Total,” kata Iskandar di Jakarta Senin (6/4).
Di samping itu, Pertamina bakal menghentikan impor BBM jenis solar dalam waktu dua bulan ke depan. Pertamina beralasan, selain premium, BBM bersubsidi ini juga mengalami penurunan akibat subsidi tetap. ”Solar subsidi sebelumnya 43.000 kl turun menjadi 37.000 kl per hari,” ungkap dia. Dia mengatakan, penghentian impor sementara jenis solar lantaran pihaknya beranggapan bahwa produksi minyak dalam negeri mencukupi memenuhi kebutuhan masyarakat.
Vice President Corporate Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, kebijakan pemerintah memberikan subsidi tetap telah berdampak pada menurunnya konsumsi BBM jenis solar sebesar 34.000 KL per hari. Alhasil, Pertamina akan mengurangi stok solar menjadi 17 hari dari sebelumnya 19 hari. ”Dengan adanya subsidi tetap, maka konsumsi solar turun. Memang sebelumnya lebih tinggi,” kata dia.
Nanang wijayanto
Menurut Vice President Fuel Marketing PT Pertamina Muhammad Iskandar, beralihnya konsumsi BBM premium ke jenis pertamax akibat disparitas harga antara premium dengan pertamax tak lagi lebar. Berdasarkan hasil monitoring harian Pertamina, konsumsi premium turun dari 84.000 kiloliter (KL) menjadi 77.000 KL. Sebagaimana diketahui, selisih harga BBM jenis premium dengan pertamax tak lagi melebar setelah harga premium dinaikkan dari sebelumnya Rp6.800 menjadi Rp7.400 di wilayah Jawa, Madura, Bali.
Sedangkan di luar wilayah tersebut, harga premium naik menjadi Rp7.300 per liter dari sebelumnya Rp6.700 per liter. Adapun, harga pertamax kini Rp8.600 per liter. ”Akibat tipisnya disparitas tersebut membuat konsumsi premium menjadi berkurang 7.000 KL per hari. Alhasil, konsumsi pertamax naik sebesar 5.000 KL. Sisanya, 2.000 KL dinikmati badan usaha lain seperti Shell dan Total,” kata Iskandar di Jakarta Senin (6/4).
Di samping itu, Pertamina bakal menghentikan impor BBM jenis solar dalam waktu dua bulan ke depan. Pertamina beralasan, selain premium, BBM bersubsidi ini juga mengalami penurunan akibat subsidi tetap. ”Solar subsidi sebelumnya 43.000 kl turun menjadi 37.000 kl per hari,” ungkap dia. Dia mengatakan, penghentian impor sementara jenis solar lantaran pihaknya beranggapan bahwa produksi minyak dalam negeri mencukupi memenuhi kebutuhan masyarakat.
Vice President Corporate Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, kebijakan pemerintah memberikan subsidi tetap telah berdampak pada menurunnya konsumsi BBM jenis solar sebesar 34.000 KL per hari. Alhasil, Pertamina akan mengurangi stok solar menjadi 17 hari dari sebelumnya 19 hari. ”Dengan adanya subsidi tetap, maka konsumsi solar turun. Memang sebelumnya lebih tinggi,” kata dia.
Nanang wijayanto
(ars)