Harga Bijih Besi Turun, Pendapatan Australia Melemah

Selasa, 14 April 2015 - 10:53 WIB
Harga Bijih Besi Turun, Pendapatan Australia Melemah
Harga Bijih Besi Turun, Pendapatan Australia Melemah
A A A
SYDNEY - Australia memperkirakan penurunan harga bijih besi mengurangi proyeksi pendapatan sebesar USD19 miliar dalam empat tahun mendatang. Menteri Keuangan Australia Joe Hockey mengungkapkan hal itu kemarin.

Dia menjelaskan, anggaran Mei tahun ini berdasarkan antisipasi harga bijih besi yang terus turun menjadi USD35 per ton. Bijih besi merupakan ekspor terbesar Australia. Bijih besi saat ini diperdagangkan USD47 per ton, turun dari USD120 per ton pada 2013. Penurunan harga bijih besi akibat melemahnya permintaan dari China. Proyeksi harga USD35 per ton itu lebih rendah dibandingkan proyeksi dari revisi anggaran Desember yang memperkirakan harga turun menjadi USD60 per ton.

“Kami memperkirakan harga terendah USD35 per ton,” kata Hockey pada Australian Financial Review (AFR ). Dia menjelaskan, setiap penurunan USD10 pada harga bijih besi akan mengurangi pendapatan Australia sebesar 2,5 miliar dolar Australia. Hockey akan merilis anggarannya pada 12 Mei mendatang. Hockey mengungkapkan, anggaran yang akan dirilis itu berisi langkah-langkah untuk kembali membukukan surplus.

Meski demikian, dia menolak mengatakan kapan surplus itu akan tercapai. Dia juga tidak dapat menjamin bahwa defisit tidak akan terus memburuk. Pemerintah Negeri Kanguru akan terus melakukan penghematan struktural, termasuk pemangkasan anggaran kesehatan dan kesejahteraan.

Melalui wawancara terpisah dengan ABC News Breakfast kemarin, Hockey menjelaskan, tidak diragukan lagi harga bijih besi memiliki dampak besar pada anggaran. Kendati demikian, dia mengungkapkan, pemerintah tidak akan menerapkan pajak baru untuk menutupi hilangnya pendapatan tersebut. Penurunan harga bijih besi itu terkait melemahnya permintaan dari China.

Selain itu, para produsen bijih besi di China juga terus bersaing dengan perusahaan-perusahaan tambang Australia. Pemerintah Australia berupaya mendorong perekonomian yang melemah akibat menurunnya kinerja sektor pertambangan. Awal bulan ini, Bank Sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) mempertahankan tingkat suku bunga sebesar 2,25% untuk bulan kedua berturut-turut.

Meski demikian, RBA menyatakan bahwa setelah rapat dewan bulanan bahwa bank sentral mempertahankan tingkat suku bunga tetap pada level saat ini untuk sementara waktu. Pada Februari RBA memangkas tingkat suku bunga sebesar 25 basis poin menuju rekor terendah 2,25%. Ini merupakan pemangkasan pertama dalam 18 bulan.

“Kebijakan dana murah selanjutnya mungkin diperlukan selama periode mendatang, untuk mempertahankan pertumbuhan permintaan secara berkelanjutan dan inflasi tetap sesuai target,” papar pernyataan RBA, dikutip kantor berita AFP. Australia mengalami tekanan dalam beberapa bulan terakhir akibat turunnya harga komoditas saat para investor bertaruh pada langkah Bank Sentral Amerika Serikat (Federal Reserve/Fed) yang akan menaikkan suku bunga, sehingga membuat nilai dolar AS naik.

Syarifudin
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1997 seconds (0.1#10.140)