Neraca Perdagangan Kembali Surplus

Kamis, 16 April 2015 - 08:56 WIB
Neraca Perdagangan Kembali...
Neraca Perdagangan Kembali Surplus
A A A
JAKARTA - Neraca perdagangan Maret 2015 mencatat surplus USD1,13 miliar atau sekitar Rp14,7 triliun (kurs Rp13.000 per dolar AS). Neraca perdagangan sebelumnya juga mencatat surplus, yaitu USD640 juta pada Januari dan USD660 juta pada Februari 2015.

”Dengan demikian, secara kumulatif, pada kuartal I/2015 (Januari-Maret), neraca perdagangan membukukan surplus USD2,43 miliar,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin di kantornya, Jakarta, kemarin. Suryamin mengatakan, surplus pada Maret 2015 dipicu oleh surplus perdagangan di sektor non-migas sebesar USD1,41 miliar, dari ekspor sebesar USD11,72 miliar dan impor USD10,31 miliar.

Sementara di sektor migas, terjadi defisit sebesar USD0,28 miliar, dari ekspor USD1,99 miliar, dan impor USD2,27 miliar. Dengan kata lain, total ekspor Indonesia pada Maret 2015 mencapai USD13,71 miliar, naik 12,63% dibanding ekspor Februari 2015 senilai USD12,17 miliar. Angka tersebut masih lebih rendah 9,75% jika dibandingkan ekspor Maret 2014 yang nilainya mencapai USD15,19 miliar.

”Ekspor tersendat (dibanding tahun lalu) karena saat ini harga komoditas belum bagus,” ujar Suryamin. Sementara, total impor Indonesia pada Maret 2015 tercatat sebesar USD12,58 miliar atau naik 9,29% dibanding impor Februari 2015 yang mencapai USD11,51 miliar. Meski begitu, angka ini masih lebih rendah 13,39% bila dibandingkan impor Maret 2014 yang mencapai USD14,52 miliar.

Dari sektor non-migas, Suryamin menyebutkan bahwa ada lima komoditas utama yang menyumbang nilai ekspor terbesar, yaitu bahan bakar mineral senilai USD1,70 miliar; lemak dan minyak nabati senilai USD1,58 miliar; mesin/peralatan listrik USD748 juta; perhiasan atau permata USD668 juta; serta kayu dan barang dari kayu USD396 juta. ”Lebih dari 20 komoditas, ekspornya meningkat cukup bagus,” tegasnya.

Lima komoditas non-migas yang paling banyak diimpor antara lain mesin dan peralatan mekanik senilai USD2,04 miliar; mesin dan peralatan listrik USD1,33 miliar; kendaraan bermotor dan komponennya USD550 juta; pupuk USD251 juta; serta kapal laut dan bangunan terapung senilai USD112 juta. Dari sektor migas, lanjut Suryamin, Indonesia mengekspor minyak mentah senilai USD773 juta; hasil minyak USD189 juta; dan gas USD1,03 miliar.

Indonesia juga mengimpor minyak mentah USD1,9 miliar; hasil minyak USD2,07 miliar, dan gas USD327 juta. Suryamin menambahkan, pada Maret 2015, secara keseluruhan neraca perdagangan Indonesia terhadap negaranegara ASEAN masih surplus sebesar USD158 juta, dari ekspor senilai USD2,39 miliar dan impor USD2,23 miliar. Dari seluruh negara-negara ASEAN, neraca perdagangan Indonesia hanya defisit dengan Thailand senilai USD373 juta.

Pada kesempatan yang sama Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmita Hadi Wibowo mengatakan, surplusnya neraca perdagangan selama tiga bulan terakhir memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kendati demikian, neraca perdagangan pada April diperkirakan defisit akibat pengaruh momen bulan puasa dan Lebaran.

”Tekanan impor di April. Barangimporakanmulaibanyak masuk untuk kebutuhan puasa dan Lebaran,” tutur dia. Sasmita mengatakan, selama dua tahun terakhir defisit terbesar terjadi pada April. Meskipun begitu, dia memperkirakan neraca perdagangan April tidak akan terlalu besar karena bisa dikompensasi oleh peningkatan nilai ekspor dalam jumlah besar.

”Jadi kemungkinan defisit kecil atau surplus kecil,” tuturnya. Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan, surplusnya neraca perdagangan dalam tiga bulan terakhir harus dijadikan momentum untuk melanjutkan tren positif tersebut. Tren ini juga seharusnya diimbangi dengan kondisi neraca pembayaran Indonesia di sektor jasa dan keuangan.

Terkait perkiraan meningkatnya impor menjelang puasa dan Lebaran yang jatuh pada kuartal II/2015, Enny berharap pemerintah melakukan diversifikasi negara tujuan ekspor demi menggenjot kinerja ekspor nasional. ”Acara Konferensi Asia Afrika juga bisa menjadi ajang untuk mempererat kerja sama ekonomi kita dengan negaranegara Afrika,” ujarnya.

Rahmat fiansyah
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0587 seconds (0.1#10.140)