Harga Gabah Masih Untungkan Petani
A
A
A
JAKARTA - Harga gabah di masa panen raya ini dinilai masih menguntungkan petani. Karena, harga rata-rata nasional masih di atas harga pembelian pemerintah (HPP) sebagaimana yang tertuang dalam Inpres Nomor Tahun 2015.
”Isu yang beredar bahwa Bulog tidak menyerap gabah petani adalah tidak benar. Bulog tidak mungkin membeli harga di atas HPP atau membeli gabah/ beras yang di bawah standar,” ujar Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir di Jakarta, kemarin. Kalau di beberapa daerah tertentu terdapat info bahwa ada harga gabah jatuh tetapi Bulog tidak membeli, yang terjadi adalah harga jatuh tersebut karena kualitas gabahnya di bawah standar, misalnya kadar airnya 30%.
”Jika demikian keadaannya, maka apa yang dilakukan oleh Bulog sudah on the track , sesuai Inpres yang ada,” lanjut Winarno. Masih berdasarkan laporan KTNA di seluruh Indonesia, harga gabah kali ini memang sangat bervariasi. Ada yang di bawah HPP karena kualitas di bawah standar, tapi rata-rata di atas HPP. Terjadi pula perbedaan harga antara beberapa kecamatan dalam satu kabupaten.
”Tetapi sekali lagi, kalau Bulog belum banyak penyerapannya, itu bukan salah Bulog, karena Bulog terikat pada inpres,” ujar Winarno. Penyebab bervariasinya harga karena memang tergantung kualitas gabah yang ada. Selain itu, karena musim panen kali ini tidak serentak. Sebenarnya kondisi seperti ini sangat menguntungkan petani. Karena panen yang tidak bersamaan, harga gabah bisa lebih tinggi.
Sependapat dengan Winarno, pengamat ekonomi pangan Khudori mengatakan bahwa tidak mungkin Bulog membeli di atas HPP. ”Yang memungkinkan adalah Bulog dapat membeli gabah di luar kualitas dengan tabel rafaksi di wilayah di mana Bulog mempunyai unit pengolahan gabah dan beras (UPGB) yang memadai,” sambung Khudori. Menurutnya, Inpres No 5 tahun 2015 sudah sangat detail dan eksplisit mengatur harga sesuai kualitas.
Sudarsono
”Isu yang beredar bahwa Bulog tidak menyerap gabah petani adalah tidak benar. Bulog tidak mungkin membeli harga di atas HPP atau membeli gabah/ beras yang di bawah standar,” ujar Ketua Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir di Jakarta, kemarin. Kalau di beberapa daerah tertentu terdapat info bahwa ada harga gabah jatuh tetapi Bulog tidak membeli, yang terjadi adalah harga jatuh tersebut karena kualitas gabahnya di bawah standar, misalnya kadar airnya 30%.
”Jika demikian keadaannya, maka apa yang dilakukan oleh Bulog sudah on the track , sesuai Inpres yang ada,” lanjut Winarno. Masih berdasarkan laporan KTNA di seluruh Indonesia, harga gabah kali ini memang sangat bervariasi. Ada yang di bawah HPP karena kualitas di bawah standar, tapi rata-rata di atas HPP. Terjadi pula perbedaan harga antara beberapa kecamatan dalam satu kabupaten.
”Tetapi sekali lagi, kalau Bulog belum banyak penyerapannya, itu bukan salah Bulog, karena Bulog terikat pada inpres,” ujar Winarno. Penyebab bervariasinya harga karena memang tergantung kualitas gabah yang ada. Selain itu, karena musim panen kali ini tidak serentak. Sebenarnya kondisi seperti ini sangat menguntungkan petani. Karena panen yang tidak bersamaan, harga gabah bisa lebih tinggi.
Sependapat dengan Winarno, pengamat ekonomi pangan Khudori mengatakan bahwa tidak mungkin Bulog membeli di atas HPP. ”Yang memungkinkan adalah Bulog dapat membeli gabah di luar kualitas dengan tabel rafaksi di wilayah di mana Bulog mempunyai unit pengolahan gabah dan beras (UPGB) yang memadai,” sambung Khudori. Menurutnya, Inpres No 5 tahun 2015 sudah sangat detail dan eksplisit mengatur harga sesuai kualitas.
Sudarsono
(bbg)