Industri Makanan Minuman Terus Tumbuh
A
A
A
SERANG - Industri makanan dan minuman diyakini akan terus berkembang seiring dengan tumbuhnya pasar kelas menengah di Tanah Air. Kondisi ini mendorong investor untuk masuk ke sektor makanan dan minuman.
Deputi Promosi dan Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Himawan Hariyoga mengatakan, industri makanan dan minuman merupakan bisnis yang sangat besar di Indonesia. Tahun lalu, sektor ini mencatat total realisasi investasi terbesar yakni Rp53,4 triliun (USD4,5 miliar, kurs Rp12.000 per dolar AS).
Nilai ini merupakan 11,5% dari total realisasi penanaman modal asing dan dalam negeri di tahun 2014 dan melebihi nilai realisasi di sektor pertambangan. ”Kami optimistis investasi di sektor ini akan terus tumbuh sejalan dengan pertumbuhan kelas menengah di Indonesia,” ujar dia saat peresmian pabrik PT Kanemory Food Service (KFS) di Serang, Banten, kemarin.
Dia menambahkan, dalam lima tahun terakhir BKPM telah merealisasikan USD32,8 miliar dari rencana investasi penanaman modal asing. Sedangkan, realisasi penanaman modal dalam negeri baru sekitar USD13,8 miliar dolar atau 42% yang sudah direalisasikan dalam rentang waktu tersebut.
Dia melanjutkan, Pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang kuat dalam menjaga investasi di Indonesia. Untuk itu, dia berharap produsen makanan siap saji seperti KFS tidak hanya memenuhi pasar domestik tetapi menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk ekspor.
KFS merupakan perusahaan patungan antara Kanematsu Corporation dengan Cimory Group serta PT Kanematsu Trading Indonesia (KTI) dengan komposisi saham masing-masing 49,1%, 40,1% dan 10%. KFS didirikan dengan modal awal Rp400 miliar dengan total investasi sebesar USD6 juta. CEO Cimory Group Bambang Sutantio mengatakan, meningkatnya populasi kelas menengah di Indonesia membuat perubahan pola makan dari yang tradisional menuju ke modern, yaitu food to enjoy.
Hal ini mendorong tumbuhnya convenience stores dan menjadi tren umum di seluruh dunia. ”Kami yakin usaha bersama ini akan menjadi sebuah bentuk kerja sama yang saling menguntungkan untuk menjawab kebutuhan pangan Indonesia yang berkualitas dan fleksibel,” ujarnya. Bambang menambahkan, kehadiran KFS dapat mendorong kesuksesan bisnis makanan di convenience store.
Dengan kenaikan drastis upah di Indonesia sejak lima tahun terakhir, persentase biaya tenaga kerja menjadi sangat tinggi apabila harus mengerjakan semuanya in storein store . President Director PT KFS Hideki Kobayashi mengatakan, tahun ini belum bisa menargetkan penjualan namun dalam tiga tahun ke depan akan mencapai USD8 juta per tahun. Selain itu, bahan baku yang digunakan dalam proses produksi akan dicari sumber-sumber lokal namun jika tidak tersedia akan diimpor. ”Ini masih 80% lokal,” jelasnya.
Oktiani endarwati
Deputi Promosi dan Investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Himawan Hariyoga mengatakan, industri makanan dan minuman merupakan bisnis yang sangat besar di Indonesia. Tahun lalu, sektor ini mencatat total realisasi investasi terbesar yakni Rp53,4 triliun (USD4,5 miliar, kurs Rp12.000 per dolar AS).
Nilai ini merupakan 11,5% dari total realisasi penanaman modal asing dan dalam negeri di tahun 2014 dan melebihi nilai realisasi di sektor pertambangan. ”Kami optimistis investasi di sektor ini akan terus tumbuh sejalan dengan pertumbuhan kelas menengah di Indonesia,” ujar dia saat peresmian pabrik PT Kanemory Food Service (KFS) di Serang, Banten, kemarin.
Dia menambahkan, dalam lima tahun terakhir BKPM telah merealisasikan USD32,8 miliar dari rencana investasi penanaman modal asing. Sedangkan, realisasi penanaman modal dalam negeri baru sekitar USD13,8 miliar dolar atau 42% yang sudah direalisasikan dalam rentang waktu tersebut.
Dia melanjutkan, Pemerintah Indonesia memiliki komitmen yang kuat dalam menjaga investasi di Indonesia. Untuk itu, dia berharap produsen makanan siap saji seperti KFS tidak hanya memenuhi pasar domestik tetapi menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk ekspor.
KFS merupakan perusahaan patungan antara Kanematsu Corporation dengan Cimory Group serta PT Kanematsu Trading Indonesia (KTI) dengan komposisi saham masing-masing 49,1%, 40,1% dan 10%. KFS didirikan dengan modal awal Rp400 miliar dengan total investasi sebesar USD6 juta. CEO Cimory Group Bambang Sutantio mengatakan, meningkatnya populasi kelas menengah di Indonesia membuat perubahan pola makan dari yang tradisional menuju ke modern, yaitu food to enjoy.
Hal ini mendorong tumbuhnya convenience stores dan menjadi tren umum di seluruh dunia. ”Kami yakin usaha bersama ini akan menjadi sebuah bentuk kerja sama yang saling menguntungkan untuk menjawab kebutuhan pangan Indonesia yang berkualitas dan fleksibel,” ujarnya. Bambang menambahkan, kehadiran KFS dapat mendorong kesuksesan bisnis makanan di convenience store.
Dengan kenaikan drastis upah di Indonesia sejak lima tahun terakhir, persentase biaya tenaga kerja menjadi sangat tinggi apabila harus mengerjakan semuanya in storein store . President Director PT KFS Hideki Kobayashi mengatakan, tahun ini belum bisa menargetkan penjualan namun dalam tiga tahun ke depan akan mencapai USD8 juta per tahun. Selain itu, bahan baku yang digunakan dalam proses produksi akan dicari sumber-sumber lokal namun jika tidak tersedia akan diimpor. ”Ini masih 80% lokal,” jelasnya.
Oktiani endarwati
(bbg)