Impor Diproyeksi Naik

Sabtu, 18 April 2015 - 10:44 WIB
Impor Diproyeksi Naik
Impor Diproyeksi Naik
A A A
JAKARTA - Setelah tiga bulan pertama 2015 mencatat surplus, pemerintah menyatakan bahwa neraca perdagangan ke depan bisa kembali defisit seiring meningkatnya impor untuk pembangunan infrastruktur.

”Pasti itu akan terjadi (kemungkinan defisit), kita kalau membangun infrastruktur memerlukan banyak impor barang modal. Begitu juga investasi asing, mereka membangun pabrik juga mengimpor barang modal. Itu akan menyumbang defisit,” kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil di Jakarta kemarin. Sofyan mengatakan, meski impor barang modal akan meningkat, dalam jangka panjang itu akan membantu mendorong kinerja perekonomian secara keseluruhan.

Dia menegaskan, pemerintah tidak mempermasalahkan impor dan defisit selama itu masuk kategori berkualitas karena digunakan untuk kepentingan produktif. ”Tidak ada masalah selama kualitas defisit itu bagus. Dulu current account deficit kita besar, karena impor untuk bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Sekarang misalnya, impor untuk membangun pembangkit listrik, awalnya itu menyumbang defisit, tapi setelah jadi, industri akan berkembang dan mendorong ekspor,” paparnya.

Namun, Sofyan mengakui bahwa tetap perlu ada upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor. Caranya adalah dengan meningkatkan kinerja sektor industri substitusi impor serta mendorong pemanfaatan tingkat komponen dalam negeri. ”Kita harus menciptakan teknologi untuk meningkatkan tingkat komponen dalam negeri. Itu perlu waktu, misalnya jika sekarang untuk membangun pembangkit listrik ada kewajiban komponen dalam negeri 40%, nanti itu bisa dinaikkan lagi. Jadi, tidak bisa tercapai dalam sekejap, yang penting jelas dan konsisten,” jelasnya.

Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2015 mengantongi surplus sebesar USD1,13 miliar yang dipicu oleh surplus non-migas sebesar USD1,41 miliar. ”Neraca perdagangan surplus USD1,13 miliar dipicu surplus non-migas sebesar USD1,41 miliar, sementara defisit migas sebesar USD279,2 juta,” ujar Kepala BPS Suryamin belum lama ini. Secara kumulatif, neraca perdagangan periode Januari- Maret 2015 mencatatkan surplus USD2,43 miliar.

Secara keseluruhan, neraca nonmigas mencatatkan kinerja surplus sebesar USD2,83 miliar, sementara defisit neraca migas kurang lebih sebesar USD400 juta. BPS mencatat, dari sisi impor, lima komoditas nonmigas yang paling banyak diimpor antara lain mesin dan peralatan mekanik senilai USD2,04 miliar; mesin dan peralatan listrik USD1,33 miliar; kendaraan bermotor dan komponennya USD550 juta; pupuk USD251 juta; serta kapal laut dan bangunan terapung senilai USD112 juta.

Deputi bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmita Hadi Wibowo mengatakan, surplusnya neracaperdagangan selama tiga bulan terakhir memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Kendati demikian, neraca perdagangan pada April diperkirakan defisit akibat pengaruh momen bulan puasa dan Lebaran.

”Tekanan impor di April. Barang impor akan mulai banyak masuk untuk kebutuhan puasa dan Lebaran,” kata dia. Sasmita mengatakan, selama dua tahun terakhir defisit terbesar terjadi pada April. Meski begitu, neraca perdagangan April tidak akan terlalu besar karena bisa dikompensasi oleh peningkatan nilai ekspor dalam jumlah besar. ”Jadi, kemungkinan defisit kecil atau surplus kecil,” pungkasnya.

Rahmat fiansyah/ant
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0817 seconds (0.1#10.140)