Bank Indonesia Dorong Ekspansi Kredit
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mendorong ekspansi kredit pada 2015. Pasalnya, berdasarkan pemantauan bank sentral pada kuartal I tahun ini, pertumbuhan kredit masih di bawah perkiraan.
Bahkan, beberapa indikator yang terkait dengan konsumsi dan investasi juga menunjukkan hal yang sama. Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah mengatakan, BI akan memberikan serangkaian kebijakan untuk menggenjot pertumbuhan kredit tahun ini seperti penggunaan surat utang negara (SUN) bagi perbankan.
”Nanti akan kita coba keluarkan, misalnya apakah nanti kita memberikan ruang kepada bank untuk menggunakan surat utang yang sekarang ini sedang banyak peminatnya,” ujar Halim di Jakarta kemarin. Menurut dia, cara tersebut dapat meningkatkan kemampuan kredit dan menambah biaya bagi perbankan. Meskipun pada kuartal I pertumbuhan kredit diprediksi melambat, BI akan mengupayakan pertumbuhan kredit sampai akhir tahun 2015 bisa meningkat sekitar 15-17%.
Demi mendukung pencapaian tersebut, Bank Indonesia akan segera mengomunikasikan kebijakan makroprudensial yang lebih akomodatif. Komunikasi tersebut antara lain melalui perluasan cakupan definisi simpanan dengan memasukkan surat-surat berharga yang diterbitkan bank dalam perhitungan loan to deposit ratio (LDR) dalam kebijakan giro wajib minimum atau GWMLDR.
Kemudian, pemberian insentif berupa pelonggaran batas atas LDR bagi bank yang telah memenuhi kewajiban penyaluran kredit ke UMKM secara lebih awal. Perlu diketahui, pada Februari 2015 kredit yang disalurkan oleh bank mencapai Rp3.699,5 triliun, tumbuh 12,0% (yoy) dibandingkan kredit pada Januari 2015 yang sebesar 11,4%. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengungkapkan, pertumbuhan kredit bersumber dari jenis penggunaan modal kerja (KMK).
Penyaluran KMK pada Februari 2015 tercatat sebesar Rp1.740,4 triliun atau tumbuh 12,0% (yoy), lebih tinggi dibanding Januari 2015 (10,5%). Sementara secara sektoral, akselerasi pertumbuhan KMK terutama terjadi pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. ”Kredit yang disalurkan kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada Februari 2015 mencapai Rp662,7 triliun, tumbuh 9,6% (yoy), melambat dibandingkan Januari 2015 (9,8%),” papar dia.
Penyaluran kredit sektor properti pada Februari 2015 mencapai Rp551,2 triliun atau tumbuh 16,9% (yoy), lebih tinggi dibanding Januari 2015 (16,8%). Di sisi lain, pada Maret 2015 secara rata-rata rupiah melemah 2,37% ke level Rp13.066 per dolar AS. Secara point to point, rupiah terdepresiasi 1,14% dan ditutup di level Rp13.074 per dolar AS.
Tirta mengatakan, tekanan terhadap rupiah mereda dan mengalami apresiasi sejak pertengahan bulan Maret pascapertemuan FOMC dengan pernyataannya yang cenderung dovish serta upaya stabilisasi nilai tukar rupiah yang dilakukan Bank Indonesia. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menuturkan, keputusan rapat dewan gubernur pada 14 April lalu untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50% menunjukkan bahwa BI akan tetap menjaga sasaran inflasi dan tingkat defisit transaksi berjalan.
”Hal ini sedikit banyak memberi tambahan sentimen positif di pasar,” ujarnya. Bank Indonesia juga akan terus memonitor setiap dinamika yang terjadi dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Kunthi fahmar sandy
Bahkan, beberapa indikator yang terkait dengan konsumsi dan investasi juga menunjukkan hal yang sama. Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah mengatakan, BI akan memberikan serangkaian kebijakan untuk menggenjot pertumbuhan kredit tahun ini seperti penggunaan surat utang negara (SUN) bagi perbankan.
”Nanti akan kita coba keluarkan, misalnya apakah nanti kita memberikan ruang kepada bank untuk menggunakan surat utang yang sekarang ini sedang banyak peminatnya,” ujar Halim di Jakarta kemarin. Menurut dia, cara tersebut dapat meningkatkan kemampuan kredit dan menambah biaya bagi perbankan. Meskipun pada kuartal I pertumbuhan kredit diprediksi melambat, BI akan mengupayakan pertumbuhan kredit sampai akhir tahun 2015 bisa meningkat sekitar 15-17%.
Demi mendukung pencapaian tersebut, Bank Indonesia akan segera mengomunikasikan kebijakan makroprudensial yang lebih akomodatif. Komunikasi tersebut antara lain melalui perluasan cakupan definisi simpanan dengan memasukkan surat-surat berharga yang diterbitkan bank dalam perhitungan loan to deposit ratio (LDR) dalam kebijakan giro wajib minimum atau GWMLDR.
Kemudian, pemberian insentif berupa pelonggaran batas atas LDR bagi bank yang telah memenuhi kewajiban penyaluran kredit ke UMKM secara lebih awal. Perlu diketahui, pada Februari 2015 kredit yang disalurkan oleh bank mencapai Rp3.699,5 triliun, tumbuh 12,0% (yoy) dibandingkan kredit pada Januari 2015 yang sebesar 11,4%. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengungkapkan, pertumbuhan kredit bersumber dari jenis penggunaan modal kerja (KMK).
Penyaluran KMK pada Februari 2015 tercatat sebesar Rp1.740,4 triliun atau tumbuh 12,0% (yoy), lebih tinggi dibanding Januari 2015 (10,5%). Sementara secara sektoral, akselerasi pertumbuhan KMK terutama terjadi pada sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. ”Kredit yang disalurkan kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) pada Februari 2015 mencapai Rp662,7 triliun, tumbuh 9,6% (yoy), melambat dibandingkan Januari 2015 (9,8%),” papar dia.
Penyaluran kredit sektor properti pada Februari 2015 mencapai Rp551,2 triliun atau tumbuh 16,9% (yoy), lebih tinggi dibanding Januari 2015 (16,8%). Di sisi lain, pada Maret 2015 secara rata-rata rupiah melemah 2,37% ke level Rp13.066 per dolar AS. Secara point to point, rupiah terdepresiasi 1,14% dan ditutup di level Rp13.074 per dolar AS.
Tirta mengatakan, tekanan terhadap rupiah mereda dan mengalami apresiasi sejak pertengahan bulan Maret pascapertemuan FOMC dengan pernyataannya yang cenderung dovish serta upaya stabilisasi nilai tukar rupiah yang dilakukan Bank Indonesia. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menuturkan, keputusan rapat dewan gubernur pada 14 April lalu untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50% menunjukkan bahwa BI akan tetap menjaga sasaran inflasi dan tingkat defisit transaksi berjalan.
”Hal ini sedikit banyak memberi tambahan sentimen positif di pasar,” ujarnya. Bank Indonesia juga akan terus memonitor setiap dinamika yang terjadi dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Kunthi fahmar sandy
(bbg)