Pertumbuhan Kredit Bank Bisa di Level 16%
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir 2015 diproyeksikan positif. Sinyal peningkatan perekonomian nasional diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit bank di level 16% pada akhir tahun ini.
Chief Economist Global Market PermataBank, Josua Pardede menilai kondisi ekonomi tahun ini akan lebih baik dibanding 2014. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai kisaran 5,0%-5,3% dari 5,0% pada 2014, di tengah ketidakpastian ekonomi global.
"Meski pertumbuhan kuartal pertama melambat, namun pertumbuhan sepanjang 2015 bisa di kisaran 5,0%-5,3%. Belanja pemerintah cukup besar, meski sangat tergantung realisasi penyerapannya," ujar Josua dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (22/4/2015).
Menurutnya, perbaikan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 akan didorong oleh sisi pengeluaran investasi dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh lebih baik. Peningkatan investasi khususnya didorong oleh belanja pemerintah untuk kegiatan pembangunan infrastruktur. "Di samping itu, membaiknya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh ekspektasi turunnya laju inflasi seiring turunnya harga BBM dan harga-harga yang diatur pemerintah," paparnya.
Dia menilai faktor positif lainnya yang mendorong kredit bank ialah kebijakan Bank Indonesia dalam makroprudensial. Khususnya dalam perluasan cakupan definisi simpanan dengan memasukkan surat-surat berharga yang diterbitkan bank dalam perhitungan rasio kredit terhadap simpanan atau LDR dalam kebijakan Giro Wajib Minimum atau GWM-LDR.
Kebijakan ini mewajibkan bank menyetorkan sejumlah minimum dana atas besaran dana pihak ketiga bank atau DPK. Hal tersebut diperkirakan akan berdampak positif terhadap membaiknya kondisi likuiditas yang selanjutnya mendorong penyaluran kredit perbankan. "Sedangkan faktor yang diperkirakan menghambat laju pertumbuhan kredit adalah tingginya suku bunga dan risiko penyaluran kredit," ujarnya.
Josua memandang prioritas utama atau tren perbankan dalam penyaluran kredit baru bertumpu kepada beberapa sektor. Seperti sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri pengolahan dan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi. Meskipun sektor tersier dinilai juga akan berkembang, seperti industri jasa-jasa, transportasi dan pergudangan, telekomunikasi, dan jasa keuangan.
"Sektor tersier diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Sedangkan manufaktur yang berkontribusi sekitar 20% dari perekonomian. Hal ini diperkirakan masih akan stagnan pada tahun ini," tambahnya.
Namun demikian, optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi didasarkan pada kebijakan ekonomi pemerintahan baru dalam memperlebar ruang fiskal sehingga mampu memberikan stimulus yang nyata bagi pembangunan sektor riil seperti penguatan sektor hulu serta pembangunan dan perbaikan infrastruktur untuk mendukung hilirisasi industri.
"Investasi juga cenderung meningkat apalagi jika janji kampanye Presiden Joko Widodo direalisasikan dan kestabilan politik, serta hukum dapat ditegakkan," ujarnya.
Chief Economist Global Market PermataBank, Josua Pardede menilai kondisi ekonomi tahun ini akan lebih baik dibanding 2014. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 diperkirakan mencapai kisaran 5,0%-5,3% dari 5,0% pada 2014, di tengah ketidakpastian ekonomi global.
"Meski pertumbuhan kuartal pertama melambat, namun pertumbuhan sepanjang 2015 bisa di kisaran 5,0%-5,3%. Belanja pemerintah cukup besar, meski sangat tergantung realisasi penyerapannya," ujar Josua dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (22/4/2015).
Menurutnya, perbaikan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 akan didorong oleh sisi pengeluaran investasi dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh lebih baik. Peningkatan investasi khususnya didorong oleh belanja pemerintah untuk kegiatan pembangunan infrastruktur. "Di samping itu, membaiknya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh ekspektasi turunnya laju inflasi seiring turunnya harga BBM dan harga-harga yang diatur pemerintah," paparnya.
Dia menilai faktor positif lainnya yang mendorong kredit bank ialah kebijakan Bank Indonesia dalam makroprudensial. Khususnya dalam perluasan cakupan definisi simpanan dengan memasukkan surat-surat berharga yang diterbitkan bank dalam perhitungan rasio kredit terhadap simpanan atau LDR dalam kebijakan Giro Wajib Minimum atau GWM-LDR.
Kebijakan ini mewajibkan bank menyetorkan sejumlah minimum dana atas besaran dana pihak ketiga bank atau DPK. Hal tersebut diperkirakan akan berdampak positif terhadap membaiknya kondisi likuiditas yang selanjutnya mendorong penyaluran kredit perbankan. "Sedangkan faktor yang diperkirakan menghambat laju pertumbuhan kredit adalah tingginya suku bunga dan risiko penyaluran kredit," ujarnya.
Josua memandang prioritas utama atau tren perbankan dalam penyaluran kredit baru bertumpu kepada beberapa sektor. Seperti sektor perdagangan besar dan eceran, sektor industri pengolahan dan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi. Meskipun sektor tersier dinilai juga akan berkembang, seperti industri jasa-jasa, transportasi dan pergudangan, telekomunikasi, dan jasa keuangan.
"Sektor tersier diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Sedangkan manufaktur yang berkontribusi sekitar 20% dari perekonomian. Hal ini diperkirakan masih akan stagnan pada tahun ini," tambahnya.
Namun demikian, optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi didasarkan pada kebijakan ekonomi pemerintahan baru dalam memperlebar ruang fiskal sehingga mampu memberikan stimulus yang nyata bagi pembangunan sektor riil seperti penguatan sektor hulu serta pembangunan dan perbaikan infrastruktur untuk mendukung hilirisasi industri.
"Investasi juga cenderung meningkat apalagi jika janji kampanye Presiden Joko Widodo direalisasikan dan kestabilan politik, serta hukum dapat ditegakkan," ujarnya.
(dmd)