Produsen Baja Nasional PHK 25% Karyawan
A
A
A
JAKARTA - Perusahaan baja mulai memangkas jumlah karyawannya hingga 20%-25% karena tidak mampu menahan kenaikan biaya produksi.
Kondisi tersebut membuat tekanan yang dialami industri baja nasional semakin berat akibat anjloknya harga baja dunia, kenaikan energi, pelemahan rupiah, dan serbuan baja impor yang masif. ”Bahkan mereka beralih menjadi trader . Ini cerminan kondisi industri baja nasional dalam kondisi sangat terpuruk. Banyak dari mereka yang berusaha keras untuk survive dengan efisiensi dan cost saving ,” kata Government Relations Director Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) Lucia Karina dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Menurut Lucia, demi bertahan agar tidak bangkrut, perusahaan baja nasional dengan sangat terpaksa melakukan lay off (PHK) para karyawannya. ”Untuk perusahaan berskala besar anggota IISIA dan Indonesian Zinc Alumunium Steel Institute (Izasi), banyak yang mem- PHK,” kata Sekjen Izasi ini. Selain PHK, kondisi ironis lainnya juga dialami anggota IISIA di mana hampir 50% anggotanya, umumnya perusahaan berskala menengah, berubah menjadi trader (pedagang). Kondisi ini tidak disadari oleh pemerintah.
”Kalau menjadi trader, paling banyak hanya butuh lima karyawan. Tapi, kalau menjadi industriawan, butuh 100 karyawan,” jelasnya. General Manager Human Capital Administration & General Affair (HCA & GA) Krakatau Steel Agus Nizar Vidiansyah mengatakan, dalam rangka melakukan efisiensi, perusahaan melakukan strategi operasi yang berakibat pada pengurangan volume pekerjaan pada beberapa bidang/bagian yang dilakukan oleh para vendor rekanan.
Pengurangan volume pekerjaan tersebut mengakibatkan para vendor merumahkan para buruhnya, yang dipekerjakan di PTKS.
Hatim varabi
Kondisi tersebut membuat tekanan yang dialami industri baja nasional semakin berat akibat anjloknya harga baja dunia, kenaikan energi, pelemahan rupiah, dan serbuan baja impor yang masif. ”Bahkan mereka beralih menjadi trader . Ini cerminan kondisi industri baja nasional dalam kondisi sangat terpuruk. Banyak dari mereka yang berusaha keras untuk survive dengan efisiensi dan cost saving ,” kata Government Relations Director Indonesian Iron & Steel Industry Association (IISIA) Lucia Karina dalam keterangan tertulisnya kemarin.
Menurut Lucia, demi bertahan agar tidak bangkrut, perusahaan baja nasional dengan sangat terpaksa melakukan lay off (PHK) para karyawannya. ”Untuk perusahaan berskala besar anggota IISIA dan Indonesian Zinc Alumunium Steel Institute (Izasi), banyak yang mem- PHK,” kata Sekjen Izasi ini. Selain PHK, kondisi ironis lainnya juga dialami anggota IISIA di mana hampir 50% anggotanya, umumnya perusahaan berskala menengah, berubah menjadi trader (pedagang). Kondisi ini tidak disadari oleh pemerintah.
”Kalau menjadi trader, paling banyak hanya butuh lima karyawan. Tapi, kalau menjadi industriawan, butuh 100 karyawan,” jelasnya. General Manager Human Capital Administration & General Affair (HCA & GA) Krakatau Steel Agus Nizar Vidiansyah mengatakan, dalam rangka melakukan efisiensi, perusahaan melakukan strategi operasi yang berakibat pada pengurangan volume pekerjaan pada beberapa bidang/bagian yang dilakukan oleh para vendor rekanan.
Pengurangan volume pekerjaan tersebut mengakibatkan para vendor merumahkan para buruhnya, yang dipekerjakan di PTKS.
Hatim varabi
(bhr)