Ini Pendukung Pertumbuhan Ekonomi Singapura
A
A
A
SINGAPURA - Otoritas Moneter Singapura (MAS) menuturkan, pertumbuhan ekonomi Singapura bakal didukung pemulihan yang lebih kuat oleh negara-negara G3 dan diimbangi perlambatan ekonomi China.
"Sebuah pemulihan lebih kuat di G3 akan memberikan dorongan berbasis luas untuk sektor eksternal yang berorientasi pada ekonomi Singapura," kata MAS dalam tinjauan ekonomi makro April seperti dikutip dari The Business Times, Selasa (28/4/2015).
Megara-negara yang masuk dalam G3 terdiri dari Amerika Serikat, Jepang, dan zona euro. Ekonomi di negara-negara G3 diperkirakan tumbuh 1,9% pada 2015, naik dari 1,3% pada 2014. AS diperkirakan akan tumbuh 2,9%, Jepang 1%, dan zona euro 1,5%.
Pada tahun lalu, AS tumbuh 2,4%, Jepang pertumbuhannya nol persen dan dan zona euro tumbuh 0,9%. "Namun, sejauh mana pengangkatan akan dibatasi oleh perkembangan di pasar spesifik dan industri," katanya.
Ketidakpastian termasuk perlambatan di China, penyusunan kembali perusahaan dalam industri IT dan kelemahan berlanjut di sektor rekayasa transportasi terkait minyak karena downshift dalam eksplorasi minyak dan gas.
China diperkirakan tumbuh 6,9% pada 2015, turun dari 7,4% pada tahun lalu. "Ekonomi Singapura berada di trek untuk mencatat pertumbuhan moderat 2-4% tahun ini," katanya.
Pemulihan di negara G3 harus menyediakan perangsang untuk sektor eksternal yang berorientasi, tetapi hal ini akan diimbangi dengan perlambatan di China. Ekonomi China bisa ditahan oleh kelemahan pasar properti, konsolidasi dalam industri berat dan reformasi struktural yang sedang berlangsung.
"Sementara ekonomi Singapura masih terikat erat dengan peningkatan permintaan akhir di pasar negara maju, kelemahan China akan memiliki dampak pada pertumbuhan PDB dalam negeri," katanya.
"Selama dekade terakhir, hubungan ekonomi langsung Singapura dengan China telah meningkat secara signifikan," imbuh dia.
"Sebuah pemulihan lebih kuat di G3 akan memberikan dorongan berbasis luas untuk sektor eksternal yang berorientasi pada ekonomi Singapura," kata MAS dalam tinjauan ekonomi makro April seperti dikutip dari The Business Times, Selasa (28/4/2015).
Megara-negara yang masuk dalam G3 terdiri dari Amerika Serikat, Jepang, dan zona euro. Ekonomi di negara-negara G3 diperkirakan tumbuh 1,9% pada 2015, naik dari 1,3% pada 2014. AS diperkirakan akan tumbuh 2,9%, Jepang 1%, dan zona euro 1,5%.
Pada tahun lalu, AS tumbuh 2,4%, Jepang pertumbuhannya nol persen dan dan zona euro tumbuh 0,9%. "Namun, sejauh mana pengangkatan akan dibatasi oleh perkembangan di pasar spesifik dan industri," katanya.
Ketidakpastian termasuk perlambatan di China, penyusunan kembali perusahaan dalam industri IT dan kelemahan berlanjut di sektor rekayasa transportasi terkait minyak karena downshift dalam eksplorasi minyak dan gas.
China diperkirakan tumbuh 6,9% pada 2015, turun dari 7,4% pada tahun lalu. "Ekonomi Singapura berada di trek untuk mencatat pertumbuhan moderat 2-4% tahun ini," katanya.
Pemulihan di negara G3 harus menyediakan perangsang untuk sektor eksternal yang berorientasi, tetapi hal ini akan diimbangi dengan perlambatan di China. Ekonomi China bisa ditahan oleh kelemahan pasar properti, konsolidasi dalam industri berat dan reformasi struktural yang sedang berlangsung.
"Sementara ekonomi Singapura masih terikat erat dengan peningkatan permintaan akhir di pasar negara maju, kelemahan China akan memiliki dampak pada pertumbuhan PDB dalam negeri," katanya.
"Selama dekade terakhir, hubungan ekonomi langsung Singapura dengan China telah meningkat secara signifikan," imbuh dia.
(izz)