Keuntungan Honda Melemah
A
A
A
TOKYO - Honda kemarin mengumumkan penurunan laba bersih tahunan sebesar 8,9% menjadi USD4,4 miliar akibat kenaikan biaya penarikan produk.
Perusahaan automotif terbesar ketiga di Jepang itu menurunkan proyeksi laba hingga dua kali sebelum hasilnya diumumkan kemarin. Sebelumnya Honda memperingatkan skandal kantung udara dari penyuplai Takata akan mengakibatkan penurunan laba bersih. Penyebab penurunan laba yang lain adalah melemahnya permintaan di Jepang dan China. ”Laba bersih sebesar 522,7 miliar yen (USD4,4 miliar) pada tahun fiskal yang berakhir Maret, lebih buruk dibandingkan sebagian besar proyeksi perolehan laba 545 miliar yen. Adapun laba operasional turun 13% menjadi 651,6 miliar yen,” ungkap pernyataan Honda, dikutip kantor berita AFP.
Adapun penjualan tahunan naik 6,8% menjadi 12,6 triliun yen. Untuk tahun fiskal sekarang, Honda memproyeksikan laba bersih 525 miliar yen pada penjualan 14,5 triliun yen dengan sistem baru standar akuntansi yang telah diadopsi Honda. Honda menjelaskan, laba operasional pada kuartal IV turun sekitar sepertiga saat perusahaan harus membayar USD425 juta untuk penarikan produk pada kuartal Oktober- Desember.
Februari lalu Honda menyatakan Presiden Honda Takanobu Ito akan mundur saat perusahaan menghadapi krisis penarikan produk. Penarikan kembali kantung udara Honda mengurangi dampak positif penurunan tajam nilai yen yang menaikkan laba untuk para eksportir utama Jepang, termasuk industri automotif. ”Hasil ini akibat kenaikan biaya penjualan, administratif dan umum, termasuk pengeluaran terkait kualitas dan penurunan penjualan automotif di Jepang,” ungkap pernyataan Honda.
”Ini terjadi meski ada berbagai faktor yang meningkatkan laba seperti kuatnya penjualan di Asia dan dampak nilai matauangyangmenguntungkan akibat depresiasi yen Jepang,” papar Honda. Harga saham Honda yang terdaftar di bursa Tokyo naik 0,32% menjadi 4.330,5 yen setelah hasil ini dirilis. Sebanyak 20 juta mobil yang diproduksi beberapa perusahaan automotif terbesar dunia, ditarik akibat risiko keamanan terkait kantung udara buatan Takata.
Kantung udara itu dapat mengembang dengan kekuatan ledakan yang terlalu besar sehingga berpotensi melepas pecahan mematikan di dalam mobil.
Syarifudin
Perusahaan automotif terbesar ketiga di Jepang itu menurunkan proyeksi laba hingga dua kali sebelum hasilnya diumumkan kemarin. Sebelumnya Honda memperingatkan skandal kantung udara dari penyuplai Takata akan mengakibatkan penurunan laba bersih. Penyebab penurunan laba yang lain adalah melemahnya permintaan di Jepang dan China. ”Laba bersih sebesar 522,7 miliar yen (USD4,4 miliar) pada tahun fiskal yang berakhir Maret, lebih buruk dibandingkan sebagian besar proyeksi perolehan laba 545 miliar yen. Adapun laba operasional turun 13% menjadi 651,6 miliar yen,” ungkap pernyataan Honda, dikutip kantor berita AFP.
Adapun penjualan tahunan naik 6,8% menjadi 12,6 triliun yen. Untuk tahun fiskal sekarang, Honda memproyeksikan laba bersih 525 miliar yen pada penjualan 14,5 triliun yen dengan sistem baru standar akuntansi yang telah diadopsi Honda. Honda menjelaskan, laba operasional pada kuartal IV turun sekitar sepertiga saat perusahaan harus membayar USD425 juta untuk penarikan produk pada kuartal Oktober- Desember.
Februari lalu Honda menyatakan Presiden Honda Takanobu Ito akan mundur saat perusahaan menghadapi krisis penarikan produk. Penarikan kembali kantung udara Honda mengurangi dampak positif penurunan tajam nilai yen yang menaikkan laba untuk para eksportir utama Jepang, termasuk industri automotif. ”Hasil ini akibat kenaikan biaya penjualan, administratif dan umum, termasuk pengeluaran terkait kualitas dan penurunan penjualan automotif di Jepang,” ungkap pernyataan Honda.
”Ini terjadi meski ada berbagai faktor yang meningkatkan laba seperti kuatnya penjualan di Asia dan dampak nilai matauangyangmenguntungkan akibat depresiasi yen Jepang,” papar Honda. Harga saham Honda yang terdaftar di bursa Tokyo naik 0,32% menjadi 4.330,5 yen setelah hasil ini dirilis. Sebanyak 20 juta mobil yang diproduksi beberapa perusahaan automotif terbesar dunia, ditarik akibat risiko keamanan terkait kantung udara buatan Takata.
Kantung udara itu dapat mengembang dengan kekuatan ledakan yang terlalu besar sehingga berpotensi melepas pecahan mematikan di dalam mobil.
Syarifudin
(ars)