Upah Buruh Tinggi Bisa Menekan Daya Saing

Rabu, 29 April 2015 - 09:35 WIB
Upah Buruh Tinggi Bisa Menekan Daya Saing
Upah Buruh Tinggi Bisa Menekan Daya Saing
A A A
JAKARTA - Upah buruh yang terlampau tinggi diperkirakan menekan daya saing produk dalam negeri. Butuh kebijakan yang tepat terkait pengupahan agar investor tidak hengkang.

Menurut ahli ekonomi Indonesia yang juga penasihat senior pada Pusat Transformasi Kebijakan Publik Gustav Papanek, upahyangtinggi akanmenyebabkan sektor padat karya kalah bersaing dengan negara lain yang upahnya lebih rendah. ”Akibatnya, impor manufaktur tumbuh pesat, sedangkan ekspor manufaktur tumbuh lebih lambat,” ujar dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta kemarin.

Berdasarkan data yang dihimpunnya, rata-rata nominal upah minimum provinsi (UMP) di Indonesia meningkat lebih dari dua kali lipat atau mencapai 115% dari 2008- 2014, dari Rp743.200 menjadi Rp1.595.900. ”Akibatnya, pertumbuhan penciptaan lapangan kerja di sektor manufaktur sangat lambat antara tahun 2008-2014,” ujar dia. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan Asia, upah minimum buruh di Indonesia memang relatif tinggi yakni rata-rata USD138 per bulan. Negara seperti Bangladesh memberi upah buruh hanya USD68 per bulan.

Sementara Vietnam di kisaran USD122 per bulan. Transformasi mengingatkan, saat ini persaingan industri manufaktur dan padat karya bukan hanya di Asia, namun juga di benua Afrika. Di Afrika pertumbuhan sektor manufaktur dalam produk domestik bruto (PDB) di bagian sub-Sahara Afrika mencapai 10-14% dalam beberapa tahun terakhir sehingga menjadi incaran sejumlah investor Eropa. Diamenambahkan, salahsatu negara tujuan investasi dalam industri padat karya di sektor manufaktur di benua Afrika adalah Etiopia. Selain Eropa, China juga menjadikan Afrika sebagai tujuan investasi.

”Upah pekerja sektor manufaktur di Etiopia hanya sekitar 25% dari upah pekerja di China, dan50% dari upahpekerja di Vietnam” kata Joanna Octavia, peneliti Transformasi.

Yanto kusdiantono
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4703 seconds (0.1#10.140)