BBM Pertalite Dorong Pembangunan Kilang Baru
A
A
A
JAKARTA - Rencana PT Pertamina (persero) meluncurkan Pertalite, varian baru bahan bakar minyak (BBM) berkadar oktan (RON) 90, ditanggapi beragam.
Namun, keberadaan BBM baru itu dinilai akan mendorong dibangunnya kilang baru yang memang dibutuhkan Indonesia. ”Buat saya, adanya BBM yang lebih tinggi dari RON 88 itu lebih baik. Sebab penerapannya akan lebih luas sesuai dengan kendaraan yang ada di Indonesia,” kata pengamat perminyakan Maizar Rahman di Jakarta kemarin.
Dibanding premium dengan kadar RON 88, menurut dia, ada efisiensi yang lebih tinggi pada Pertalite yang berkadar oktan 90. Menurut dia, dengan efisiensi yang lebih baik 2-3%, sementara harga masih berada pada kisaran yang terjangkau, maka kalaupun harga Pertalite lebih tinggi, itu akan terkompensasi dengan perbaikan kualitas yang diperoleh.
Namun, Maizar menegaskan bahwa Pertalite harus diproduksi di kilang dalam negeri, dengan terlebih dahulu meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya. Bahkan, tegas dia, Pertamina lebih baik lagi jika menambah kilang baru. Mantan gubernur OPEC ini mengakui bisnis kilang kurang menguntungkan karena marginnya kecil. Namun, pemerintah diminta tidak melihat itu dari kacamata biaya semata.
Pemerintah menurutnya harus melihat secara lebih luas bahwa efek penambahan kilang baru akan sangat besar. ”Dari sisi kajian benefit cost ratio itu masuk, sebab benefit yang ditimbulkan dengan adanya kilang baru itu bisa mengompensasi semua biaya yang keluar,” ujarnya.
Apalagi, lanjut Maizar, sampai tahun 2020 Indonesia perlu 1,5 juta barel minyak per hari. Itu berarti Indonesia perlu minimal tambahan dua kilang baru lagi. Konkretnya, melihat tantangan yang ada, maka pembangunan kilang baru itu merupakan keharusan.
Anton c
Namun, keberadaan BBM baru itu dinilai akan mendorong dibangunnya kilang baru yang memang dibutuhkan Indonesia. ”Buat saya, adanya BBM yang lebih tinggi dari RON 88 itu lebih baik. Sebab penerapannya akan lebih luas sesuai dengan kendaraan yang ada di Indonesia,” kata pengamat perminyakan Maizar Rahman di Jakarta kemarin.
Dibanding premium dengan kadar RON 88, menurut dia, ada efisiensi yang lebih tinggi pada Pertalite yang berkadar oktan 90. Menurut dia, dengan efisiensi yang lebih baik 2-3%, sementara harga masih berada pada kisaran yang terjangkau, maka kalaupun harga Pertalite lebih tinggi, itu akan terkompensasi dengan perbaikan kualitas yang diperoleh.
Namun, Maizar menegaskan bahwa Pertalite harus diproduksi di kilang dalam negeri, dengan terlebih dahulu meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya. Bahkan, tegas dia, Pertamina lebih baik lagi jika menambah kilang baru. Mantan gubernur OPEC ini mengakui bisnis kilang kurang menguntungkan karena marginnya kecil. Namun, pemerintah diminta tidak melihat itu dari kacamata biaya semata.
Pemerintah menurutnya harus melihat secara lebih luas bahwa efek penambahan kilang baru akan sangat besar. ”Dari sisi kajian benefit cost ratio itu masuk, sebab benefit yang ditimbulkan dengan adanya kilang baru itu bisa mengompensasi semua biaya yang keluar,” ujarnya.
Apalagi, lanjut Maizar, sampai tahun 2020 Indonesia perlu 1,5 juta barel minyak per hari. Itu berarti Indonesia perlu minimal tambahan dua kilang baru lagi. Konkretnya, melihat tantangan yang ada, maka pembangunan kilang baru itu merupakan keharusan.
Anton c
(bhr)