Sekutu AS Ini Sebut China Dorong Deindustrialisasi di Uni Eropa

Selasa, 07 Mei 2024 - 15:14 WIB
loading...
Sekutu AS Ini Sebut...
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. FOTO/Dok.
A A A
JAKARTA - Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menuding kebijakan China mendorong terjadinya deindustrialisasi di Eropa. Karena itu, von der Leyen bermaksud membicarakan persoalan tersebut dengan Presiden China Xi Jinping yang sedang berkunjung ke Eropa.

Presiden Xi Jinping tiba di Prancis pada hari Minggu sebagai bagian dari perjalanan enam hari ke tiga negara Eropa, yang merupakan kunjungan pertamanya sejak tahun 2019. Von der Leyen mengatakan, kesempatan itu akan digunakannya untuk membahas ketidakseimbangan dalam perdagangan antara Uni Eropa (UE) dengan China saat ini.



"China saat ini memproduksi lebih banyak barang dengan subsidi besar-besaran dibandingkan penjualannya karena lemahnya permintaan domestik. Hal ini menyebabkan kelebihan pasokan barang-barang bersubsidi China, seperti kendaraan listrik dan baja, yang menyebabkan perdagangan tidak adil," klaimnya, seperti dilansir Russia Today, Selasa (7/5/2024).

"Eropa tidak dapat menerima praktik-praktik yang mendistorsi pasar yang dapat mengarah pada de-industrialisasi di Eropa," tambah von der Leyen.

Dalam beberapa minggu terakhir, otoritas UE telah meluncurkan penyelidikan atas dugaan praktik tidak adil China, termasuk pembatasan pasokan peralatan medis Eropa ke pasar negara Asia dan subsidi untuk perusahaan China yang memproduksi turbin angin, kendaraan listrik, dan kereta api.

Sebaliknya, China telah membuka penyelidikan anti-dumping terhadap minuman brendi yang diimpor dari UE, yang khususnya berdampak pada eksportir Perancis. Salin gelar investigasi ini dianggap sebagai aksi saling balas atas proteksionisme.



Von der Leyen telah mendorong perdagangan yang "mengurangi risiko" dengan China. Namun demikian, dia belum menganjurkan pemisahan diri dari kekuatan ekonomi terbesar di Asia tersebut. Seperti diketahui, anggota UE sebagian besar telah memisahkan perekonomiannya dari Rusiasebagai bentuk sanksi bagi Moskow atas konflik Ukraina. Namun, hal itu menyebabkan Eropa kehilangan akses terhadap gas murah dari Rusia yang kemudian memukul industri-industri padat energi di Eropa Barat.

Dalam sebuah opini yang diterbitkan oleh pers Perancis menjelang kunjungannya, Xi mengatakan Beijing berkomitmen untuk mencapai "pandangan baru" dalam hubungannya dengan negara tersebut. Ia menulis, "Prancis memajukan reindustrialisasi berdasarkan inovasi ramah lingkungan, sedangkan China mempercepat pengembangan tenaga produktif baru yang berkualitas."

Setelah Prancis, Xi Jinping dijadwalkan mengunjungi Hongaria yang merupakan anggota UE, dan Serbia, non-anggota yang ramah terhadap Rusia.
(fjo)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1728 seconds (0.1#10.140)