Indeks PMI Manufaktur China di Atas Proyeksi

Jum'at, 01 Mei 2015 - 14:15 WIB
Indeks PMI Manufaktur China di Atas Proyeksi
Indeks PMI Manufaktur China di Atas Proyeksi
A A A
NEW YORK - Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur China berada di 50,1 pada April, naik tipis dari proyeksi survei Reuters sebesar 50,0.

Angka itu menandakan bahwa perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut sedang berupaya mempertahankan pertumbuhan ekonominya.

"(Data) mengonfirmasi perekonomian tidak bertumbuh lebih baik dan ekonomi masih lemah," kata ekonom senior di Daiwa Securities Naoto Saito seperti dilansir dari CNBC, Jumat (1/5/2015).

Sementara data itu stabil dengan Maret, menunjukkan manufaktur di China terhenti. Angka di atas 50 memisahkan antara pertumbuhan dari kontraksi.

Sementara indeks PMI nonmanufaktur turun menjadi 53,4 pada April dari 53,7 pada Maret. Pekan lalu, laporan awal PMI manufaktur oleh HSBC China untuk April turun menjadi 49,2 dari akhir Maret sebesar 49,6.

Ekonomi China telah melambat dalam beberapa waktu terakhir karena tekanan dari melemahnya sentimen eksternal, lesunya permintaan domestik dan melambatnya sektor propert. Hal itu mendorong kekhawatiran tentang potensi meningkatnya kredit macet.

Pada 2014, perekonomian China mencatat laju paling lambat dalam 24 tahun terakhir, atau hanya tumbuh 7,4%, dan di bawah target pemerintah untuk kali pertama sejak tahun 1998.

Perekonomian China terus kehilangan momentum pada kuartal I/2015, yang hanya tumbuh 7%, laju kuartal I paling lambat sejak 2009 atau sejak puncak krisis keuangan.

Bank sentral China (PBoC) telah melakukan sejumlah langkah pelonggaran moneter untuk mencegah ekonomi dari perlambatan lebih lanjut. Baru-baru ini, bank sentral kembali memangkas rasio giro wajib minimum bagi bank sebesar 100 basis poin pada 19 April untuk merangsang pinjaman.

"Kebijakan makroekonomi China akan menjadi lebih akomodatif tahun ini karena telah terakumuasinya pelemahan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi di China kemungkinan belum akan keluar dari pelemahan," ujar ekonom internasional di PNC Financial Services Bill Adams.

Sementara ekonom ANZ dalam sebuah catatannya menyatakan, meningkatnya PMI menunjukkan bahwa momentum pertumbuhan ekonomi membaik, meski tipis karena adanya langkah-langkah tambahan, dimulai dengan upaya dan kebijakan pelonggaran moneter.

Kendati demikian, ANZ memperkirakan bahwa siklus investasi akan meningkat pada kuartal II didukung upaya tambahan dan diharapkan langkah-langkah pelonggaran moneter terus dilakukan dalam beberapa bulan mendatang.

"Perekonomian masih menghadapi fluktuasi kuat dan risiko deflasi belum berkurang," tulis ANZ.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5964 seconds (0.1#10.140)