Harga IPO Puradelta Rp210-350/Saham
A
A
A
JAKARTA - PT Puradelta Lestari Tbk (Deltamas) berencana melepaskan saham perdana kepada publik (initial public offering/ IPO) dengan kisaran harga Rp210-350 per saham.
Jumlah saham yang akan ditawarkan sebanyak-banyaknya 10,844 miliar lembar saham atau setara 20% dari modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh. Presiden Direktur Puradelta Lestari, Teky Mailoa mengatakan, dengan harga saham perdana berkisar antara Rp210 hingga Rp350 per saham, anak usaha Sinarmas Land Limited dan Sojitz Corporation ini berharap memperoleh dana segar sekitar Rp2,3 triliun hingga Rp3,7 triliun.
Dana yang diperoleh dari IPO tersebut, rencananya akan digunakan perseroan untuk pengembangan proyek di Deltamas. ”Sebesar 60% dari dana hasil IPO akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan properti investasi di Kota Deltamas, sementara sebesar 30% untuk pembebasan lahan dan sisanya untuk modal kerja,” katanya saat paparan publik perseroan di Jakarta, kemarin Dia menyebutkan, perseroan menargetkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 20 Mei 2015 dan masa penawaran umum pada 21-25 Mei 2015.
Sementara itu, pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) direncanakan pada 29 Mei tahun ini. ”Kami optimistis saham akan diminati oleh investor, karena meningkatnya permintaan terhadap lahan di kawasan industri di Kota Deltamas. Ini didukung oleh banyaknya investor asing yang berminat untuk berinvestasi di Indonesia,” lanjutnya.
Menurut Teky, saat ini perseroan tengah mengembangkan total lahan seluas 3.049 hektare (ha) yang terdiri atas 47% lahan industri, 25% lahan komersial dan 28% lahan perumahan. Hinggasaat initotal landbank perseroan sebesar 1.800 ha. ”Dari total landbank sekitar 1.800 ha akan dibangun untuk kawasan industri sekitar 549 ha, seluas 726 ha untuk residensial dan sisanya sebagai lahan komersial,” tuturnya.
Bertindak sebagai penjamin emisi efek dalam aksi korporasi ini adalah PT Sinarmas Sekuritas, PT Macquarie Capital Securities Indonesia dan PT CLSA Indonesia. Pengembang properti milik Grup Sinar Mas ini menargetkan penjualan unit properti (marketing sales) sebesar Rp1,9 triliun hingga akhir 2015.
Pada kuartal pertama tahun ini, perseroan telah meraup penjualan sebanyak Rp475 miliar atau setara 25% dari target. Dia menjelaskan, sebagian besar marketing sales berasal dari kawasan terpadu Deltamas, yang ditopang oleh penjualan lahan industrial. Sebanyak 80% pembeli lahan industrial perseroan berasal dari Jepang.
”Karena kebanyakan pembeli lahan industri adalah perusahaan asing, penghasilan kami sebagian besar diterima dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS),” jelas Teky. Analis Cushman & Wakefield Indonesia Anindya Samesti mengatakan, secara keseluruhan sektor residensial tahun ini akan mulai membaik.
Dia menjelaskan karena beberapa developer pada semester II/2014 penjualannya sudah stabil dibanding semester I/2014 akibat peraturan Loan To Value (LTV). ”Dari sisi market residensial sudah mulai menerima peraturan tersebut, namun peningkatannya belum segnifikan. Karena dari peraturan LTV sendiri masih dianggap berat oleh developer, terutama developer yang kecil. Berbeda dengan developer yang sudah besar, yang akan berpengaruh pada aliran dana perseroan,” ungkapnya.
Heru febrianto
Jumlah saham yang akan ditawarkan sebanyak-banyaknya 10,844 miliar lembar saham atau setara 20% dari modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh. Presiden Direktur Puradelta Lestari, Teky Mailoa mengatakan, dengan harga saham perdana berkisar antara Rp210 hingga Rp350 per saham, anak usaha Sinarmas Land Limited dan Sojitz Corporation ini berharap memperoleh dana segar sekitar Rp2,3 triliun hingga Rp3,7 triliun.
Dana yang diperoleh dari IPO tersebut, rencananya akan digunakan perseroan untuk pengembangan proyek di Deltamas. ”Sebesar 60% dari dana hasil IPO akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur dan properti investasi di Kota Deltamas, sementara sebesar 30% untuk pembebasan lahan dan sisanya untuk modal kerja,” katanya saat paparan publik perseroan di Jakarta, kemarin Dia menyebutkan, perseroan menargetkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 20 Mei 2015 dan masa penawaran umum pada 21-25 Mei 2015.
Sementara itu, pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) direncanakan pada 29 Mei tahun ini. ”Kami optimistis saham akan diminati oleh investor, karena meningkatnya permintaan terhadap lahan di kawasan industri di Kota Deltamas. Ini didukung oleh banyaknya investor asing yang berminat untuk berinvestasi di Indonesia,” lanjutnya.
Menurut Teky, saat ini perseroan tengah mengembangkan total lahan seluas 3.049 hektare (ha) yang terdiri atas 47% lahan industri, 25% lahan komersial dan 28% lahan perumahan. Hinggasaat initotal landbank perseroan sebesar 1.800 ha. ”Dari total landbank sekitar 1.800 ha akan dibangun untuk kawasan industri sekitar 549 ha, seluas 726 ha untuk residensial dan sisanya sebagai lahan komersial,” tuturnya.
Bertindak sebagai penjamin emisi efek dalam aksi korporasi ini adalah PT Sinarmas Sekuritas, PT Macquarie Capital Securities Indonesia dan PT CLSA Indonesia. Pengembang properti milik Grup Sinar Mas ini menargetkan penjualan unit properti (marketing sales) sebesar Rp1,9 triliun hingga akhir 2015.
Pada kuartal pertama tahun ini, perseroan telah meraup penjualan sebanyak Rp475 miliar atau setara 25% dari target. Dia menjelaskan, sebagian besar marketing sales berasal dari kawasan terpadu Deltamas, yang ditopang oleh penjualan lahan industrial. Sebanyak 80% pembeli lahan industrial perseroan berasal dari Jepang.
”Karena kebanyakan pembeli lahan industri adalah perusahaan asing, penghasilan kami sebagian besar diterima dalam bentuk dolar Amerika Serikat (AS),” jelas Teky. Analis Cushman & Wakefield Indonesia Anindya Samesti mengatakan, secara keseluruhan sektor residensial tahun ini akan mulai membaik.
Dia menjelaskan karena beberapa developer pada semester II/2014 penjualannya sudah stabil dibanding semester I/2014 akibat peraturan Loan To Value (LTV). ”Dari sisi market residensial sudah mulai menerima peraturan tersebut, namun peningkatannya belum segnifikan. Karena dari peraturan LTV sendiri masih dianggap berat oleh developer, terutama developer yang kecil. Berbeda dengan developer yang sudah besar, yang akan berpengaruh pada aliran dana perseroan,” ungkapnya.
Heru febrianto
(bbg)