Ekonomi Lesu, Pemerintah Didesak Turunkan Target Pajak

Selasa, 05 Mei 2015 - 13:07 WIB
Ekonomi Lesu, Pemerintah...
Ekonomi Lesu, Pemerintah Didesak Turunkan Target Pajak
A A A
JAKARTA - Pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendesak pemerintah menurunkan target pajak Rp1.484 triliun yang ingin dicapai pemerintah pada tahun ini, karena ekonomi Indonesia kuartal I/2015 lesu atau hanya tumbuh 4,7%.

Ketua Umum Kadin Suryo Bambang Sulisto mengatakan, pengusaha saat ini menghadapi kondisi dilematis dengan pendapatan dan ekspor yang menurun. Ditambah lagi, buruh menuntut kenaikan upah 28%-32% tahun depan.

"Maka saya kira marilah kita duduk bersama memikirkan strategi apa yang paling tepat untuk memperbaiki sektor riil ini. Karena kalau sektor riil terganggu kan ujung-ujungnya PHK. Kita kan tidak inginkan itu, maka kita harus cari solusi agar mereka bisa survive," ucapnya di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (5/5/2015).

Menurutnya, di satu sisi memang Indonesia menginginkan peningkatan pajak. Namun di sisi lain waktu (timing) yang ditentukan pemerintah tidaklah tepat, perusahaan kini sedang mengalami kesulitan.

"Timing untuk menaikkan TDL, upah buruh, pajak dan sebagainya tidak tepat. Jadi kita mau kemana kalau semakin sulit perusahaan ya yang terjadi adalah PHK atau perusahaannya tutup," imbuh dia.

Suryo menambahkan, solusi jangka pendek adalah harus ada kebijakan yang dikalahkan. Tidak bisa seluruh kebijakan, baik kenaikan upah buruh, pajak, hingga kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dilaksanakan bersamaan.

"Mari kita carikan solusi selamatkan iklim berusaha agar pengusaha bisa survive. Mari kita pikirkan insentif apa yang bisa diberikan. Mungkin pajaknya jangan dinaikkan dulu," tandas dia.

‎Seperti diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I/2015 hanya 4,7% (year on year). Angka ini seperti yang telah diprediksi Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro yakni di bawah 5% bahkan beberapa ekonom memprediksi di atas 5%.

Suryamin mengatakan, untuk quartal to quartal (QtQ) pertumbuhan ekonomi turun atau mengalami kontraksi 0,18%. Ada beberapa faktor yang menentukan atau memengaruhi kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Angka 4,7% itu ada tiga pengaruhnya ke pertumbuhan ekonomi kita, paling utama negara-negara ekspor impor (partner Indonesia) yang cukup dominan seperti Tiongkok pertumbuhan ekonominya menurun dari 7,4% ke 7%. Kemudian Singapura yang turun dari 4,9% ke 2,1%. Itu yang memengaruhi," ujar dia.

(Baca: BPS Umumkan Ekonomi RI Hanya Tumbuh 4,7%)
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0841 seconds (0.1#10.140)