Ini Jawaban Sofyan Soal Ekonomi Melambat
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Sofyan Djalil nampak tergesa memasuki lobby kantornya. Namun ketika hendak menuju ruang kerjanya, awak media langsung menyerbu dan menanyakan soal pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I yang hanya tumbuh 4,7%.
Dia mengatakan, masih ada tiga kuartal lagi. Jadi tidak perlu khawatir dengan pertumbuhan ekonomi yang ada di bawah 5%, yang baru saja dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). (Baca: BPS Umumkan Ekonomi RI Hanya Tumbuh 4,7%).
"BPS merilis pertumbuhan ekonomi kuartal I 4,71%. Tetapi ini baru kuartal I, yang target itu setahun. Berarti masih ada tiga kuartal lagi yang harus kita perbaiki," ujar di kantornya, Jakarta, Selasa (5/5/2015).
Sofyan menambahkan, komponen yang menyebabkan kontraksi ekonomi, yang paling utama adalah di sektor tambang. Itu paling besar, karena jatuhnya pada harga komoditi.
"Kedua, ekspor melemah tapi impor juga melemah. Melemahnya ekspor, karena tujuan ekspor China dan Eropa kondisi ekonominya melambat juga. China hanya tumbuh 7%, biasanya mereka double digit. Jadi jatuhnya harga komoditas dan lemahnya negara tradisonal ekspor melemahkan pertumbuhan di ekspor," imbuh pria asal Aceh ini.
Selain itu, Mantan Menteri BUMN ini menjelaskan, investasi pemerintah juga melambat. Hal itu karena terlambatnya realisasi APBN lantaran pemerintah baru memulai dengan APBN-P yang baru disahkan Febuari 2015 lalu.
Selain itu, ada perubahan nomenklatur, dan birkorasi tidak bisa diteken kecuali diganti. "Itu di tempat saya ada lima deputi saya lantik ulang dan mereka orang yang sama. Tapi pelantikan itu harus ada Keppres-nya. Maka akibat nomenklatur dan APBN-P, investasi pemerintah melambat. Maka investasi pemerintah dianggap sebagai perlambatan ekonomi. Ini yang mau kita kejar semua," pungkas Sofyan.
Dia mengatakan, masih ada tiga kuartal lagi. Jadi tidak perlu khawatir dengan pertumbuhan ekonomi yang ada di bawah 5%, yang baru saja dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). (Baca: BPS Umumkan Ekonomi RI Hanya Tumbuh 4,7%).
"BPS merilis pertumbuhan ekonomi kuartal I 4,71%. Tetapi ini baru kuartal I, yang target itu setahun. Berarti masih ada tiga kuartal lagi yang harus kita perbaiki," ujar di kantornya, Jakarta, Selasa (5/5/2015).
Sofyan menambahkan, komponen yang menyebabkan kontraksi ekonomi, yang paling utama adalah di sektor tambang. Itu paling besar, karena jatuhnya pada harga komoditi.
"Kedua, ekspor melemah tapi impor juga melemah. Melemahnya ekspor, karena tujuan ekspor China dan Eropa kondisi ekonominya melambat juga. China hanya tumbuh 7%, biasanya mereka double digit. Jadi jatuhnya harga komoditas dan lemahnya negara tradisonal ekspor melemahkan pertumbuhan di ekspor," imbuh pria asal Aceh ini.
Selain itu, Mantan Menteri BUMN ini menjelaskan, investasi pemerintah juga melambat. Hal itu karena terlambatnya realisasi APBN lantaran pemerintah baru memulai dengan APBN-P yang baru disahkan Febuari 2015 lalu.
Selain itu, ada perubahan nomenklatur, dan birkorasi tidak bisa diteken kecuali diganti. "Itu di tempat saya ada lima deputi saya lantik ulang dan mereka orang yang sama. Tapi pelantikan itu harus ada Keppres-nya. Maka akibat nomenklatur dan APBN-P, investasi pemerintah melambat. Maka investasi pemerintah dianggap sebagai perlambatan ekonomi. Ini yang mau kita kejar semua," pungkas Sofyan.
(izz)