Pertumbuhan Ekonomi Nasional Mengarah ke Bawah
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya berada di level 4,7% pada kuartal pertama 2015 membuat target tahun ini mengarah ke batas bawah. Hal ini diharapkan menjadi perhatian pemerintah.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Hendri Saparini menilai melambatnya pertumbuhan akibat pemerintah tidak melakukan pekerjaan ekonomi dengan baik. Ini terbukti dari potensi fiskal APBN yang gagal dikonversikan menjadi stimulus perekonomian.
"Potensi kita jelas di atas 5%, namun belanja pemerintah tidak dapat dimaksimalkan. Sehingga tidak ada stimulus pertumbuhan yang terjadi," ujarnya, Selasa (5/5/2015).
Dia menilai pelemahan pada kuartal pertama sesuai dengan prediksinya. Menurut Hendri mesin pendorong pertumbuhan hanya bertumpu pada belanja pemerintah. Kondisi tersebut terpaksa karena sisi investasi dan ekspor tidak bisa diharapkan.
Sebab itu, dia pesimistis kinerja pemerintah dapat mengalami perubahan dan cenderung mengarah ke batas bawah. "Prediksi kami 5,3% hingga 5,6%, tapi dengan kinerja seperti ini hanya mampu di 5,3%. Meskipun ada ruang untuk maksimal hingga 5,5%. Bahkan target minimal sekalipun juga sangat tergantung aplikasi belanja pemerintah di lapangan," terangnya.
Dia berharap ada upaya serius dari pemerintah apabila ingin mendorong pertumbuhan di kuartal berikutnya. Ini sangat ironis karena Indonesia mempunyai potensi tapi terbentur tidak ada dirigen kebijakan.
Pemerintah tidak dapat meyakinkan pelaku ekonomi hanya dari janji. Sedangkan detail rencana tidak dijabarkan. "Kita ingin ada keyakinan di pasar. Supaya ada keyakinan masyarakat. Sektor swasta masih bisa mendorong pertumbuhan hingga 5%. Ini harus diperkuat oleh kemampuan fiskal," ujarnya.
Salah satu langkah strategis yang harus dilakukan pemerintah, menurut Hendri, menjelaskan rencana prioritas pada sisa tahun ini. Karena pasar tidak mengerti apa yang akan dilakukan pemerintah. Peran wapres atau menko perekonomian harusnya dapat menyampaikan dan mengkoordinasikan rencana pembangunan. Apakah pemerintah memiliki dana atau tidak?
"Namun sekarang tidak ada yang berusaha meyakinkan publik. Apa yang sudah dilakukan dan bagaimana kemungkinannya, tidak harus selalu presiden," keluhnya.
Sejalan dengan BPS, Bank Indonesia (BI) juga menjelaskan penurunan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015 tercatat 4,71% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,02% (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara mengatakan, melemahnya pertumbuhan ekonomi pada periode ini sejalan dengan berbagai indikator yang dipantau oleh Bank Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. "Dan masih terdapat risiko pertumbuhan ekonomi di 2015 mengarah ke batas bawah kisaran 5,4-5,8%," ujar Tirta dalam siaran persnya.
Menurutnya pencapaian tingkat pertumbuhan tersebut akan dipengaruhi seberapa besar dan cepat realisasi berbagai proyek infrastruktur yang direncanakan pemerintah, selain konsumsi yang tetap kuat dan ekspor yang secara gradual akan membaik.
Baca: Pemerintah Tak Menduga Pertumbuhan Ekonomi Melambat
Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Hendri Saparini menilai melambatnya pertumbuhan akibat pemerintah tidak melakukan pekerjaan ekonomi dengan baik. Ini terbukti dari potensi fiskal APBN yang gagal dikonversikan menjadi stimulus perekonomian.
"Potensi kita jelas di atas 5%, namun belanja pemerintah tidak dapat dimaksimalkan. Sehingga tidak ada stimulus pertumbuhan yang terjadi," ujarnya, Selasa (5/5/2015).
Dia menilai pelemahan pada kuartal pertama sesuai dengan prediksinya. Menurut Hendri mesin pendorong pertumbuhan hanya bertumpu pada belanja pemerintah. Kondisi tersebut terpaksa karena sisi investasi dan ekspor tidak bisa diharapkan.
Sebab itu, dia pesimistis kinerja pemerintah dapat mengalami perubahan dan cenderung mengarah ke batas bawah. "Prediksi kami 5,3% hingga 5,6%, tapi dengan kinerja seperti ini hanya mampu di 5,3%. Meskipun ada ruang untuk maksimal hingga 5,5%. Bahkan target minimal sekalipun juga sangat tergantung aplikasi belanja pemerintah di lapangan," terangnya.
Dia berharap ada upaya serius dari pemerintah apabila ingin mendorong pertumbuhan di kuartal berikutnya. Ini sangat ironis karena Indonesia mempunyai potensi tapi terbentur tidak ada dirigen kebijakan.
Pemerintah tidak dapat meyakinkan pelaku ekonomi hanya dari janji. Sedangkan detail rencana tidak dijabarkan. "Kita ingin ada keyakinan di pasar. Supaya ada keyakinan masyarakat. Sektor swasta masih bisa mendorong pertumbuhan hingga 5%. Ini harus diperkuat oleh kemampuan fiskal," ujarnya.
Salah satu langkah strategis yang harus dilakukan pemerintah, menurut Hendri, menjelaskan rencana prioritas pada sisa tahun ini. Karena pasar tidak mengerti apa yang akan dilakukan pemerintah. Peran wapres atau menko perekonomian harusnya dapat menyampaikan dan mengkoordinasikan rencana pembangunan. Apakah pemerintah memiliki dana atau tidak?
"Namun sekarang tidak ada yang berusaha meyakinkan publik. Apa yang sudah dilakukan dan bagaimana kemungkinannya, tidak harus selalu presiden," keluhnya.
Sejalan dengan BPS, Bank Indonesia (BI) juga menjelaskan penurunan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015 tercatat 4,71% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,02% (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Tirta Segara mengatakan, melemahnya pertumbuhan ekonomi pada periode ini sejalan dengan berbagai indikator yang dipantau oleh Bank Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. "Dan masih terdapat risiko pertumbuhan ekonomi di 2015 mengarah ke batas bawah kisaran 5,4-5,8%," ujar Tirta dalam siaran persnya.
Menurutnya pencapaian tingkat pertumbuhan tersebut akan dipengaruhi seberapa besar dan cepat realisasi berbagai proyek infrastruktur yang direncanakan pemerintah, selain konsumsi yang tetap kuat dan ekspor yang secara gradual akan membaik.
Baca: Pemerintah Tak Menduga Pertumbuhan Ekonomi Melambat
(dmd)