Ubah Strategi, McDonalds Bertekad Kembalikan Kejayaan
A
A
A
McDonald’s berupaya mengembalikan kejayaannya dengan mengumumkan sejumlah rencana baru. Penurunan penjualan dan perubahan selera konsumen membuat raksasa makanan cepat saji Amerika Serikat (AS) harus segera bertindak.
Ikon AS tersebut akan menjual lebih banyak restoran milik perusahaan pada para franchisees, merestrukturisasi operasional internasional dan memangkas biaya. Jaringan restoran itu juga menguji sejumlah rencana sehingga para konsumen dapat menyesuaikan hidangan sesuai selera dan bereksperimen dengan sarapan pagi sepanjang hari di pasar utama AS.
”Kenyataannya ialah kinerja terbaru kami buruk. Ini perubahan global. Kami harus memodernisasi pendekatan kami dan menjalankan sistem secara berbeda,” papar Chief Executive Officer (CEO) McDonald’s Steve Easterbrook pada kantor berita AFP . Pencipta ”Big Mac” itu menyatakan bahwa jaringan restoran akan mengurangi sejumlah daftar menu utama dan menyebut pengumuman Maret lalu untuk membatasi ayam yang dibesarkan dengan antibiotik.
Perusahaan juga berjanji menjadi lebih transparan dalam merespons kekhawatiran tentang kualitas makanan. ”Ada berbagai persepsi dan ada kesalahan persepsi di sana. Selera konsumen berubah dan kami harus bergerak bersama mereka,” ujar Easterbrook. Sejumlah langkah yang diumumkan awal pekan ini merupakan langkah pertama dalam perubahan perusahaan.
Januari lalu McDonald’s mengumumkan telah menempatkan Easterbrook sebagai CEO, menggantikan Donald Thompson yang dianggap tidak mampu menghentikan tren penurunan penjualan. Dengan 36.000 outlet di lebih 100 negara, jaringan restoran itu mendapat tekanan dari turunnya jumlah konsumen, dengan penjualan turun 2,4% pada 2014 menjadi USD27,4 miliar.
Perusahaan itu menghadapi meningkatnya persaingan, tidak hanya dari pesaing tradisional seperti Wendy’s dan Subway, tapi dari jaringan seperti Chipotle, Panera Bread dan Shake Shack yang go public pada Januari dengan memosisikan diri sebagai jaringan burger dengan bahan baku berkualitas lebih baik.
Easterbrook menyoroti perlunya menjadikan McDonald’s sebagai perusahaan burger yang progresif dan modern. Dia akan mendorong para pegawai melalui sistem ”sedikit lebih cepat dan sedikit lebih akurat” untuk meningkatkan pelayanan konsumen. ”Kita semua perlu meningkatkan irama permainan kita,” tuturnya. Berbagai tantangan terbesar menurut McDonald’s ialah pasar luar negeri akan dikelola sesuai sistem McDonald’s, bukan berdasarkan wilayah.
Saat ini McDonald’s membagi struktur pasar di luar AS menjadi Eropa, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika. ”Segmen utama internasional McDonald’s menyatukan pasar yang telah matang seperti Australia, Inggris, Kanada, Prancis, dan Jerman, yang beroperasi dengan dinamika kompetitif dan ekonomi serupa,” ujarnya. Segmen ”pertumbuhan tinggi” dengan potensi ekspansi lebih tinggi termasuk China, Italia, Swiss, Rusia, dan Korea Selatan (Korsel). Adapun, kawasan lainnya akan masuk dalam unit pasar ”fondasi”.
Syarifudin
Ikon AS tersebut akan menjual lebih banyak restoran milik perusahaan pada para franchisees, merestrukturisasi operasional internasional dan memangkas biaya. Jaringan restoran itu juga menguji sejumlah rencana sehingga para konsumen dapat menyesuaikan hidangan sesuai selera dan bereksperimen dengan sarapan pagi sepanjang hari di pasar utama AS.
”Kenyataannya ialah kinerja terbaru kami buruk. Ini perubahan global. Kami harus memodernisasi pendekatan kami dan menjalankan sistem secara berbeda,” papar Chief Executive Officer (CEO) McDonald’s Steve Easterbrook pada kantor berita AFP . Pencipta ”Big Mac” itu menyatakan bahwa jaringan restoran akan mengurangi sejumlah daftar menu utama dan menyebut pengumuman Maret lalu untuk membatasi ayam yang dibesarkan dengan antibiotik.
Perusahaan juga berjanji menjadi lebih transparan dalam merespons kekhawatiran tentang kualitas makanan. ”Ada berbagai persepsi dan ada kesalahan persepsi di sana. Selera konsumen berubah dan kami harus bergerak bersama mereka,” ujar Easterbrook. Sejumlah langkah yang diumumkan awal pekan ini merupakan langkah pertama dalam perubahan perusahaan.
Januari lalu McDonald’s mengumumkan telah menempatkan Easterbrook sebagai CEO, menggantikan Donald Thompson yang dianggap tidak mampu menghentikan tren penurunan penjualan. Dengan 36.000 outlet di lebih 100 negara, jaringan restoran itu mendapat tekanan dari turunnya jumlah konsumen, dengan penjualan turun 2,4% pada 2014 menjadi USD27,4 miliar.
Perusahaan itu menghadapi meningkatnya persaingan, tidak hanya dari pesaing tradisional seperti Wendy’s dan Subway, tapi dari jaringan seperti Chipotle, Panera Bread dan Shake Shack yang go public pada Januari dengan memosisikan diri sebagai jaringan burger dengan bahan baku berkualitas lebih baik.
Easterbrook menyoroti perlunya menjadikan McDonald’s sebagai perusahaan burger yang progresif dan modern. Dia akan mendorong para pegawai melalui sistem ”sedikit lebih cepat dan sedikit lebih akurat” untuk meningkatkan pelayanan konsumen. ”Kita semua perlu meningkatkan irama permainan kita,” tuturnya. Berbagai tantangan terbesar menurut McDonald’s ialah pasar luar negeri akan dikelola sesuai sistem McDonald’s, bukan berdasarkan wilayah.
Saat ini McDonald’s membagi struktur pasar di luar AS menjadi Eropa, Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika. ”Segmen utama internasional McDonald’s menyatukan pasar yang telah matang seperti Australia, Inggris, Kanada, Prancis, dan Jerman, yang beroperasi dengan dinamika kompetitif dan ekonomi serupa,” ujarnya. Segmen ”pertumbuhan tinggi” dengan potensi ekspansi lebih tinggi termasuk China, Italia, Swiss, Rusia, dan Korea Selatan (Korsel). Adapun, kawasan lainnya akan masuk dalam unit pasar ”fondasi”.
Syarifudin
(bbg)