Harga Batu Bara Tumbang di Bawah USD200 per Ton, Ambles 16%
Jum'at, 10 Februari 2023 - 11:04 WIB
JAKARTA - Harga batu bara merosot hingga ke level di bawah USD 200 per ton. Pada sesi penutupan di bursa Newcastle, Kamis (9/2), harga emas hitam periode Maret 2023 ambles 16,38% di level USD191,50 per ton.
Penurunan ini sekaligus menandai pamitnya batu bara dari level USD200 per ton, kendati pada penutupan terakhir sempat bertahan di USD229 per ton.
Sinyal bearish ini juga menunjukkan ada penurunan sebesar 18,63% dalam lima hari terakhir. Sejumlah faktor ekonomi membayangi penurunan harga energi fosil ini sehingga menghasilkan tekanan jual.
Ekspektasi terhadap perlambatan ekonomi global ditambah penurunan harga gas alam, serta peningkatan pasokan, memicu harga batu bara kian tergerus.
Badan Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat memperkirakan penggunaan batu bara untuk energi di pembangkit listrik AS akan susut 2% pada tahun ini.
Namun, EIA memproyeksikan ekspor batu bara AS akan nanjak sekitar 2% pada tahun 2023, seiring permintaan yang meningkat di kawasan Eropa dan Asia.
“Bahkan ketika permintaan global untuk batu bara meningkat, kami memperkirakan berkurangnya permintaan energi di AS akan menyebabkan berkurangnya produksi batu bara di Amerika Serikat tahun ini dan 2024,” ujar Administrator EIA, Joe DeCarolis, Kamis (9/2).
Analisa JPMorgan Sekuritas pada akhir pekan lalu mencatat penurunan harga gas alam menciptakan tekanan terhadap harga batu bara berkalori tinggi.
Penurunan ini sekaligus menandai pamitnya batu bara dari level USD200 per ton, kendati pada penutupan terakhir sempat bertahan di USD229 per ton.
Sinyal bearish ini juga menunjukkan ada penurunan sebesar 18,63% dalam lima hari terakhir. Sejumlah faktor ekonomi membayangi penurunan harga energi fosil ini sehingga menghasilkan tekanan jual.
Ekspektasi terhadap perlambatan ekonomi global ditambah penurunan harga gas alam, serta peningkatan pasokan, memicu harga batu bara kian tergerus.
Badan Administrasi Informasi Energi (EIA) Amerika Serikat memperkirakan penggunaan batu bara untuk energi di pembangkit listrik AS akan susut 2% pada tahun ini.
Namun, EIA memproyeksikan ekspor batu bara AS akan nanjak sekitar 2% pada tahun 2023, seiring permintaan yang meningkat di kawasan Eropa dan Asia.
“Bahkan ketika permintaan global untuk batu bara meningkat, kami memperkirakan berkurangnya permintaan energi di AS akan menyebabkan berkurangnya produksi batu bara di Amerika Serikat tahun ini dan 2024,” ujar Administrator EIA, Joe DeCarolis, Kamis (9/2).
Analisa JPMorgan Sekuritas pada akhir pekan lalu mencatat penurunan harga gas alam menciptakan tekanan terhadap harga batu bara berkalori tinggi.
tulis komentar anda