Pentingnya Keberlanjutan Energi pada Industri Data Center
Senin, 13 Februari 2023 - 20:58 WIB
JAKARTA - Schneider Electric , pemimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan otomasi, kembali dipercaya menjadi mitra digital bagi pelaku data center di Indonesia untuk bertransformasi menuju green data center. Kali ini, Schneider Electric ditunjuk oleh PT Dunia Virtual Online untuk mendukung pembangunan infrastruktur data centernya yang diberi nama AREA31 berlokasi di Cimanggis, Jawa Barat.
Konsep green data center semakin menjadi fokus dari para pelaku industri sebagai upaya dekarbonisasi dari kegiatan operasionalnya yang mencakup dua aspek utama, yaitu efisiensi konsumsi listrik yang terukur dan peralihan ke sumber energi terbarukan, serta upaya-upaya pengurangan dampak lingkungan langsung dari fasilitas dan teknologi data center.
Studi internal Schneider Electric memperkirakan, pada tahun 2025 penggunaan energi oleh industri teknologi informasi (TI) akan membengkak menjadi 20,9% dari total global, dan menyumbang 5,5% dari emisi gas rumah kaca global. Sementara itu salah satu konsumsi listrik terbesar di industri TI berasal dari data center.
Yana Achmad Haikal, Business Vice President Secure Power Schneider Electric, mengatakan listrik dan pendinginan (cooling) mengonsumsi energi terbesar di data center dan perlu menjadi prioritas utama dalam peningkatan keberlanjutan. Sistem pendinginan mengonsumsi listrik paling besar di dalam fasilitas data center hingga mencapai lebih dari 37% dari total konsumsi listrik, dan membutuhkan sumber daya air dalam jumlah yang besar.
"Dibutuhkan sistem pemantauan yang real time untuk mengukur efektivitas operasional fasilitas data center dalam penggunaan listrik, air, dan sumber daya lainnya. Tidak hanya itu, pemilihan solusi dan teknologi data center yang mengusung konsep ramah lingkungan dan dapat mengoptimalkan siklus hidup data center juga sangat penting,” ungkap Yana Achmad, dalam keterangannya Senin (13/2/2023).
Dalam mendukung infrastruktur AREA31 menjadi green data center, fondasi dasar adalah memiliki visibilitas menyeluruh terhadap perjalanan aksinya termasuk konsumsi energi, memiliki kemampuan untuk memproses dan menganalisa data secara akurat dan real time untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat sasaran.
Schneider Electric mendukung hal tersebut melalui berbagai solusi mulai dari perangkat terhubung (connected product) antara lain LV switchgear, dan MV switchgear, hingga perangkat lunak seperti DCIM untuk memantau kinerja infrastruktur data center secara real time, dan uniflair room cooling sistem pendinginan (cooling system) yang akan meningkatkan efisiensi konsumsi energi, mengontrol kelembaban, dan menjaga stabilitas suhu udara di ruangan cooling.
Michael Alifen, President Director AREA31 ,mengatakan, pihaknya mengusung konsep Purpose-Built Data Center yang menyediakan tidak hanya solusi data center, namun juga satelit teleport. AREA31 memiliki kapasitas hingga 25 MegaWatt yang nantinya akan tersedia 8 Data Hall yang mengakomodasi hingga 1.200 rack.
Konsep green data center semakin menjadi fokus dari para pelaku industri sebagai upaya dekarbonisasi dari kegiatan operasionalnya yang mencakup dua aspek utama, yaitu efisiensi konsumsi listrik yang terukur dan peralihan ke sumber energi terbarukan, serta upaya-upaya pengurangan dampak lingkungan langsung dari fasilitas dan teknologi data center.
Studi internal Schneider Electric memperkirakan, pada tahun 2025 penggunaan energi oleh industri teknologi informasi (TI) akan membengkak menjadi 20,9% dari total global, dan menyumbang 5,5% dari emisi gas rumah kaca global. Sementara itu salah satu konsumsi listrik terbesar di industri TI berasal dari data center.
Yana Achmad Haikal, Business Vice President Secure Power Schneider Electric, mengatakan listrik dan pendinginan (cooling) mengonsumsi energi terbesar di data center dan perlu menjadi prioritas utama dalam peningkatan keberlanjutan. Sistem pendinginan mengonsumsi listrik paling besar di dalam fasilitas data center hingga mencapai lebih dari 37% dari total konsumsi listrik, dan membutuhkan sumber daya air dalam jumlah yang besar.
"Dibutuhkan sistem pemantauan yang real time untuk mengukur efektivitas operasional fasilitas data center dalam penggunaan listrik, air, dan sumber daya lainnya. Tidak hanya itu, pemilihan solusi dan teknologi data center yang mengusung konsep ramah lingkungan dan dapat mengoptimalkan siklus hidup data center juga sangat penting,” ungkap Yana Achmad, dalam keterangannya Senin (13/2/2023).
Dalam mendukung infrastruktur AREA31 menjadi green data center, fondasi dasar adalah memiliki visibilitas menyeluruh terhadap perjalanan aksinya termasuk konsumsi energi, memiliki kemampuan untuk memproses dan menganalisa data secara akurat dan real time untuk pengambilan keputusan yang lebih tepat sasaran.
Schneider Electric mendukung hal tersebut melalui berbagai solusi mulai dari perangkat terhubung (connected product) antara lain LV switchgear, dan MV switchgear, hingga perangkat lunak seperti DCIM untuk memantau kinerja infrastruktur data center secara real time, dan uniflair room cooling sistem pendinginan (cooling system) yang akan meningkatkan efisiensi konsumsi energi, mengontrol kelembaban, dan menjaga stabilitas suhu udara di ruangan cooling.
Michael Alifen, President Director AREA31 ,mengatakan, pihaknya mengusung konsep Purpose-Built Data Center yang menyediakan tidak hanya solusi data center, namun juga satelit teleport. AREA31 memiliki kapasitas hingga 25 MegaWatt yang nantinya akan tersedia 8 Data Hall yang mengakomodasi hingga 1.200 rack.
Lihat Juga :
tulis komentar anda