Aneh! Punya Laut Luas dan Garis Pantai Panjang, Sektor Maritim Tak Masuk Industri Prioritas
Selasa, 21 Februari 2023 - 22:10 WIB
JAKARTA - Ekonom senior Indef, Didin S. Damanhuri, menyayangkan upaya pemerintah yang tidak memasukkan industri sektor maritim dalam fokus pengembangan tujuh industri prioritas yang ditetapkan oleh Kementerian Perindustrian . Tujuh industri prioritas itu adalah sektor makanan dan minuman (mamin), otomotif, kimia, tekstil dan produk tekstil (TPT), elektronika, dan kesehatan.
"Kesehatan, farmasi, saya setujulah. Tapi yang patut dipertanyakan adalah, apakah memilih industri elektronik dan otomotif itu pilihan yang cerdas? Dalam kompetisi yang luar biasa, dan sangat keras saat ini," kata Didin dalam diskusi di IDXChannel, Selasa (21/2/2023).
Didin menilai, Indonesia yang mempunyai garis pantai dan laut yang cukup luas seharusnya bisa menjadi modal besar untuk pengembangan ekonomi nasional. Bukan malah berambisi untuk menjadi pemain di sektor elektronik dan otomotif yang saat ini cukup ketat kompetisinya di pasar global.
"Negara seperti Turki saja, dan Eropa, yang mencoba (masuk ke elektronik dan otomotif), dan mereka juga sulit untuk berkompetisi. Malah yang muncul sekarang China, bukan hanya Jepang dan Korea," kata Didin.
Menurut Didin yang perlu dikembangkan sebetulnya adalah industri di bidang agro maritim. Bukan memprioritaskan industri elektronika ataupun otomotif.
"Itu yang menurut saya perlu dipertimbangkan kembali, kalau makan minuman okelah. Tapi agro industri maritim menurut saya harus masuk dalam pilihan," lanjut Didin.
Didin melanjutkan, industri elektronik dan otomotif di Indonesia dari sisi SDM dan teknologi juga masih rendah dan tertinggal jika mau menjadi pemain di sektor tersebut. Saingan kedua industri tersebut sudah jelas, dari Jepang, Korea, dan China yang bisa bersaing dari sisi harga yang miring dengan menjaga kualitas.
"Saya soroti industri manufaktur, otomotif dan elektronik. Masalahnya, sampai hari ini secara makro, industri otomotif elektronik ini, teknologi kita kuasai masih sangat rendah. Patennya masih dikuasai oleh negara holding, seperti Jepang, Korea, China," kata Didin.
"Justru yang sudah kita miliki di bidang agro dan maritim, itu kan milik kita, tinggal teknologi juga tidak terlalu berat. Kita bisa kuasai dengan cepat, ini yang harus menurut saya sebagai industri prioritas," pungkasnya.
"Kesehatan, farmasi, saya setujulah. Tapi yang patut dipertanyakan adalah, apakah memilih industri elektronik dan otomotif itu pilihan yang cerdas? Dalam kompetisi yang luar biasa, dan sangat keras saat ini," kata Didin dalam diskusi di IDXChannel, Selasa (21/2/2023).
Didin menilai, Indonesia yang mempunyai garis pantai dan laut yang cukup luas seharusnya bisa menjadi modal besar untuk pengembangan ekonomi nasional. Bukan malah berambisi untuk menjadi pemain di sektor elektronik dan otomotif yang saat ini cukup ketat kompetisinya di pasar global.
"Negara seperti Turki saja, dan Eropa, yang mencoba (masuk ke elektronik dan otomotif), dan mereka juga sulit untuk berkompetisi. Malah yang muncul sekarang China, bukan hanya Jepang dan Korea," kata Didin.
Menurut Didin yang perlu dikembangkan sebetulnya adalah industri di bidang agro maritim. Bukan memprioritaskan industri elektronika ataupun otomotif.
"Itu yang menurut saya perlu dipertimbangkan kembali, kalau makan minuman okelah. Tapi agro industri maritim menurut saya harus masuk dalam pilihan," lanjut Didin.
Didin melanjutkan, industri elektronik dan otomotif di Indonesia dari sisi SDM dan teknologi juga masih rendah dan tertinggal jika mau menjadi pemain di sektor tersebut. Saingan kedua industri tersebut sudah jelas, dari Jepang, Korea, dan China yang bisa bersaing dari sisi harga yang miring dengan menjaga kualitas.
"Saya soroti industri manufaktur, otomotif dan elektronik. Masalahnya, sampai hari ini secara makro, industri otomotif elektronik ini, teknologi kita kuasai masih sangat rendah. Patennya masih dikuasai oleh negara holding, seperti Jepang, Korea, China," kata Didin.
"Justru yang sudah kita miliki di bidang agro dan maritim, itu kan milik kita, tinggal teknologi juga tidak terlalu berat. Kita bisa kuasai dengan cepat, ini yang harus menurut saya sebagai industri prioritas," pungkasnya.
(uka)
tulis komentar anda