Bos Kimia Farma Klaim Masuknya Investasi China Beri Banyak Keuntungan
Jum'at, 02 Juni 2023 - 17:05 WIB
JAKARTA - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sedang fokus mengejar keuntungan demi memulihkan kinerja operasional tahun lalu. Sejumlah strategi disiapkan, termasuk pengelolaan dana pemodal yang datang dari sejumlah raksasa investasi .
Sejak Indonesia Investment Authority (INA) dan Silk Road Fund (SRF) menjadi investor strategis KAEF dan anak usahanya, yakni PT Kimia Farma Apotek (KFA), pada akhir Februari 2023, perseroan mengakui terdapat kontribusi nilai (value) yang diberikan oleh kedua lembaga tersebut.
"SRF itu SWF-nya (sovereign wealth fund) China. Dia bukain pintu kita perusahaan yang bonafide, itu value yang mereka datangkan," kata Direktur Utama KAEF David Utama, saat ditemui di Jakarta Timur, Rabu (31/5).
SRF atau dana jalur sutra milik pemerintah China--bersama INA--telah mengambil bagian atas penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) KAEF, dan mengambil bagian 40% saham pada anak perusahaannya, KFA.
Dengan masuknya pemodal institusi ini, David mengakui terdapat potensi ekspansi pasar ke Negeri Tirai Bambu. SRF juga dipandang mampu memberi jalan bagi perseroan untuk memperkaya kemitraan, baik dari sisi pemasaran ataupun persediaan.
"SRF ini mereka membuka setiap kebutuhan yang kita butuhkan. Kalau gak dibukain pintu sama SRF, kita gak bisa ketemu perusahaan yang bonafide di China," tutur David.
David mengakui saat ini produsen bahan baku obat (BBO) masih dikuasai oleh India dan China. Pihaknya menargetkan ada produksi 28 BBO hingga 2024 melalui anak usahanya, PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP). Langkah ini diperlukan untuk menekan ketergantungan impor bahan baku.
Dari 24 BBO, 10 di antaranya merupakan prioritas dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI seperti Parasetamol, Clopidogrel Bisulfate, Amlodipin, Candesartan Cilexetil, Bisoprolol, hingga Atorvastatin Calcium.
"Tahun 2024, 28 BBO ini akan membantu menurunkan impor bahan baku obat sampai 17%," terang David.
Lihat Juga: One on One Bersama Wakil Kepala BP Danantara Kaharuddin Djenod: Tantangan Mengelola Aset Negara
Sejak Indonesia Investment Authority (INA) dan Silk Road Fund (SRF) menjadi investor strategis KAEF dan anak usahanya, yakni PT Kimia Farma Apotek (KFA), pada akhir Februari 2023, perseroan mengakui terdapat kontribusi nilai (value) yang diberikan oleh kedua lembaga tersebut.
"SRF itu SWF-nya (sovereign wealth fund) China. Dia bukain pintu kita perusahaan yang bonafide, itu value yang mereka datangkan," kata Direktur Utama KAEF David Utama, saat ditemui di Jakarta Timur, Rabu (31/5).
SRF atau dana jalur sutra milik pemerintah China--bersama INA--telah mengambil bagian atas penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) KAEF, dan mengambil bagian 40% saham pada anak perusahaannya, KFA.
Dengan masuknya pemodal institusi ini, David mengakui terdapat potensi ekspansi pasar ke Negeri Tirai Bambu. SRF juga dipandang mampu memberi jalan bagi perseroan untuk memperkaya kemitraan, baik dari sisi pemasaran ataupun persediaan.
"SRF ini mereka membuka setiap kebutuhan yang kita butuhkan. Kalau gak dibukain pintu sama SRF, kita gak bisa ketemu perusahaan yang bonafide di China," tutur David.
David mengakui saat ini produsen bahan baku obat (BBO) masih dikuasai oleh India dan China. Pihaknya menargetkan ada produksi 28 BBO hingga 2024 melalui anak usahanya, PT Kimia Farma Sungwun Pharmacopia (KFSP). Langkah ini diperlukan untuk menekan ketergantungan impor bahan baku.
Dari 24 BBO, 10 di antaranya merupakan prioritas dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI seperti Parasetamol, Clopidogrel Bisulfate, Amlodipin, Candesartan Cilexetil, Bisoprolol, hingga Atorvastatin Calcium.
"Tahun 2024, 28 BBO ini akan membantu menurunkan impor bahan baku obat sampai 17%," terang David.
Lihat Juga: One on One Bersama Wakil Kepala BP Danantara Kaharuddin Djenod: Tantangan Mengelola Aset Negara
(uka)
tulis komentar anda