Ribuan Buruh Pabrik Tekstil Kena PHK, Ini Respons Kemnaker
Jum'at, 02 Juni 2023 - 21:55 WIB
JAKARTA - Ribuan buruh pabrik garmen, tekstil, hingga alas kaki dikabarkan menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sejak akhir tahun lalu hingga saat ini. Menurunnya pemesanan dari pasar ekspor membuat produksi juga ikut turun.
Adapun kejadian PHK tersebut banyak menimpa pabrik di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Terkait hal ini, Sekjen Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Anwar Sanusi mengatakan, saat ini pihaknya tengah mendorong perusahaan untuk melakukan dialog bipatrit antara pengusaha dan pekerja sebelum memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya.
"Kalau masalah itu kan tidak bisa sepihak, harus ada dialog bipatrit dulu yang memang dilakukan untuk mencari solusi. Jadi, kita akan dorong dialog antara pengusaha dan pekerja," ujarnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Jumat (2/6/2023).
Anwar mengakui hingga akhir kuartal I/2023 pihaknya memang menerima laporan masalah PHK yang disampaikan oleh dinas-dinas ketenagakerjaan. Namun, dirinya masih enggan untuk menyebut jumlah korban yang di-PHK.
"Kalau terjadi PHK kita sangat perhatian, (dialog) ini kita dorong mudah-mudahan ada solusinya atas kabar (PHK) tersebut," tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Umum KSPN (Konfederasi Serikat Pekerja Nasiona), Rustadi menyampaikan bahwa setidaknya ada ribuan aduan dari para buruh masuk ke posko yang dibentuknya. Aduan tersebut dilatarbelakangi oleh PHK yang dilakukan oleh perusahaan di industri garmen, tekstil, sepatu.
Dia menilai perusahaan yang bergerak di bidang tekstil, garmen, dan sepatu saat ini kesulitan untuk mendapatkan order, terutama untuk industri yang berorientasi pada ekpor.
Pasalnya, pelemahan ekonomi dan pembatasan jalur perdagangan juga sudah dilakukan oleh beberapa negara, menjadikan orderan ke pabrik menjadi lesu.
Menurut catatan KSPN, PT Kaban dan PT Prosmatex di Jawa Tengah melakukan PHK terhadap 3.000 karyawan, PT Duniatex dan PT Agungtex PHK 5.000 karyawan. Di Bandung, PT Adetex dan PT Binacitra Kharisma Lestari (industri garmen) melakukan layoff kepada 2.000 karyawan.
"Itu yang hanya terdata oleh kami, belum oleh serikat lain, kemudian belum lagi mereka yang tidak laporan. Kalau efisiensi yang dirumahkan itu banyak lagi, saya bisa pastikan 50-80% pabrik tekstil mengurangi karyawan dan jam kerjanya," bebernya.
Adapun kejadian PHK tersebut banyak menimpa pabrik di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Terkait hal ini, Sekjen Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Anwar Sanusi mengatakan, saat ini pihaknya tengah mendorong perusahaan untuk melakukan dialog bipatrit antara pengusaha dan pekerja sebelum memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya.
"Kalau masalah itu kan tidak bisa sepihak, harus ada dialog bipatrit dulu yang memang dilakukan untuk mencari solusi. Jadi, kita akan dorong dialog antara pengusaha dan pekerja," ujarnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia (MPI), Jumat (2/6/2023).
Anwar mengakui hingga akhir kuartal I/2023 pihaknya memang menerima laporan masalah PHK yang disampaikan oleh dinas-dinas ketenagakerjaan. Namun, dirinya masih enggan untuk menyebut jumlah korban yang di-PHK.
"Kalau terjadi PHK kita sangat perhatian, (dialog) ini kita dorong mudah-mudahan ada solusinya atas kabar (PHK) tersebut," tuturnya.
Sebelumnya, Ketua Umum KSPN (Konfederasi Serikat Pekerja Nasiona), Rustadi menyampaikan bahwa setidaknya ada ribuan aduan dari para buruh masuk ke posko yang dibentuknya. Aduan tersebut dilatarbelakangi oleh PHK yang dilakukan oleh perusahaan di industri garmen, tekstil, sepatu.
Dia menilai perusahaan yang bergerak di bidang tekstil, garmen, dan sepatu saat ini kesulitan untuk mendapatkan order, terutama untuk industri yang berorientasi pada ekpor.
Pasalnya, pelemahan ekonomi dan pembatasan jalur perdagangan juga sudah dilakukan oleh beberapa negara, menjadikan orderan ke pabrik menjadi lesu.
Menurut catatan KSPN, PT Kaban dan PT Prosmatex di Jawa Tengah melakukan PHK terhadap 3.000 karyawan, PT Duniatex dan PT Agungtex PHK 5.000 karyawan. Di Bandung, PT Adetex dan PT Binacitra Kharisma Lestari (industri garmen) melakukan layoff kepada 2.000 karyawan.
Baca Juga
"Itu yang hanya terdata oleh kami, belum oleh serikat lain, kemudian belum lagi mereka yang tidak laporan. Kalau efisiensi yang dirumahkan itu banyak lagi, saya bisa pastikan 50-80% pabrik tekstil mengurangi karyawan dan jam kerjanya," bebernya.
(ind)
tulis komentar anda