Pembiayaan BTPN Syariah Tumbuh 22,1% di Kuartal I 2020
Rabu, 29 April 2020 - 21:13 WIB
JAKARTA - Di tengah pandemi Covid 19 yang menantang, BTPN Syariah mencatatkan pertumbuhan yang baik pada kuartal pertama 2020 ini. Dana pihak ketiga (DPK) menjadi Rp9,7 triliun atau meningkat 23,8% dari periode sebelumnya Rp7,8 triliun.
Penyaluran pembiayaan tumbuh 22,1% menjadi Rp9,2 triliun dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp7,5 triliun. Rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) tetap terjaga sebesar 1,4%. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat di posisi 42,4%.
Fokus melayani segmen keuangan inklusif, BTPN Syariah bertekad untuk terus membangun optimisme kepada nasabahnya untuk melampaui masa sulit pandemi ini secara bersama sama, melalui program pendampingan yang berkelanjutan. Dengan melayani transaksi keuangan masyarakat, serta mengetahui kebutuhan mereka sesuai anjuran regulator, baik dalam hal relaksasi atau kelonggaraan pembiayaan bagi nasabah yang usahanya terdampak langsung, atau kebutuhan perbankan lainnya.
“Kita sama-sama tahu kondisi pandemi saat ini memang tidak mudah bagi semua usaha termasuk perbankan. Sehingga bisa saja pertumbuhan yang kami catatkan berikutnya tidak semoncer saat ini. Akan tetapi kami tetap optimis dan fokus untuk melayani nasabah kami yang unik, yaitu para perempuan dari keluarga prasejahtera produktif yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia," ujar Direktur Kepatuhan yang merangkap Corporate Secretary BTPN Syariah Arief Ismail dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu(28/4/2020).
Sambung dia menerangkan, nasabah BTPN terbiasa dilayani oleh petugas lapangan langsung ke tempat mereka secara regular. Dengan demikian dapat merasakan langsung bagaimana pandemi ini memengaruhi usaha mereka.
Karenanya, pertemuan yang memenuhi protokoler kesehatan yang berlaku, sebisa mungkin diupayakan oleh BTPN Syariah, bahkan melalui telepon, whatsapp atau SMS. Pendekatan ini dilakukan tidak hanya menjalankan anjuran peraturan regulator untuk tetap melayani transaksi keuangan masyarakat, namun lebih dari itu.
"Kami perlu mengetahui kebutuhan mereka, misalnya relaksasi pembiayaan, atau sekedar melayani penarikan tabungan. Namun yang terpenting dari itu semua, pendekatan ini ditujukan demi memastikan semangat mereka untuk terus berusaha tetap terjaga. Semangat ini yang membuat kreativitas mereka jadi tumbuh dan tidak menyerah menghadapi masa sulit ini. BTPN Syariah mendukung," jelas Arief.
Lanjut ia mengatakan, "salah satu contoh nasabah kami di Garut, yang rutin memproduksi pakaian seragam sekolah. Karena Covid permintaan menjadi menurun tajam. Dengan bertukar pikiran bersama Community Officer sebutan bagi petugas kami dilapangan, nasabah tersebut beralih memproduksi masker dan Baju Hazmat untuk Alat Perlindungan Diri (APD) bagi tenaga medis. Permintaan APD cukup tinggi, sehingga nasabah tersebut membutuhkan penambahan pembiayaan."
Hingga periode ini, total aset BTPN Syariah tumbuh 27,6% menjadi Rp 16 triliun dari Rp12,5 triliun. Adapun laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp402 miliar, tumbuh 39,5% dari Rp288 miliar.
Penyaluran pembiayaan tumbuh 22,1% menjadi Rp9,2 triliun dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp7,5 triliun. Rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) tetap terjaga sebesar 1,4%. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih kuat di posisi 42,4%.
Fokus melayani segmen keuangan inklusif, BTPN Syariah bertekad untuk terus membangun optimisme kepada nasabahnya untuk melampaui masa sulit pandemi ini secara bersama sama, melalui program pendampingan yang berkelanjutan. Dengan melayani transaksi keuangan masyarakat, serta mengetahui kebutuhan mereka sesuai anjuran regulator, baik dalam hal relaksasi atau kelonggaraan pembiayaan bagi nasabah yang usahanya terdampak langsung, atau kebutuhan perbankan lainnya.
“Kita sama-sama tahu kondisi pandemi saat ini memang tidak mudah bagi semua usaha termasuk perbankan. Sehingga bisa saja pertumbuhan yang kami catatkan berikutnya tidak semoncer saat ini. Akan tetapi kami tetap optimis dan fokus untuk melayani nasabah kami yang unik, yaitu para perempuan dari keluarga prasejahtera produktif yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia," ujar Direktur Kepatuhan yang merangkap Corporate Secretary BTPN Syariah Arief Ismail dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu(28/4/2020).
Sambung dia menerangkan, nasabah BTPN terbiasa dilayani oleh petugas lapangan langsung ke tempat mereka secara regular. Dengan demikian dapat merasakan langsung bagaimana pandemi ini memengaruhi usaha mereka.
Karenanya, pertemuan yang memenuhi protokoler kesehatan yang berlaku, sebisa mungkin diupayakan oleh BTPN Syariah, bahkan melalui telepon, whatsapp atau SMS. Pendekatan ini dilakukan tidak hanya menjalankan anjuran peraturan regulator untuk tetap melayani transaksi keuangan masyarakat, namun lebih dari itu.
"Kami perlu mengetahui kebutuhan mereka, misalnya relaksasi pembiayaan, atau sekedar melayani penarikan tabungan. Namun yang terpenting dari itu semua, pendekatan ini ditujukan demi memastikan semangat mereka untuk terus berusaha tetap terjaga. Semangat ini yang membuat kreativitas mereka jadi tumbuh dan tidak menyerah menghadapi masa sulit ini. BTPN Syariah mendukung," jelas Arief.
Lanjut ia mengatakan, "salah satu contoh nasabah kami di Garut, yang rutin memproduksi pakaian seragam sekolah. Karena Covid permintaan menjadi menurun tajam. Dengan bertukar pikiran bersama Community Officer sebutan bagi petugas kami dilapangan, nasabah tersebut beralih memproduksi masker dan Baju Hazmat untuk Alat Perlindungan Diri (APD) bagi tenaga medis. Permintaan APD cukup tinggi, sehingga nasabah tersebut membutuhkan penambahan pembiayaan."
Hingga periode ini, total aset BTPN Syariah tumbuh 27,6% menjadi Rp 16 triliun dari Rp12,5 triliun. Adapun laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp402 miliar, tumbuh 39,5% dari Rp288 miliar.
(akr)
tulis komentar anda