Backlog Capai 12,7 Juta Unit, Pengembang Fokus Bangun Perumahan untuk MBR
Minggu, 03 September 2023 - 08:36 WIB
JAKARTA - Kebutuhan akan ketersediaan rumah (backlog) setiap tahun semakin meningkat. Seperti disampaikan Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR, Herry Trisaputra Zuna, angka backlog di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 12,71 juta unit.
Tingginya angka backlog terjadi oleh beberapa faktor, namun yang paling umum penyebabnya adalah kesenjangan lebar antara proses pembangunan fisik rumah dengan populasi penduduk yang setiap tahun meningkat.
Pemerintah telah melakukan sejumlah strategi untuk mengatasi persoalan backlog tersebut. Mulai dari peningkatan alokasi APBN untuk pembangunan perumahan rakyat, mempermudah pembiayaan perumahan, hingga pemberian berbagai skema subsidi seperti (SBUM), Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Bantuan Pembiayaan Perumahan berbasih Tabungan (BP2BT) serta Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).
PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk (Ingria) sebagai pengembang perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) mendukung penuh program dan strategi pemerintah dalam mengatasi persoalan Backlog tersebut. Salah satu bentuk dukungannya, Ingria tetap fokus membangun dan mengembangkan perumahan bagi kalangan menengah ke bawah.
“Ingria fokus untuk menjadi pengembang perumahan bagi MBR untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat yang setiap tahun terus meningkat. Ini kami lakukan semenjak Perusahaan didirikan tahun 2013 sampai dengan ke depannya,” ujar Corporate Secretary Ingria, Eka Maolana, di Jakarta, Rabu (23/8/2023).
Ingria yang telah yang telah mencatatkan sahamnya di publiK (GRIA), telah membangun perumahan MBR di beberapa lokasi di antaranya Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Kecamatan Cimanggung dan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi dan di Kabupaten Karawang serta di berbagai lokasi lainnya di Indonesia.
Proses pembangunan, ujar Eka, masih terus berjalan, dan saat ini Ingria tengah mengembangkan kawasan perumahan di Samarinda.
“Tingginya kebutuhan rumah bukan saja terjadi di kota-kota besar di Jawa, di Samarinda juga terjadi, sehingga kami mengembangkan perumahan di sana untuk memenuhi kebutuhan warga Samarinda yang masih belum memiliki rumah dan membutuhkan rumah utamanya bagi MBR,” tambah Eka.
Baca Juga
Tingginya angka backlog terjadi oleh beberapa faktor, namun yang paling umum penyebabnya adalah kesenjangan lebar antara proses pembangunan fisik rumah dengan populasi penduduk yang setiap tahun meningkat.
Pemerintah telah melakukan sejumlah strategi untuk mengatasi persoalan backlog tersebut. Mulai dari peningkatan alokasi APBN untuk pembangunan perumahan rakyat, mempermudah pembiayaan perumahan, hingga pemberian berbagai skema subsidi seperti (SBUM), Fasilitas Likuditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Bantuan Pembiayaan Perumahan berbasih Tabungan (BP2BT) serta Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).
PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk (Ingria) sebagai pengembang perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) mendukung penuh program dan strategi pemerintah dalam mengatasi persoalan Backlog tersebut. Salah satu bentuk dukungannya, Ingria tetap fokus membangun dan mengembangkan perumahan bagi kalangan menengah ke bawah.
“Ingria fokus untuk menjadi pengembang perumahan bagi MBR untuk memenuhi kebutuhan perumahan rakyat yang setiap tahun terus meningkat. Ini kami lakukan semenjak Perusahaan didirikan tahun 2013 sampai dengan ke depannya,” ujar Corporate Secretary Ingria, Eka Maolana, di Jakarta, Rabu (23/8/2023).
Ingria yang telah yang telah mencatatkan sahamnya di publiK (GRIA), telah membangun perumahan MBR di beberapa lokasi di antaranya Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, Kecamatan Cimanggung dan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang, Kecamatan Cibarusah, Kabupaten Bekasi dan di Kabupaten Karawang serta di berbagai lokasi lainnya di Indonesia.
Proses pembangunan, ujar Eka, masih terus berjalan, dan saat ini Ingria tengah mengembangkan kawasan perumahan di Samarinda.
“Tingginya kebutuhan rumah bukan saja terjadi di kota-kota besar di Jawa, di Samarinda juga terjadi, sehingga kami mengembangkan perumahan di sana untuk memenuhi kebutuhan warga Samarinda yang masih belum memiliki rumah dan membutuhkan rumah utamanya bagi MBR,” tambah Eka.
tulis komentar anda