Rusia Pertimbangkan Gabung China Setop Impor Makanan Laut dari Jepang
Rabu, 27 September 2023 - 13:25 WIB
JAKARTA - Rusia mempertimbangkan bergabung dengan China melarang impor makanan laut Jepang setelah negara itu melepaskan air radioaktif yang telah diolah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut. Pemerintah Rusia saat ini sedang bernegosiasi dengan Jepang terkait hal ini.
Jepang mulai melepaskan limbah radioaktif ke laut bulan lalu, yang menuai kecaman keras dari China. Sebagai pembalasan, China memberlakukan larangan menyeluruh pada semua impor air dari Jepang.
Badan Pengawas Keamanan Pangan Rusia, Rosselkhoznadzor mengatakan bahwa mereka telah membicarakan terkait ekspor makanan Jepang dengan China. Mengutip Nikkei Asia, Rusia adalah salah satu pemasok produk laut terbesar ke China dan sedang berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar.
"Dengan mempertimbangkan kemungkinan risiko kontaminasi radiasi pada produk, Rosselkhoznadzor sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk bergabung dengan China untuk membatasi pasokan produk ikan dari Jepang," kata Rosselkhoznadzor dalam sebuah pernyataan. "Keputusan akhir akan dibuat setelah negosiasi dengan pihak Jepang," jelasnya.
Berdasarkan laporan, Rusia telah mengimpor 118 ton makanan laut Jepang. Rosselkhoznadzor mengatakan bahwa mereka telah mengirim surat kepada Jepang mengenai perlunya mengadakan pembicaraan dan meminta informasi mengenai pengujian radiologi Jepang terhadap produk ikan yang diekspor pada 16 Oktober, termasuk tritium.
Jepang mengatakan bahwa air tersebut aman setelah diolah untuk menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif kecuali tritium, sebuah radionuklida yang sulit dipisahkan dari air. Air tersebut kemudian diencerkan hingga mencapai tingkat yang diterima secara internasional sebelum dilepaskan.
Jepang mengatakan bahwa kritik dari Rusia dan China tidak didukung oleh bukti ilmiah. Pada hari Senin, dalam laporan terbarunya mengenai pengujian air, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mengatakan bahwa hasil analisis air laut, yang diambil sampelnya pada tanggal 19 September, menunjukkan bahwa konsentrasi tritium berada di bawah batas bawah deteksi di semua 11 titik pengambilan sampel dan tidak akan berdampak buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Rusia juga mendeteksi tidak ada penyimpangan dalam sampel laut yang digunakan untuk pengujian di wilayah Rusia yang relatif dekat dengan tempat air yang telah diolah dilepaskan, kata cabang timur jauh Rosselkhoznadzor pada hari Selasa, demikian Interfax melaporkan.
Berdasarkan data badan perikanan Rusia, negara itu mengekspor 2,3 juta metrik ton produk laut tahun lalu senilai sekitar USD6,1 miliar, sekitar setengah dari hasil tangkapan secara keseluruhan di eskpor ke Korea Selatan, dan Jepang sebagai importir terbesar.
Jepang mulai melepaskan limbah radioaktif ke laut bulan lalu, yang menuai kecaman keras dari China. Sebagai pembalasan, China memberlakukan larangan menyeluruh pada semua impor air dari Jepang.
Badan Pengawas Keamanan Pangan Rusia, Rosselkhoznadzor mengatakan bahwa mereka telah membicarakan terkait ekspor makanan Jepang dengan China. Mengutip Nikkei Asia, Rusia adalah salah satu pemasok produk laut terbesar ke China dan sedang berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar.
"Dengan mempertimbangkan kemungkinan risiko kontaminasi radiasi pada produk, Rosselkhoznadzor sedang mempertimbangkan kemungkinan untuk bergabung dengan China untuk membatasi pasokan produk ikan dari Jepang," kata Rosselkhoznadzor dalam sebuah pernyataan. "Keputusan akhir akan dibuat setelah negosiasi dengan pihak Jepang," jelasnya.
Berdasarkan laporan, Rusia telah mengimpor 118 ton makanan laut Jepang. Rosselkhoznadzor mengatakan bahwa mereka telah mengirim surat kepada Jepang mengenai perlunya mengadakan pembicaraan dan meminta informasi mengenai pengujian radiologi Jepang terhadap produk ikan yang diekspor pada 16 Oktober, termasuk tritium.
Jepang mengatakan bahwa air tersebut aman setelah diolah untuk menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif kecuali tritium, sebuah radionuklida yang sulit dipisahkan dari air. Air tersebut kemudian diencerkan hingga mencapai tingkat yang diterima secara internasional sebelum dilepaskan.
Jepang mengatakan bahwa kritik dari Rusia dan China tidak didukung oleh bukti ilmiah. Pada hari Senin, dalam laporan terbarunya mengenai pengujian air, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang mengatakan bahwa hasil analisis air laut, yang diambil sampelnya pada tanggal 19 September, menunjukkan bahwa konsentrasi tritium berada di bawah batas bawah deteksi di semua 11 titik pengambilan sampel dan tidak akan berdampak buruk pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Rusia juga mendeteksi tidak ada penyimpangan dalam sampel laut yang digunakan untuk pengujian di wilayah Rusia yang relatif dekat dengan tempat air yang telah diolah dilepaskan, kata cabang timur jauh Rosselkhoznadzor pada hari Selasa, demikian Interfax melaporkan.
Berdasarkan data badan perikanan Rusia, negara itu mengekspor 2,3 juta metrik ton produk laut tahun lalu senilai sekitar USD6,1 miliar, sekitar setengah dari hasil tangkapan secara keseluruhan di eskpor ke Korea Selatan, dan Jepang sebagai importir terbesar.
(nng)
tulis komentar anda