Tahun Ini, TBIG Fokus di Perluasan Jaringan 4G
Rabu, 05 Agustus 2020 - 08:32 WIB
JAKARTA - PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) menyatakan pada tahun ini perseroan akan fokus pada perluasan jaringan telekomunikasi 4G.
CEO Tower Bersama Infrastructure Hardi Wijaya Liong mengatakan pada enam bulan pertama di tahun 2020, TBIG berhasil mencatat pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp2,57 triliun dan Rp2,22 triliun. Apabila pencapaian kuartal kedua ini disetahunkan, total pendapatan dan EBITDA perseroan masing-masing mencapai Rp5,262 triliun dan Rp4,55 triliun.
Hingga akhir Juni 2020, TBIG memiliki 31.039 penyewaan dan 15.893 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik perseroan terdiri atas 15.772 menara telekomunikasi dan 121 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 30.918, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,96, naik dari 1,85 di akhir tahun 2019. (Baca: TBIG Donasikan Puluhan Ribu Masker, Alat Medis hingga Paket Sembako)
“Kami secara organik menambahkan penyewaan kotor sebanyak 2.517 yang terdiri atas 370 sites telekomunikasi dan 2.147 kolokasi untuk setengah tahun pertama 2020. Seiring dengan pelanggan telekomunikasi kami yang berfokus pada densifikasi dan perluasan jaringan 4G mereka, kami mendapat permintaan kolokasi yang kuat, di mana meningkatkan rasio kolokasi (tenancy ratio) menjadi 1,96,” ucap Hardi, di Jakarta, kemarin.
Hardi mengatakan, selama pandemi Covid-19 global ini, perseroan terus membantu pelanggan telekomunikasi TBIG dalam perluasan jaringan mereka serta persyaratan layanan berkelanjutan mereka. “Kami beroperasi sambil mengambil langkah-langkah tambahan untuk memastikan kami menjaga kesehatan karyawan kami selama masa-masa yang tidak pasti ini,” tandasnya. (Baca juga: Arkeolog Israel Menemukan 'Wajah Tuhan')
Tercatat pada periode yang sama, total pinjaman (debt) perseroan, jika pinjaman dalam mata uang dolar Amerika Serikat yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp22,56 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp10,35 triliun. Dengan saldo kas yang mencapai Rp762 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp21,8 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp9,59 triliun.
Menggunakan EBITDA kuartal II/2020 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 2,1x dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,8x.
Sementara itu, Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso mengatakan bisnis TBIG cukup memberikan arus kas yang kuat, didorong oleh kontrak pendapatan yang terlihat dan berulang dari para pelanggan telekomunikasi. Bahkan, dengan pertumbuhan top-line yang kuat dan dividen sebesar Rp606 miliar yang dibayarkan pada bulan Juni, TBIG telah mempertahankan leverage di 4,8x, jauh di bawah covenant obligasi untuk tidak lebih dari 6,25x untuk total pinjaman (pada tingkat lindung nilai utang tersebut) terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan. (Lihat videonya: Menghindari Tabarakan, Sebuah Mobil Tercebur ke Laut)
“Tingkat suku bunga efektif kami terus menurun dengan obligasi baru dalam mata uang USD dan rupiah yang kami terbitkan dengan suku bunga kompetitif pada awal tahun ini. Kami memiliki likuiditas yang cukup dalam bentuk Fasilitas Pinjaman Revolving yang memungkinkan kami untuk tumbuh secara organik dan anorganik sambil melunasi kewajiban yang timbul atas pinjaman kami. Kami terus mematuhi strategi konservatif untuk melindungi semua utang kami dengan lindung nilai yang sesuai dengan jatuh tempo utang,” tutur Helmy. (Heru Febrianto)
CEO Tower Bersama Infrastructure Hardi Wijaya Liong mengatakan pada enam bulan pertama di tahun 2020, TBIG berhasil mencatat pendapatan dan EBITDA masing-masing sebesar Rp2,57 triliun dan Rp2,22 triliun. Apabila pencapaian kuartal kedua ini disetahunkan, total pendapatan dan EBITDA perseroan masing-masing mencapai Rp5,262 triliun dan Rp4,55 triliun.
Hingga akhir Juni 2020, TBIG memiliki 31.039 penyewaan dan 15.893 site telekomunikasi. Site telekomunikasi milik perseroan terdiri atas 15.772 menara telekomunikasi dan 121 jaringan DAS. Dengan angka total penyewaan pada menara telekomunikasi sebanyak 30.918, maka rasio kolokasi (tenancy ratio) perseroan menjadi 1,96, naik dari 1,85 di akhir tahun 2019. (Baca: TBIG Donasikan Puluhan Ribu Masker, Alat Medis hingga Paket Sembako)
“Kami secara organik menambahkan penyewaan kotor sebanyak 2.517 yang terdiri atas 370 sites telekomunikasi dan 2.147 kolokasi untuk setengah tahun pertama 2020. Seiring dengan pelanggan telekomunikasi kami yang berfokus pada densifikasi dan perluasan jaringan 4G mereka, kami mendapat permintaan kolokasi yang kuat, di mana meningkatkan rasio kolokasi (tenancy ratio) menjadi 1,96,” ucap Hardi, di Jakarta, kemarin.
Hardi mengatakan, selama pandemi Covid-19 global ini, perseroan terus membantu pelanggan telekomunikasi TBIG dalam perluasan jaringan mereka serta persyaratan layanan berkelanjutan mereka. “Kami beroperasi sambil mengambil langkah-langkah tambahan untuk memastikan kami menjaga kesehatan karyawan kami selama masa-masa yang tidak pasti ini,” tandasnya. (Baca juga: Arkeolog Israel Menemukan 'Wajah Tuhan')
Tercatat pada periode yang sama, total pinjaman (debt) perseroan, jika pinjaman dalam mata uang dolar Amerika Serikat yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp22,56 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp10,35 triliun. Dengan saldo kas yang mencapai Rp762 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp21,8 triliun dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) perseroan menjadi Rp9,59 triliun.
Menggunakan EBITDA kuartal II/2020 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 2,1x dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,8x.
Sementara itu, Direktur Keuangan Tower Bersama Infrastructure Helmy Yusman Santoso mengatakan bisnis TBIG cukup memberikan arus kas yang kuat, didorong oleh kontrak pendapatan yang terlihat dan berulang dari para pelanggan telekomunikasi. Bahkan, dengan pertumbuhan top-line yang kuat dan dividen sebesar Rp606 miliar yang dibayarkan pada bulan Juni, TBIG telah mempertahankan leverage di 4,8x, jauh di bawah covenant obligasi untuk tidak lebih dari 6,25x untuk total pinjaman (pada tingkat lindung nilai utang tersebut) terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan. (Lihat videonya: Menghindari Tabarakan, Sebuah Mobil Tercebur ke Laut)
“Tingkat suku bunga efektif kami terus menurun dengan obligasi baru dalam mata uang USD dan rupiah yang kami terbitkan dengan suku bunga kompetitif pada awal tahun ini. Kami memiliki likuiditas yang cukup dalam bentuk Fasilitas Pinjaman Revolving yang memungkinkan kami untuk tumbuh secara organik dan anorganik sambil melunasi kewajiban yang timbul atas pinjaman kami. Kami terus mematuhi strategi konservatif untuk melindungi semua utang kami dengan lindung nilai yang sesuai dengan jatuh tempo utang,” tutur Helmy. (Heru Febrianto)
(ysw)
tulis komentar anda