Bukan Infrastruktur dan Manufaktur, Sektor Ini yang Diramal Akan Jadi Ladang Investasi China Besar-besaran
Selasa, 12 Desember 2023 - 12:47 WIB
JAKARTA - Ke depan, bisa jadi China tak akan lagi jorjoran untuk berinvestasi di bidang infrastruktur dan manufaktur. Pasalnya, investasi infrastruktur akan menjadi jenuh dan manufaktur mengakibatkan kapasitas produk yang berlebih.
Sebuah lembaga kebijakan di Beijing menyatakan bahwa anak-anak adalah investasi yang paling berharga buat perekonomian China untuk membantu merangsang konsumsi dan meningkatkan permintaan domestik. Pernyataan ini muncul setelah China mencatat adanya penurunan populasi pertamanya setelah lebih dari enam dekade lalu.
China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, pasca-pandemi sedang berjuang untuk melakukan pemulihan penurunan jumlah tenaga dan permintaan konsumen. Kedua faktor itu sangat berdampak besar pada perekonomian China di masa depan.
"Dalam perekonomian China saat ini, anak-anak adalah investasi terbaik. Investasi infrastruktur menjadi jenuh, manufaktur mempunyai kapasitas berlebih, namun investasi pada jumlah anak saja tidak cukup," kata makalah kebijakan yang diterbitkan oleh lembaga Penelitian Populasi Yuwa dikutip dari Reuters, Selasa (12/12/2023).
Lembaga tersebut mendesak pihak berwenang untuk “segera” membalikkan penurunan pesat jumlah bayi baru lahir. Keunggulan China akan menyusut di masa depan karena populasi generasi muda menyusut dengan cepat, sementara langkah-langkah ekonomi seperti pemotongan suku bunga, mengaktifkan pasar modal dan mengoptimalkan peraturan real estate tidak membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemulihan masih lemah.
Untuk meningkatkan perekonomian, laporan Yuwa merekomendasikan agar subsidi persalinan didistribusikan di tingkat nasional, bukan di pemerintah daerah, dan langkah-langkah yang ditargetkan harus diterapkan untuk mengurangi besarnya biaya melahirkan dan membesarkan anak.
Pemerintah daerah telah mengumumkan serangkaian langkah untuk membantu menurunkan biaya penitipan anak dalam beberapa tahun terakhir, namun banyak kebijakan yang diambil belum dilaksanakan atau masih di atas kertas karena kurangnya dana dan kurangnya motivasi dari pemerintah daerah.
“Saat ini masyarakat tidak mau menikah dan mempunyai anak karena biaya melahirkan terlalu tinggi. Sulitnya perempuan menyeimbangkan keluarga dan pekerjaan, (membuat) rata-rata kemauan kesuburan masyarakat China hampir terendah di dunia”.
Subsidi yang ada saat ini masih belum mencukupi, lebih rendah dibandingkan kebanyakan negara Eropa.
China sendiri melaporkan terjadinya penurunan sekitar 850.000 orang dari populasi mreka yang mencapai 1,4 miliar lebih pada tahun 2022. Penurunan itu menjadi yang pertama sejak tahun 1961, saat fenomena China's Great Famine.
Sebuah lembaga kebijakan di Beijing menyatakan bahwa anak-anak adalah investasi yang paling berharga buat perekonomian China untuk membantu merangsang konsumsi dan meningkatkan permintaan domestik. Pernyataan ini muncul setelah China mencatat adanya penurunan populasi pertamanya setelah lebih dari enam dekade lalu.
China yang merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, pasca-pandemi sedang berjuang untuk melakukan pemulihan penurunan jumlah tenaga dan permintaan konsumen. Kedua faktor itu sangat berdampak besar pada perekonomian China di masa depan.
"Dalam perekonomian China saat ini, anak-anak adalah investasi terbaik. Investasi infrastruktur menjadi jenuh, manufaktur mempunyai kapasitas berlebih, namun investasi pada jumlah anak saja tidak cukup," kata makalah kebijakan yang diterbitkan oleh lembaga Penelitian Populasi Yuwa dikutip dari Reuters, Selasa (12/12/2023).
Lembaga tersebut mendesak pihak berwenang untuk “segera” membalikkan penurunan pesat jumlah bayi baru lahir. Keunggulan China akan menyusut di masa depan karena populasi generasi muda menyusut dengan cepat, sementara langkah-langkah ekonomi seperti pemotongan suku bunga, mengaktifkan pasar modal dan mengoptimalkan peraturan real estate tidak membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemulihan masih lemah.
Untuk meningkatkan perekonomian, laporan Yuwa merekomendasikan agar subsidi persalinan didistribusikan di tingkat nasional, bukan di pemerintah daerah, dan langkah-langkah yang ditargetkan harus diterapkan untuk mengurangi besarnya biaya melahirkan dan membesarkan anak.
Pemerintah daerah telah mengumumkan serangkaian langkah untuk membantu menurunkan biaya penitipan anak dalam beberapa tahun terakhir, namun banyak kebijakan yang diambil belum dilaksanakan atau masih di atas kertas karena kurangnya dana dan kurangnya motivasi dari pemerintah daerah.
“Saat ini masyarakat tidak mau menikah dan mempunyai anak karena biaya melahirkan terlalu tinggi. Sulitnya perempuan menyeimbangkan keluarga dan pekerjaan, (membuat) rata-rata kemauan kesuburan masyarakat China hampir terendah di dunia”.
Subsidi yang ada saat ini masih belum mencukupi, lebih rendah dibandingkan kebanyakan negara Eropa.
China sendiri melaporkan terjadinya penurunan sekitar 850.000 orang dari populasi mreka yang mencapai 1,4 miliar lebih pada tahun 2022. Penurunan itu menjadi yang pertama sejak tahun 1961, saat fenomena China's Great Famine.
(uka)
tulis komentar anda