Siap-siap, Harga Emas Dunia Bakal Mencapai Level Tertinggi Terbaru di Tahun 2024
Selasa, 02 Januari 2024 - 05:42 WIB
JAKARTA - Harga emas global diperkirakan bakal melanjutkan reli pada tahun baru 2024 , seiring ketidakpastian yang masih membayangi prospek ekonomi dunia hingga memacu permintaan safe-haven untuk logam mulia . Harga emas menutup 2023 di posisi USD2.063 per ounce, atau melonjak 13% secara year-on-year (YoY).
Raihan tersebut juga menjadi kenaikan tahunan pertamanya dalam tiga tahun, dan mencapai level tertinggi sepanjang masa di USD2.110 per ounce pada awal bulan Desember. Reli harga emas sudah terjadi selama lebih dari dua bulan terakhir, didorong oleh permintaan investor setelah kekhawatiran resesi mencuat.
Sentimen lain datang dari ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS alias The Fed -bank sentral AS- setelah siklus kenaikan suku bunga agresif yang dimulai pada awal 2022.
Selain itu ketegangan geopolitik yang meningkat di Timur Tengah turut mendongkrak daya tarik safe-haven emas. Semua faktor tersebut dan masih banyak lagi lainnya, diproyeksikan bakal menopang harga emas pada tahun 2024.
"Menyusul kinerja sangat kuat pada tahun 2023, kami melihat kenaikan harga bakal berlanjut pada tahun 2024, didorong oleh trifecta momentum mengejar hedge fund, bank sentral terus membeli emas dengan kecepatan yang kuat, dan paling tidak permintaan baru dari investor ETF," kata Ole Hansen dari Saxo Bank.
JPMorgan juga memprediksi 'reli breakout' untuk emas pada pertengahan 2024, memperkirakan harga emas bakal mencapai puncaknya di level USD2.300, ketika AS diprediksi siap memangkas suku bunga. UBS melihat harga emas bisa menyentuh USD2.200 pada akhir tahun depan karena meningkatnya risiko geopolitik dan inflasi.
Dalam prospek 2024 yang diterbitkan awal bulan ini, World Gold Council mengatakan, pihaknya memprediksi bank sentral bakal melanjutkan pembelian emas mereka. Hal itu dapat memberikan dukungan tambahan untuk emas dan semakin meningkatkan daya tariknya.
Namun, beberapa analis memberikan wanti-wanti bahwa hal-hal tersebut bisa berubah jika inflasi AS melonjak lagi.
"Emas dapat dipaksa melepaskan sebagian kenaikan tahun ini jika lonjakan inflasi memaksa The Fed untuk meninggalkan rencana poros kebijakan pada 2024," ungkap Han Tan, kepala analis pasar di Exinity kepada Reuters.
Raihan tersebut juga menjadi kenaikan tahunan pertamanya dalam tiga tahun, dan mencapai level tertinggi sepanjang masa di USD2.110 per ounce pada awal bulan Desember. Reli harga emas sudah terjadi selama lebih dari dua bulan terakhir, didorong oleh permintaan investor setelah kekhawatiran resesi mencuat.
Sentimen lain datang dari ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS alias The Fed -bank sentral AS- setelah siklus kenaikan suku bunga agresif yang dimulai pada awal 2022.
Selain itu ketegangan geopolitik yang meningkat di Timur Tengah turut mendongkrak daya tarik safe-haven emas. Semua faktor tersebut dan masih banyak lagi lainnya, diproyeksikan bakal menopang harga emas pada tahun 2024.
"Menyusul kinerja sangat kuat pada tahun 2023, kami melihat kenaikan harga bakal berlanjut pada tahun 2024, didorong oleh trifecta momentum mengejar hedge fund, bank sentral terus membeli emas dengan kecepatan yang kuat, dan paling tidak permintaan baru dari investor ETF," kata Ole Hansen dari Saxo Bank.
JPMorgan juga memprediksi 'reli breakout' untuk emas pada pertengahan 2024, memperkirakan harga emas bakal mencapai puncaknya di level USD2.300, ketika AS diprediksi siap memangkas suku bunga. UBS melihat harga emas bisa menyentuh USD2.200 pada akhir tahun depan karena meningkatnya risiko geopolitik dan inflasi.
Dalam prospek 2024 yang diterbitkan awal bulan ini, World Gold Council mengatakan, pihaknya memprediksi bank sentral bakal melanjutkan pembelian emas mereka. Hal itu dapat memberikan dukungan tambahan untuk emas dan semakin meningkatkan daya tariknya.
Namun, beberapa analis memberikan wanti-wanti bahwa hal-hal tersebut bisa berubah jika inflasi AS melonjak lagi.
"Emas dapat dipaksa melepaskan sebagian kenaikan tahun ini jika lonjakan inflasi memaksa The Fed untuk meninggalkan rencana poros kebijakan pada 2024," ungkap Han Tan, kepala analis pasar di Exinity kepada Reuters.
(akr)
tulis komentar anda