Pioner Konstruksi Modern, Karya Hutama Karya Telah Mendunia
Jum'at, 14 Agustus 2020 - 14:52 WIB
JAKARTA - Tujuhpuluh lima tahun Republik Indonesia merdeka, PT Hutama Karya (Persero) (Hutama Karya) terus berkarya membangun negeri melalui infrastruktur-infrastruktur terbaiknya. Proyek-proyek Hutama Karya tidak hanya di Indonesia namun meluas hingga ke mancanegara.
Sebelum menjalankan amanah pemerintah untuk membangun dan mengembangkan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang 2765 Km yang akan terbentang dari Lampung hingga Aceh di tahun 2024, Hutama Karya telah dikenal dengan beberapa proyek monumental dan megaproyek yang mengiringi perjalanan Kemerdekaan Republik Indonesia yang saat itu sedang menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah sebuah kekuatan baru.
Sederet proyek besar diserahkan kepada Hutama Karya di awal berdirinya perusahaan, antara lain pembangunan Jembatan Semanggi di Jakarta (1961-1962), Jembatan Ampera di Palembang (1962-1965), Patung Dirgantara di Pancoran (1964-1966), dan Gedung DPR/MPR di Jakarta (1965-1968).
Jembatan Semanggi merupakan megaproyek pertama yang ditangani oleh Hutama Karya, dikerjakan oleh anak-anak muda Indonesia dengan telah menerapkan teknologi yang relatif baru di Indonesia, yaitu konstruksi beton prategang ala BBRV Swiss.
Pun Gedung Parlemen di Senayan juga salah satu pekerjaan bangunan dengan tingkat kesulitan yang tinggi pada masanya. Semua megaproyek tersebut relatif dikerjakan dalam waktu yang singkat dan penuh tantangan namun perlu keberanian dalam melakukan terobosan dan juga kompetensi yang tinggi.
Direktur Operasi II Hutama Karya, Novias Nurendra menyampaikan bahwa Hutama Karya lahir dan tumbuh karena tantangan besar yang bisa diselesaikan oleh Insan Hutama Karya.
“Perusahaan dimulai dengan mengerjakan sesuatu yang besar, diselesaikan karena kompetensi dan juga keberanian untuk terus melakukan inovasi. Tata nilai perusahaan (core values) AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif) yang diterapkan perusahaan sejak 13 Juli 2020, sebetulnya telah sejak lama mendarah daging di Hutama Karya,” terang Novias.
Sebelum menjalankan amanah pemerintah untuk membangun dan mengembangkan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) sepanjang 2765 Km yang akan terbentang dari Lampung hingga Aceh di tahun 2024, Hutama Karya telah dikenal dengan beberapa proyek monumental dan megaproyek yang mengiringi perjalanan Kemerdekaan Republik Indonesia yang saat itu sedang menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah sebuah kekuatan baru.
Sederet proyek besar diserahkan kepada Hutama Karya di awal berdirinya perusahaan, antara lain pembangunan Jembatan Semanggi di Jakarta (1961-1962), Jembatan Ampera di Palembang (1962-1965), Patung Dirgantara di Pancoran (1964-1966), dan Gedung DPR/MPR di Jakarta (1965-1968).
Jembatan Semanggi merupakan megaproyek pertama yang ditangani oleh Hutama Karya, dikerjakan oleh anak-anak muda Indonesia dengan telah menerapkan teknologi yang relatif baru di Indonesia, yaitu konstruksi beton prategang ala BBRV Swiss.
Pun Gedung Parlemen di Senayan juga salah satu pekerjaan bangunan dengan tingkat kesulitan yang tinggi pada masanya. Semua megaproyek tersebut relatif dikerjakan dalam waktu yang singkat dan penuh tantangan namun perlu keberanian dalam melakukan terobosan dan juga kompetensi yang tinggi.
Direktur Operasi II Hutama Karya, Novias Nurendra menyampaikan bahwa Hutama Karya lahir dan tumbuh karena tantangan besar yang bisa diselesaikan oleh Insan Hutama Karya.
“Perusahaan dimulai dengan mengerjakan sesuatu yang besar, diselesaikan karena kompetensi dan juga keberanian untuk terus melakukan inovasi. Tata nilai perusahaan (core values) AKHLAK (Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif) yang diterapkan perusahaan sejak 13 Juli 2020, sebetulnya telah sejak lama mendarah daging di Hutama Karya,” terang Novias.
tulis komentar anda