Rupiah Ditutup Menguat Usai The Fed Beri Sinyal Turunkan Suku Bunga
Kamis, 07 Maret 2024 - 16:27 WIB
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah sore ini ditutup menguat 50 poin ke level Rp15.654 per dolar AS setelah sebelumnya sempat naik 65 poin di level Rp15.705.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, indeks dolar AS melemah karena Powell mengatakan dalam kesaksiannya semalam bahwa The Fed memang berniat menurunkan suku bunga pada 2024 sebuah skenario yang menjadi pertanda baik bagi aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil.
"Namun Powell masih memberikan sedikit petunjuk mengenai waktu dan skala pemotongan yang direncanakan, dengan menyatakan bahwa jalur perekonomian dan inflasi AS kemungkinan besar akan menentukan pelonggaran moneter,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (7/3/2024).
Adapun Ketua Fed juga mengatakan bahwa bank sentral perlu lebih diyakinkan bahwa inflasi mendekati target tahunan 2%. Gagasan ini kemudian diperkuat oleh komentar dari Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari, yang mengatakan bahwa ia tidak melihat lebih dari dua, atau bahkan satu kali penurunan suku bunga pada tahun ini. Kashkari mengutip kekhawatiran atas inflasi yang kaku sebuah retorika yang disampaikan oleh beberapa pejabat Fed lainnya selama dua minggu terakhir.
Fokus pasar saat ini tertuju pada data utama nonfarm payrolls yang akan dirilis pada hari Jumat, untuk mendapatkan lebih banyak isyarat mengenai pasar tenaga kerja, yang juga merupakan pertimbangan utama bagi The Fed dalam menyesuaikan suku bunganya.
Dari sisi sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa (cadev) pada akhir Februari 2024 tetap pada posisi yang tinggi. Meski begitu, nilainya turun dari Januari 2024.Penurunan cadangan devisa ini sesuai dengan ekspektasi para analis.
Penurunan cadangan devisa ini dipengaruhi oleh potensi menyusutnya neraca perdagangan Indonesia, seiring berlanjutnya pelemahan permintaan global serta jatuh temponya salah satu obligasi valas, RI0224, pada pertengahan Februari. Tercatat, total nilai obligasi ini sebesar USD474 juta. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 sebesar USD144 miliar.
Cadangan devisa menurun dibandingkan posisi akhir Januari 2024 yang sebesar USD145,1 miliar. Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor dan mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Ke depan, pihaknya memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan demikian, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup lanjutkan penguatan terbatas di rentang Rp15.620 - Rp15.790.
Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, indeks dolar AS melemah karena Powell mengatakan dalam kesaksiannya semalam bahwa The Fed memang berniat menurunkan suku bunga pada 2024 sebuah skenario yang menjadi pertanda baik bagi aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil.
"Namun Powell masih memberikan sedikit petunjuk mengenai waktu dan skala pemotongan yang direncanakan, dengan menyatakan bahwa jalur perekonomian dan inflasi AS kemungkinan besar akan menentukan pelonggaran moneter,” tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (7/3/2024).
Adapun Ketua Fed juga mengatakan bahwa bank sentral perlu lebih diyakinkan bahwa inflasi mendekati target tahunan 2%. Gagasan ini kemudian diperkuat oleh komentar dari Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari, yang mengatakan bahwa ia tidak melihat lebih dari dua, atau bahkan satu kali penurunan suku bunga pada tahun ini. Kashkari mengutip kekhawatiran atas inflasi yang kaku sebuah retorika yang disampaikan oleh beberapa pejabat Fed lainnya selama dua minggu terakhir.
Fokus pasar saat ini tertuju pada data utama nonfarm payrolls yang akan dirilis pada hari Jumat, untuk mendapatkan lebih banyak isyarat mengenai pasar tenaga kerja, yang juga merupakan pertimbangan utama bagi The Fed dalam menyesuaikan suku bunganya.
Dari sisi sentimen domestik, Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa (cadev) pada akhir Februari 2024 tetap pada posisi yang tinggi. Meski begitu, nilainya turun dari Januari 2024.Penurunan cadangan devisa ini sesuai dengan ekspektasi para analis.
Penurunan cadangan devisa ini dipengaruhi oleh potensi menyusutnya neraca perdagangan Indonesia, seiring berlanjutnya pelemahan permintaan global serta jatuh temponya salah satu obligasi valas, RI0224, pada pertengahan Februari. Tercatat, total nilai obligasi ini sebesar USD474 juta. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 sebesar USD144 miliar.
Cadangan devisa menurun dibandingkan posisi akhir Januari 2024 yang sebesar USD145,1 miliar. Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah. Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor dan mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Ke depan, pihaknya memandang cadangan devisa akan tetap memadai, didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan sinergi respons bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dengan demikian, untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup lanjutkan penguatan terbatas di rentang Rp15.620 - Rp15.790.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda