Target 1 Juta Barel Minyak di 2030 Dinilai Tak Realistis, Begini Jawaban Kementerian ESDM
Kamis, 14 Maret 2024 - 14:52 WIB
JAKARTA - Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Tutuka Ariadji buka suara mengenai DPR RI yang mengusulkan revisi target produksi minyak mentah atau lifting minyak sebesar 1 juta barel per hari (bph) pada 2030 lantaran dinilai tidak realistis untuk dicapai.Diungkapkan Tutuka bahwa pihaknya masih menunggu hasil pengembangan proyek Enchanced Oil Recovery (EOR) dan eksplorasi migas nonkonvernional (MNK) di Blok Rokan.
"Kalau kami terutama menaruh harapan yang cukup besar di MNK dan EOR. Kalau itu berhasil, saya kira keduanya akan menyumbang kontribusi besar untuk produksi minyak. Ini dari perspektif dirjen migas ya," jelasnya ketika ditemui di Kementerian ESDM , Jakarta, Kamis (14/3/2024).
Kendati demikian diakui Tutuka, MNK ini tergantung pada apa yang dilakukan di Blok Rokan karena saat ini PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) telah melakukan pengeboran di Sumur Gulamo dan Sumur Kelok. Katanya, apabila hasil pengeboran itu bagus, maka dalam 2 bulan mungkin akan ada info lebih detail mengenai hal tersebut.
"Kalau EOR saya kira kita melihat keberhasilannya nanti EOR dengan CO2. Karena kita paling banyak produksi gas, gas itu nanti biasanya lapangan gas banyak CO2, diambil dan diinjeksi ke bawah bisa sebagai CCS an CCUS," terang Tutuka.
"CCUS dalam hal ini menjadi CO2 ke hidrokarbon, minyak ya. Berarti Enhanced oil recovery yang dihasilkan dari CO2. Kalau itu berhasil saya kira kita masih bisa," lanjutnya.
Tutuka mengakui, target 1 juta barel per hari itu memang harus didukung dengan penemuan baru. Namun belakangan lapangan yang ditemukan kebanyakan hanya terdapat cadangan gas sehingga target itu memang agak sulit terwujud.
"Tapi ada 1 lapangan yang coba kita scope, lebih zoom adalah di laut yang dikelola Pertamina yaitu Offshore North West Java (ONWJ), itu besar. Lapangan Zulu namanya. Tapi itu lapangannya heavy, jadi saya sarankan Pertaina untuk eksploitas, itu gede banget volumenya bisa 800 juta sampai dengan 1 miliar sumber daya itu bisa dikelola," paparnya.
"Kalau kami terutama menaruh harapan yang cukup besar di MNK dan EOR. Kalau itu berhasil, saya kira keduanya akan menyumbang kontribusi besar untuk produksi minyak. Ini dari perspektif dirjen migas ya," jelasnya ketika ditemui di Kementerian ESDM , Jakarta, Kamis (14/3/2024).
Kendati demikian diakui Tutuka, MNK ini tergantung pada apa yang dilakukan di Blok Rokan karena saat ini PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) telah melakukan pengeboran di Sumur Gulamo dan Sumur Kelok. Katanya, apabila hasil pengeboran itu bagus, maka dalam 2 bulan mungkin akan ada info lebih detail mengenai hal tersebut.
"Kalau EOR saya kira kita melihat keberhasilannya nanti EOR dengan CO2. Karena kita paling banyak produksi gas, gas itu nanti biasanya lapangan gas banyak CO2, diambil dan diinjeksi ke bawah bisa sebagai CCS an CCUS," terang Tutuka.
"CCUS dalam hal ini menjadi CO2 ke hidrokarbon, minyak ya. Berarti Enhanced oil recovery yang dihasilkan dari CO2. Kalau itu berhasil saya kira kita masih bisa," lanjutnya.
Tutuka mengakui, target 1 juta barel per hari itu memang harus didukung dengan penemuan baru. Namun belakangan lapangan yang ditemukan kebanyakan hanya terdapat cadangan gas sehingga target itu memang agak sulit terwujud.
"Tapi ada 1 lapangan yang coba kita scope, lebih zoom adalah di laut yang dikelola Pertamina yaitu Offshore North West Java (ONWJ), itu besar. Lapangan Zulu namanya. Tapi itu lapangannya heavy, jadi saya sarankan Pertaina untuk eksploitas, itu gede banget volumenya bisa 800 juta sampai dengan 1 miliar sumber daya itu bisa dikelola," paparnya.
tulis komentar anda