Konflik Iran-Israel Bisa Bikin Krisis 1998 Terulang, Ini Pemicunya
Senin, 22 April 2024 - 15:12 WIB
JAKARTA - Memanasnya konflik Israel dan Iran beberapa pekan terakhir ini, berpotensi membuat ekonomi di Tanah Air babak belur. Kondisi tersebut rentan mengguncang perdagangan luar negeri dan moneter Indonesia.
Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini mengatakan, memanasnya geopolitik di Timur Tengah tidak bisa dipandang sebelah mata. Dia mengibaratkan, dampak perang Israel-Iran akan seperti air yang menerobos Dubai, membuat aktivitas Uni Emirat Arab (UEA) serentak lumpuh total.
Kondisi Dubai pasca banjir bisa saja dialami Indonesia, bahkan lebih parah lagi yaitu mengulangi kembali krisis moneter pada tahun 1998, bila dampak peperangan kedua negara itu tidak dapat diantisipasi oleh pemerintah saat ini. Terutama, inisiatif pemerintah menjaga kebijakan perdagangan luar negeri dan moneter. Kedua aspek ini begitu rentan terdampak konflik global.
“Dampak perang ini jangan anggap enteng pemerintah ya, gak boleh fokus kepada politik, urusan Gibran dan MK saja, dan gak boleh main-main, perang ini akan seperti air menerobos Dubai ya, itu akan lewat jalur perdagangan luar negeri dan moneter,” ujar Didik dalam sebuah forum diskusi, Senin (22/4/2024).
Timur Tengah merupakan mitra strategis Indonesia di sektor energi dan beberapa komoditas, terutama soal minyak mentah dan pasokan bahan baku pupuk. Kawasan tersebut memegang peran penting dalam perdagangan minyak global dan saat ini mulai mengalami hambatan.
Didik memandang, Indonesia perlu menguatkan perdagangan luar negerinya dengan negara Asia lainnya, saat pasar minyak dari Timur Tengah dan Afrika Utara hingga Eropa mulai terhambat.
Indonesia, lanjut dia, masih memiliki kutub-kutub ekonomi yang perlu dijaga dan ditingkatkan kerjasamanya. Sehingga, dampak buruk dari peperangan Timur Tengah terhadap perdagangan luar negeri Indonesia masih bisa diminimalisir.
“Dan perdagangan Timur Tengah itu memegang komoditas yaitu minyak, karena itu kebijakan yang harus diutamakan. Pertama, walaupun pasar di Afrika Utara jalur ke Eropa terhambat, saya kira ke Amerika juga, kita masih punya kutub-kutub lain,” paparnya.
Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini mengatakan, memanasnya geopolitik di Timur Tengah tidak bisa dipandang sebelah mata. Dia mengibaratkan, dampak perang Israel-Iran akan seperti air yang menerobos Dubai, membuat aktivitas Uni Emirat Arab (UEA) serentak lumpuh total.
Kondisi Dubai pasca banjir bisa saja dialami Indonesia, bahkan lebih parah lagi yaitu mengulangi kembali krisis moneter pada tahun 1998, bila dampak peperangan kedua negara itu tidak dapat diantisipasi oleh pemerintah saat ini. Terutama, inisiatif pemerintah menjaga kebijakan perdagangan luar negeri dan moneter. Kedua aspek ini begitu rentan terdampak konflik global.
“Dampak perang ini jangan anggap enteng pemerintah ya, gak boleh fokus kepada politik, urusan Gibran dan MK saja, dan gak boleh main-main, perang ini akan seperti air menerobos Dubai ya, itu akan lewat jalur perdagangan luar negeri dan moneter,” ujar Didik dalam sebuah forum diskusi, Senin (22/4/2024).
Timur Tengah merupakan mitra strategis Indonesia di sektor energi dan beberapa komoditas, terutama soal minyak mentah dan pasokan bahan baku pupuk. Kawasan tersebut memegang peran penting dalam perdagangan minyak global dan saat ini mulai mengalami hambatan.
Didik memandang, Indonesia perlu menguatkan perdagangan luar negerinya dengan negara Asia lainnya, saat pasar minyak dari Timur Tengah dan Afrika Utara hingga Eropa mulai terhambat.
Indonesia, lanjut dia, masih memiliki kutub-kutub ekonomi yang perlu dijaga dan ditingkatkan kerjasamanya. Sehingga, dampak buruk dari peperangan Timur Tengah terhadap perdagangan luar negeri Indonesia masih bisa diminimalisir.
“Dan perdagangan Timur Tengah itu memegang komoditas yaitu minyak, karena itu kebijakan yang harus diutamakan. Pertama, walaupun pasar di Afrika Utara jalur ke Eropa terhambat, saya kira ke Amerika juga, kita masih punya kutub-kutub lain,” paparnya.
tulis komentar anda