Ekonom Prediksi BI Tahan Suku Bunga Acuan 6,25%, Ini Pertimbangannya
Kamis, 20 Juni 2024 - 09:59 WIB
Baca Juga: BI Buka-bukaan Soal Arah Suku Bunga Acuan, Perry Warjiyo: Tak Perlu Naik Lagi
Tren ini tidak hanya terjadi di Indonesia; beberapa mata uang Asia lainnya juga menunjukkan pola depresiasi yang serupa. Baht Thailand, Ringgit Malaysia, dan Won Korea Selatan, misalnya, semuanya terdepresiasi terhadap dolar AS pada periode yang sama.
Secara year-to-date, Rupiah telah terdepresiasi sebesar 7,07 persen (ytd), menunjukkan kinerja yang moderat dibandingkan dengan mata uang lainnya. Terlepas dari tantangan tersebut, cadangan devisa Indonesia mengalami peningkatan sebesar USD2,8 miliar, naik dari USD136,2 miliar pada April 2024 menjadi USD138,97 miliar pada Mei 2024.
Meskipun demikian, peningkatan cadangan devisa pada Mei 2024 memberikan penyangga terhadap tekanan nilai tukar. Strategi triple intervention BI diharapkan dapat membantu mengelola volatilitas Rupiah. "Kami melihat bahwa BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya di 6,25 persen," pungkasnya.
Tren ini tidak hanya terjadi di Indonesia; beberapa mata uang Asia lainnya juga menunjukkan pola depresiasi yang serupa. Baht Thailand, Ringgit Malaysia, dan Won Korea Selatan, misalnya, semuanya terdepresiasi terhadap dolar AS pada periode yang sama.
Secara year-to-date, Rupiah telah terdepresiasi sebesar 7,07 persen (ytd), menunjukkan kinerja yang moderat dibandingkan dengan mata uang lainnya. Terlepas dari tantangan tersebut, cadangan devisa Indonesia mengalami peningkatan sebesar USD2,8 miliar, naik dari USD136,2 miliar pada April 2024 menjadi USD138,97 miliar pada Mei 2024.
Meskipun demikian, peningkatan cadangan devisa pada Mei 2024 memberikan penyangga terhadap tekanan nilai tukar. Strategi triple intervention BI diharapkan dapat membantu mengelola volatilitas Rupiah. "Kami melihat bahwa BI perlu mempertahankan suku bunga kebijakannya di 6,25 persen," pungkasnya.
(nng)
tulis komentar anda