AS Was-was dengan Ekonomi China, Dolar Rontok Rupiah Menguat

Selasa, 06 Agustus 2024 - 15:48 WIB
Nilai tukar (kurs) rupiah ditutup menguat pada perdagangan hari ini Senin (6/8/2024). FOTO/dok.SINDOnews
JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah pada perdagangan hari ini ditutup menguat 24,5 poin atau 0,15 persen ke level Rp16.164 setelah sebelumnya di Rp16.189 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat dibuka pada level Rp16.206 per dolar AS.

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar melemah dipengaruhi data pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan, bersama dengan laporan laba yang mengecewakan dari perusahaan teknologi besar juga dari kondisi di China.

"Meningkatnya kekhawatiran atas ekonomi China, telah memicu aksi jual global pada saham, minyak, dan mata uang berimbal hasil tinggi dalam seminggu terakhir karena investor mencari keamanan uang tunai," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (6/8/2024).





Aksi jual berlanjut pada hari Senin, dengan imbal hasil Treasury AS turun lebih jauh, indeks saham di zona merah, dan dolar melemah. Imbal hasil Treasury telah turun tajam sejak minggu lalu, ketika Fed mempertahankan suku bunga kebijakan dalam kisaran 5,25% hingga 5,50% saat Ketua Fed Jerome Powell membuka kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September.

Namun pada hari Jumat, setelah data menunjukkan tingkat pengangguran melonjak, ekspektasi untuk penurunan suku bunga meningkat. Lonjakan yen Jepang terjadi karena para pedagang secara agresif menghentikan perdagangan carry. Apa yang disebut perdagangan carry, di mana investor meminjam uang dari negara-negara dengan suku bunga rendah seperti Jepang atau Swiss untuk mendanai investasi dalam aset-aset berimbal hasil lebih tinggi di tempat lain, telah populer dalam beberapa tahun terakhir.

Pada hari Senin, kontrak berjangka dana Fed mencerminkan para pedagang yang memperkirakan peluang hampir 100% dari pemotongan 50 basis poin pada pertemuan bank sentral bulan September, menurut CME FedWatch. Fokus minggu ini adalah pada lebih banyak pembacaan ekonomi dari Tiongkok, khususnya data perdagangan dan inflasi yang akan dirilis akhir minggu ini.

Dari sentimen domestik, Pemerintah bakal menggenjot konsumsi pemerintah di kuartal III dan IV 2024 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di akhir tahun. Hal ini mengingat, konsumsi pemerintah di kuartal II 2024 yang melambat. Karena pemerintah ingin menggerakan sektor di luar pemerintahan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga: Pemerintah Was-was Soal Ancaman Resesi AS hingga IHSG Rontok 3,4%

Adapun, di kuartal II 2024 konsumsi pemerintah tumbuh 1,42 persen, dengan kontribusi terhadap PDB sebesar 7,31 persen. Sedangkan, kuartal I 2024, konsumsi pemerintah tumbuh 24,29 persen, dengan kontribusi sebesar 1,43 persen.

Meski demikian, untuk kuartal III dan kuartal IV 2024 pemerintah akan melihat faktor apa lagi yang bisa didorong. Namun, utamanya belanja pemerintah yang akan didorong terlebih dahulu. Sehingga belanja pemerintah akan bisa digenjot di kuartal III ini.

Berdasarkan data diatas, mata uang rupiah untuk perdagangan berikutnya diprediksi bergerak fluktuatif, namun kembali ditutup menguat di rentang Rp16.110 - Rp16.180 per dolar AS.
(nng)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More