Pabrik Anoda Baterai Resmi Berdiri, Luhut : Jadi Nomer 2 Terbesar di Dunia
Rabu, 07 Agustus 2024 - 22:45 WIB
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) meresmikan pabrik bahan anoda baterai litium oleh PT Indonesia BTR New Energy Material Kawasan Industri Kendal (KIP) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal, Rabu (07/08/2024).
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi pembangunan pabrik anoda baterai litium ini karena dapat mendorong ekosistem kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi di Tanah Air.
"Saya sangat senang bahwa di PT Indonesia BTR ini sudah bisa memproduksi 80.000 ton material anoda yang ini kalau di jadikan ke mobil akan menjadi satu setengah juta mobil listrik, sangat besar lagi, apalagi nanti kalau ditambah 80.000 ton produksi di industri ini. Berarti akan menjadi tiga juta mobil listrik pertahunnya," jelas Presiden Jokowi.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, pabrik ini memiliki kapasitas 80 ribu ton yang cukup untuk membuat anoda baterai bagi 1,5 juta mobil listrik. Adapun pada awal kuartal IV tahun ini, pembangunan fase kedua akan dimulai dan diprediksi selesai pada Maret 2025 sehingga total kapasitas menjadi 160 ribu ton.
"Dengan kapasitas ini, Indonesia akan menjadi produsen anoda baterai nomer 2 terbesar di dunia, dan pabrik ini akan menjadi yang terbesar di dunia," jelas Luhut.
Luhut menerangkan, BTR New Material Group saat ini telah menjadi produsen material anoda baterai litium terbesar di dunia selama 10 tahun berturut-turut, dengan pangsa pasar sebesar 26% pada tahun 2022. Atas kerja sama pemerintah Indonesia dengan produsen baterai yang mumpuni, serta konsistensi untuk selalu mendorong perkembangan hilirisasi, kredibilitas menjadi penting.
"Karena dasar kredibilitas yang akan menjadi dasar kepercayaan bagi Investor. Kita tidak bisa lagi bersaing dengan negara-negara tetangga hanya sekedar mengandalkan insentif. Tapi kredibilitas dan kepercayaan menjadi faktor kunci. Ini yang harus kita pertahankan," papar Luhut.
Ia menuturkan, pabrik pasca-proses ini terletak di Kawasan Industri Kendal di Provinsi Jawa Tengah, dengan luas lahan 12 hektar, akan memproduksi produk jadi material anoda baterai litium. Ekspor perdana bulan Agustus sampel 30,8 ton atau 1 kontainer produk jadi diekspor untuk memenuhi permintaan Samsung. Selanjutnya LG Panasonic, Tesla, dan pelanggan internasional penting lainnya sudah melakukan pemesanan produk jadi.
Luhut menambahkan, saat ini Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk membangun ekosistem kendaraan listrik, untuk mewujudkan aktivitas produksi, penggunaan komponen dalam negeri, penyerapan tenaga kerja, dan transfer teknologi. Oleh karena itu, pemerintah berupaya menarik investasi dalam sektor terkait sebanyak-banyaknya ke Indonesia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi pembangunan pabrik anoda baterai litium ini karena dapat mendorong ekosistem kendaraan listrik yang kuat dan terintegrasi di Tanah Air.
"Saya sangat senang bahwa di PT Indonesia BTR ini sudah bisa memproduksi 80.000 ton material anoda yang ini kalau di jadikan ke mobil akan menjadi satu setengah juta mobil listrik, sangat besar lagi, apalagi nanti kalau ditambah 80.000 ton produksi di industri ini. Berarti akan menjadi tiga juta mobil listrik pertahunnya," jelas Presiden Jokowi.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, pabrik ini memiliki kapasitas 80 ribu ton yang cukup untuk membuat anoda baterai bagi 1,5 juta mobil listrik. Adapun pada awal kuartal IV tahun ini, pembangunan fase kedua akan dimulai dan diprediksi selesai pada Maret 2025 sehingga total kapasitas menjadi 160 ribu ton.
"Dengan kapasitas ini, Indonesia akan menjadi produsen anoda baterai nomer 2 terbesar di dunia, dan pabrik ini akan menjadi yang terbesar di dunia," jelas Luhut.
Luhut menerangkan, BTR New Material Group saat ini telah menjadi produsen material anoda baterai litium terbesar di dunia selama 10 tahun berturut-turut, dengan pangsa pasar sebesar 26% pada tahun 2022. Atas kerja sama pemerintah Indonesia dengan produsen baterai yang mumpuni, serta konsistensi untuk selalu mendorong perkembangan hilirisasi, kredibilitas menjadi penting.
"Karena dasar kredibilitas yang akan menjadi dasar kepercayaan bagi Investor. Kita tidak bisa lagi bersaing dengan negara-negara tetangga hanya sekedar mengandalkan insentif. Tapi kredibilitas dan kepercayaan menjadi faktor kunci. Ini yang harus kita pertahankan," papar Luhut.
Ia menuturkan, pabrik pasca-proses ini terletak di Kawasan Industri Kendal di Provinsi Jawa Tengah, dengan luas lahan 12 hektar, akan memproduksi produk jadi material anoda baterai litium. Ekspor perdana bulan Agustus sampel 30,8 ton atau 1 kontainer produk jadi diekspor untuk memenuhi permintaan Samsung. Selanjutnya LG Panasonic, Tesla, dan pelanggan internasional penting lainnya sudah melakukan pemesanan produk jadi.
Luhut menambahkan, saat ini Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk membangun ekosistem kendaraan listrik, untuk mewujudkan aktivitas produksi, penggunaan komponen dalam negeri, penyerapan tenaga kerja, dan transfer teknologi. Oleh karena itu, pemerintah berupaya menarik investasi dalam sektor terkait sebanyak-banyaknya ke Indonesia.
(fch)
tulis komentar anda