4 Kekuatan Besar yang Akan Menggulingkan Dolar AS, Salah Satunya Sanksi Rusia
Selasa, 27 Agustus 2024 - 12:50 WIB
JAKARTA - Terdapat sejumlah tantangan terhadap status dolar sebagai mata uang utama di pasar keuangan, menurut para peneliti dari Brookings Institution. Dalam sebuah catatan baru-baru ini, lembaga think tank ini menunjukkan pergeseran status dolar AS di pasar keuangan global, dengan penggunaan greenback yang terus menurun selama beberapa dekade terakhir.
Berdasarkan laporan Dana Moneter Internasional (IMF) Meskipun dolar masih mendominasi cadangan bank sentral dan perdagangan dunia, mata uang ini menyumbang 59% dari seluruh cadangan global pada awal 2024 turun dari 71% dari cadangan pada 1999.
Baca Juga: Rudal Rusia Hantam Hotel Ukraina, Warga Inggris Tim Reuters Tewas
Sementara itu, pangsa cadangan mata uang nontradisional naik tipis. Mata uang seperti dolar Australia, franc Swiss, dan yuan Tiongkok menyumbang 11% dari seluruh cadangan devisa bank sentral pada awal tahun ini, naik dari 2% yang tercatat pada tahun 1999, menurut data IMF.
Penurunan tersebut telah memicu kekhawatiran di antara para investor bahwa dolar dapat segera digulingkan dari posisi puncaknya di pasar keuangan. Meskipun sebagian besar ahli mengatakan bahwa hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat, lembaga think tank ini mengatakan bahwa status dominan dolar menghadapi tantangan utama, dengan menunjuk pada empat faktor secara khusus.
Baca Juga: Transaksi Minyak Tanpa Dolar, India Dapat Diskon Rp108 Triliun
1. Sanksi AS
AS mulai menerapkan sanksi terhadap Rusia dan sekutunya setelah Moskow memulai invasi ke Ukraina pada tahun 2022. Hal ini memicu upaya dedolarisasi di Rusia dan negara-negara BRICS lainnya, yang menunjukkan bahwa mereka ingin beralih dari dolar sebagai reaksi terhadap pembatasan perdagangan Barat.
Berdasarkan laporan Dana Moneter Internasional (IMF) Meskipun dolar masih mendominasi cadangan bank sentral dan perdagangan dunia, mata uang ini menyumbang 59% dari seluruh cadangan global pada awal 2024 turun dari 71% dari cadangan pada 1999.
Baca Juga: Rudal Rusia Hantam Hotel Ukraina, Warga Inggris Tim Reuters Tewas
Sementara itu, pangsa cadangan mata uang nontradisional naik tipis. Mata uang seperti dolar Australia, franc Swiss, dan yuan Tiongkok menyumbang 11% dari seluruh cadangan devisa bank sentral pada awal tahun ini, naik dari 2% yang tercatat pada tahun 1999, menurut data IMF.
Penurunan tersebut telah memicu kekhawatiran di antara para investor bahwa dolar dapat segera digulingkan dari posisi puncaknya di pasar keuangan. Meskipun sebagian besar ahli mengatakan bahwa hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat, lembaga think tank ini mengatakan bahwa status dominan dolar menghadapi tantangan utama, dengan menunjuk pada empat faktor secara khusus.
Baca Juga: Transaksi Minyak Tanpa Dolar, India Dapat Diskon Rp108 Triliun
1. Sanksi AS
AS mulai menerapkan sanksi terhadap Rusia dan sekutunya setelah Moskow memulai invasi ke Ukraina pada tahun 2022. Hal ini memicu upaya dedolarisasi di Rusia dan negara-negara BRICS lainnya, yang menunjukkan bahwa mereka ingin beralih dari dolar sebagai reaksi terhadap pembatasan perdagangan Barat.
Lihat Juga :
tulis komentar anda