Joko Supriyono Rilis Buku Tantangan dan Strategi Industri Sawit Berkelanjutan
Kamis, 05 September 2024 - 17:38 WIB
JAKARTA - Mantan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono merilis buku berjudul "Masih Berjayakah Sawit Indonesia Menghadapi Tantangan Sustainability Global".
Buku yang ditulis Ketum Gapki periode 2015-2023 tersebut merangkum sejumlah tantangan dan solusi yang melingkupi industri kelapa sawit beberapa tahun terakhir. Selain soal sustainability, industri yang menjadi andalan Indonesia tersebut hingga kini memiliki risiko stagnansi produktivitas.
"Di sisi lain, kelapa sawit telah menjadi bagian integral dari lanskap sumber energi global sehingga Indonesia dirasa perlu fokus pada strategi global maupun regional untuk menentukan masa depan kelapa sawit," ujar Joko dalam acara peluncuran dan bedah buku, dikutip Kamis (5/9/2024).
Baca Juga: Gapki Catat Produksi CPO Naik 9,2% Jadi 4,5 Juta Ton di Oktober 2023
Joko mengatakan buku pertamanya ini adalah refleksi sekaligus evaluasi atas perjalanan panjangnya menggeluti karir di industri kelapa sawit lebih dari 38 tahun. "Ada segudang cerita suka, duka, kritik sekaligus solusi yang dia rangkum dalam buku yang telah ditulis selama 2 tahun belakangan," kata Joko.
Pria kelahiran Nganjuk, 20 Mei 1962 itu juga menyebutkan kelapa sawit sedang berada di persimpangan jalan menuju kembali masa jayanya atau stagnansi. Oleh sebab itu dukungan dari segenap stakeholders seperti pemerintah dan pelaku usaha diperlukan untuk menopang pertumbuhan komoditas andalan ini.
"Harapan saya dengan buku ini bisa membuka mata banyak pihak agar komoditas ini bisa kembali berjaya. Jangan sampai seperti komoditas lain yang nasibnya meredup seperti kakao, kapas dan karet dan gula dulu pernah menjadi andalan ekspor Indonesia namun kini kita malah harus impor," kata dia.
Menurut dia kelapa sawit memiliki pesaing minyak nabati lain seperti biji bunga matahari atau rapeseed. Setiap negara produsen minyak-minyak nabati tersebut melakukan proteksi khusus untuk menjaga keberlangsungan industrinya masing-masing.
Sustainability, lanjut Joko Supriyono, menjadi tantangan utama dalam memenangkan persaingan minyak nabati dunia. Pasalnya, label sustainability kerap dijadikan alat untuk melakukan kampanye negatif oleh para pesaing. Padahal, kelapa sawit dapat menjadi solusi bagi penggunaan bahan bakar fosil yang tidak bisa diperbarukan. Sebagaimana diketahui, minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk memproduksi bio diesel secara massal.
Buku yang ditulis Ketum Gapki periode 2015-2023 tersebut merangkum sejumlah tantangan dan solusi yang melingkupi industri kelapa sawit beberapa tahun terakhir. Selain soal sustainability, industri yang menjadi andalan Indonesia tersebut hingga kini memiliki risiko stagnansi produktivitas.
"Di sisi lain, kelapa sawit telah menjadi bagian integral dari lanskap sumber energi global sehingga Indonesia dirasa perlu fokus pada strategi global maupun regional untuk menentukan masa depan kelapa sawit," ujar Joko dalam acara peluncuran dan bedah buku, dikutip Kamis (5/9/2024).
Baca Juga: Gapki Catat Produksi CPO Naik 9,2% Jadi 4,5 Juta Ton di Oktober 2023
Joko mengatakan buku pertamanya ini adalah refleksi sekaligus evaluasi atas perjalanan panjangnya menggeluti karir di industri kelapa sawit lebih dari 38 tahun. "Ada segudang cerita suka, duka, kritik sekaligus solusi yang dia rangkum dalam buku yang telah ditulis selama 2 tahun belakangan," kata Joko.
Pria kelahiran Nganjuk, 20 Mei 1962 itu juga menyebutkan kelapa sawit sedang berada di persimpangan jalan menuju kembali masa jayanya atau stagnansi. Oleh sebab itu dukungan dari segenap stakeholders seperti pemerintah dan pelaku usaha diperlukan untuk menopang pertumbuhan komoditas andalan ini.
"Harapan saya dengan buku ini bisa membuka mata banyak pihak agar komoditas ini bisa kembali berjaya. Jangan sampai seperti komoditas lain yang nasibnya meredup seperti kakao, kapas dan karet dan gula dulu pernah menjadi andalan ekspor Indonesia namun kini kita malah harus impor," kata dia.
Menurut dia kelapa sawit memiliki pesaing minyak nabati lain seperti biji bunga matahari atau rapeseed. Setiap negara produsen minyak-minyak nabati tersebut melakukan proteksi khusus untuk menjaga keberlangsungan industrinya masing-masing.
Sustainability, lanjut Joko Supriyono, menjadi tantangan utama dalam memenangkan persaingan minyak nabati dunia. Pasalnya, label sustainability kerap dijadikan alat untuk melakukan kampanye negatif oleh para pesaing. Padahal, kelapa sawit dapat menjadi solusi bagi penggunaan bahan bakar fosil yang tidak bisa diperbarukan. Sebagaimana diketahui, minyak kelapa sawit dapat digunakan untuk memproduksi bio diesel secara massal.
tulis komentar anda