Program Bisnis PGN Optimalkan Peran Strategis Gas Bumi Sejalan Asta Cita Prabowo-Gibran
Selasa, 15 Oktober 2024 - 14:58 WIB
JAKARTA - Sebagai Subholding Gas PT Pertamina Persero, dua jalur pengembangan bisnis PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) sejalan dengan Asta Cita Pemerintah 2024–2029 di bawah kepemimpinan Prabowo-Gibran. Baik itu berkaitan dengan peran strategis gas bumi sebagai energi transisi maupun energi baru terbarukan dalam rangka mewujudkan ketahanan energi menuju Visi Indonesia Emas 2045.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Rosa Permata Sari mengungkapkan, dua jalur pengembangan bisnis PGN dimaksud terdiri atas pertama berjalan di legacy business yaitu gas bumi dan kedua adalah menuju Low Carbon Business. Seluruhnya tergabung dalam 6 program strategis yang telah ditetapkan.
”Dari enam program strategis dimaksud, pertama adalah pembangunan pipa transmisi dan distribusi gas. Tujuannya untuk konektivitas antar wilayah gas bumi dan meningkatkan akses gas bagi pengguna baru,” ujar Rosa saat menjadi pembicara pada sesi tema 'Opportunity in Providing Clean Energy for Industry' dalam REPNAS National Conference, Senin (14/10/2024).
Peningkatan infrastruktur gas bumi ini sejalan dengan poin kedua dari Asta Cita Prabowo-Gibran yaitu swasembada energi dan ekonomi hijau. Pada upaya swasembada energi, terdapat sejumlah poin penting seperti pembangunan infrastruktur terminal penerima gas dan jaringan transmisi/distribusi gas, serta memperluas konversi BBM kepada gas dan listrik untuk kendaraan bermotor.
”Gas bumi menjadi sangat penting dalam Visi Emas Indonesia 2045 karena merupakan energi paling bersih dibandingkan sumber energi fosil lainnya. Maka gas bumi juga sangat strategis sebagai energi transisi menuju Net Zero Emission (NZE) tahun 2060,” tuturnya.
Ditambah lagi, Indonesia adalah salah satu produsen gas bumi sehingga perannya akan sangat membantu keuangan negara ketika direalisasikan sebagai pengganti LPG yang notabene bersumber dari import.
”Jargas (Jaringan Gas) untuk rumah tangga mendukung kemandirian energi. Karena kemampuan kita untuk mensupply LPG untuk kebutuhan domestik itu lebih kurang hanya 30%. Sementara kebutuhannya semakin meningkat. Apa bedanya dengan kemudian menggunakan gas bumi? Sehingga ini akan mengurangi import LPG dan memberikan penghematan devisa negara,” kata Rosa memaparkan.
Pengembangan Jargas ini menjadi poin ketiga dari Program Strategis PGN. Adapun poin kedua adalah pembangunan Terminal Penerima LNG & LNG Hub. Sedangkan Program Strategis keempat adalah Optimalisasi Aset SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas) sebab BBG tetap dibutuhkan baik untuk kendaraan pribadi maupun transportasi massal berdampingan dengan kendaraan listrik di era transisi ini.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Rosa Permata Sari mengungkapkan, dua jalur pengembangan bisnis PGN dimaksud terdiri atas pertama berjalan di legacy business yaitu gas bumi dan kedua adalah menuju Low Carbon Business. Seluruhnya tergabung dalam 6 program strategis yang telah ditetapkan.
”Dari enam program strategis dimaksud, pertama adalah pembangunan pipa transmisi dan distribusi gas. Tujuannya untuk konektivitas antar wilayah gas bumi dan meningkatkan akses gas bagi pengguna baru,” ujar Rosa saat menjadi pembicara pada sesi tema 'Opportunity in Providing Clean Energy for Industry' dalam REPNAS National Conference, Senin (14/10/2024).
Peningkatan infrastruktur gas bumi ini sejalan dengan poin kedua dari Asta Cita Prabowo-Gibran yaitu swasembada energi dan ekonomi hijau. Pada upaya swasembada energi, terdapat sejumlah poin penting seperti pembangunan infrastruktur terminal penerima gas dan jaringan transmisi/distribusi gas, serta memperluas konversi BBM kepada gas dan listrik untuk kendaraan bermotor.
”Gas bumi menjadi sangat penting dalam Visi Emas Indonesia 2045 karena merupakan energi paling bersih dibandingkan sumber energi fosil lainnya. Maka gas bumi juga sangat strategis sebagai energi transisi menuju Net Zero Emission (NZE) tahun 2060,” tuturnya.
Ditambah lagi, Indonesia adalah salah satu produsen gas bumi sehingga perannya akan sangat membantu keuangan negara ketika direalisasikan sebagai pengganti LPG yang notabene bersumber dari import.
”Jargas (Jaringan Gas) untuk rumah tangga mendukung kemandirian energi. Karena kemampuan kita untuk mensupply LPG untuk kebutuhan domestik itu lebih kurang hanya 30%. Sementara kebutuhannya semakin meningkat. Apa bedanya dengan kemudian menggunakan gas bumi? Sehingga ini akan mengurangi import LPG dan memberikan penghematan devisa negara,” kata Rosa memaparkan.
Pengembangan Jargas ini menjadi poin ketiga dari Program Strategis PGN. Adapun poin kedua adalah pembangunan Terminal Penerima LNG & LNG Hub. Sedangkan Program Strategis keempat adalah Optimalisasi Aset SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas) sebab BBG tetap dibutuhkan baik untuk kendaraan pribadi maupun transportasi massal berdampingan dengan kendaraan listrik di era transisi ini.
Lihat Juga :
tulis komentar anda