4 Negara yang Jadi Incaran Dendam Trump, Indonesia Termasuk?
Sabtu, 14 Desember 2024 - 21:48 WIB
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan, bahwa dunia semakin tidak terprediksi, salah satunya dengan terpilihnya lagi Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) . Adapun hal ini menjadi penting mengingat kebijakan Trump dalam menghadapi gejolak dunia.
Menurut Perry, kebijakan Trump yang mengutamakan negaranya harus dicermati, karena dia tidak percaya pada multilateralisme. Maka demikian, Trump mengincar tarif impor tinggi pada sejumlah negara.
“He does not believe on those kind, he only believes in bilateral deal. Oleh karena itu, makanya yang disasar sekarang adalah negara-negara yang punya surplus besar perdagangan dengan Amerika Serikat,” ujar Perry di Seminar KAFEGAMA, Menara BTN, Sabtu (14/12/2014).
Perry menjabarkan negara dengan surplus perdagangan besar itu adalah China, Kanada, Eropa, dan Vietnam yang menjadi negara Asia Tenggara satu-satunya.
“Itulah negara-negara yang punya surplus perdagangan besar dengan Amerika dan karenanya dia akan mengenakan tarif yang tinggi bagi barang-barang yang diimpor Amerika dari lima negara itu,” jelas Perry.
Bahkan, Perry menyebut Trump sekarang sudah merencanakan tarif minimal 25% kepada China per semester II-2025. Kemudian juga sudah diumumkan tarif perdagangan kepada Kanada.
Selain itu, Perry mengatakan, Donald Trump juga sudah menyiapkan kebijakan imigrasi yang sangat ketat kepada semua pekerja. Dalam hal ini oramg asing di Amerika yang tidak punya izin sah akan diusir dengan paksa.
“Kenapa? supaya ekspor Amerika naik, impor Amerika turun sehingga pertumbuhannya bisa naik. Dan karena itu juga untuk tenaga kerja, supaya orang-orang Amerika yang dipekerjakan bukan orang-orang asing, khususnya dari Meksiko,” ungkap Perry.
Oleh karena itu, Perry mengatakan, kebijakan ekspor-impor Trump harus dipelajari agar bisa ditangani. Meskipun surplus perdagangan Indonesia dengan AS tidak terlalu besar, Perry mengatakan Indonesia harus memahami bagaimana bisa mendapatkan perjanjian langsung dengan AS. Bukan melalui WTO atau CEPA.
Menurut Perry, kebijakan Trump yang mengutamakan negaranya harus dicermati, karena dia tidak percaya pada multilateralisme. Maka demikian, Trump mengincar tarif impor tinggi pada sejumlah negara.
“He does not believe on those kind, he only believes in bilateral deal. Oleh karena itu, makanya yang disasar sekarang adalah negara-negara yang punya surplus besar perdagangan dengan Amerika Serikat,” ujar Perry di Seminar KAFEGAMA, Menara BTN, Sabtu (14/12/2014).
Perry menjabarkan negara dengan surplus perdagangan besar itu adalah China, Kanada, Eropa, dan Vietnam yang menjadi negara Asia Tenggara satu-satunya.
“Itulah negara-negara yang punya surplus perdagangan besar dengan Amerika dan karenanya dia akan mengenakan tarif yang tinggi bagi barang-barang yang diimpor Amerika dari lima negara itu,” jelas Perry.
Bahkan, Perry menyebut Trump sekarang sudah merencanakan tarif minimal 25% kepada China per semester II-2025. Kemudian juga sudah diumumkan tarif perdagangan kepada Kanada.
Selain itu, Perry mengatakan, Donald Trump juga sudah menyiapkan kebijakan imigrasi yang sangat ketat kepada semua pekerja. Dalam hal ini oramg asing di Amerika yang tidak punya izin sah akan diusir dengan paksa.
“Kenapa? supaya ekspor Amerika naik, impor Amerika turun sehingga pertumbuhannya bisa naik. Dan karena itu juga untuk tenaga kerja, supaya orang-orang Amerika yang dipekerjakan bukan orang-orang asing, khususnya dari Meksiko,” ungkap Perry.
Oleh karena itu, Perry mengatakan, kebijakan ekspor-impor Trump harus dipelajari agar bisa ditangani. Meskipun surplus perdagangan Indonesia dengan AS tidak terlalu besar, Perry mengatakan Indonesia harus memahami bagaimana bisa mendapatkan perjanjian langsung dengan AS. Bukan melalui WTO atau CEPA.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda