Hikmah Pandemi, Kultur Bertransportasi Publik Membaik
Rabu, 30 September 2020 - 22:32 WIB
JAKARTA - Pandemi Covid-19 diakui menjadi faktor pendorong perubahan kultur bertransportasi publik . Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Polana B Pramesti saat menjadi salah satu narasumber pada webminar "Langkah Sehat di Masa Pandemi Covid-19" belum lama ini.
Pernyataan Polana tersebut khususnya menanggapi pendapat pengamat transportasi Yayat Supriatna dalam webminar tersebut. Yayat mengatakan, masyarakat menjadi lebih teratur dalam hal antrean, disiplin penggunaan masker, tidak mengobrol saat berada di bus dan kereta KRL atau MRT, serta menjaga jarak saat berada di bus atau kereta api. Yayat juga meyakini, jika operator transportasi dikelola dengan baik serta mendapat arahan yang jelas, maka bisa mendorong perubahan.
"Artinya, pandemi telah mendorong struktur yang membangun atau mengubah kultur," ungkap Yayat melalui siaran pers, Rabu (30/9/2020).
(Baca Juga: Transportasi Publik Sehat di Tengah Pandemi Butuh Dukungan Semua Pihak)
Menurut Polana situasi perubahan tersebut terjadi karena adanya partisipasi semua pihak, tidak terkecuali kesadaran dari para pengguna transportasi yang semakin meningkat dari waktu ke waktu dalam melaksanakan protol kesehatan. "Tentunya pemerintah berterima kasih atas partisipasi dan kesadaran yang semakin meningkat di kalangan pengguna transportasi ini," kata Polana.
Menurut dia, kerja keras yang dilakukan oleh pemerintah dalam menyusun regulasi dan menerapkan potokol kesehatan di sektor transportasi bersama operator dan stakeholder lainnya pada akhirnya membuahkan hasil meski proses yang dilalui tidak mudah. Lebih lanjut Polana menjelaskan bahwa pemerintah akan terus menyikapi kondisi ini dengan berbagai langkah yang diharapkan mendorong perubahan-perubahan positif yang lain.
Dia mencontohkan tentang implementasi kebijakan transportasi ramah lingkungan dengan mendorong peningkatan penggunaan Non Motorized Transportation (NMT). Kondisi saat ini, menurut Polana, lebih memberikan peluang untuk mendorong jalan kaki dan bersepeda menjadi pilihan masyarakat bertransportasi untuk jarak-jarak yang terjangkau dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
"Pemanfaatan Non Motorized Transportation juga dapat dilakukan pada tahapan first mile maupun last mile saat menggunakan angkutan umum massal," tutur Polana.
Bahkan bagi para pengguna sepeda, saat ini BPTJ tengah menyiapkan fasilitas bagasi gratis bagi pengguna Jabodetabek Residence Connexion (JR Connexion) yang membawa sepeda lipat. "Dengan rencana tersebut, pengguna bus yang tinggal di kawasan Jabodetabek dapat membawa sepeda untuk digunakan pada tahapan first mile dan last mile setelah menggunakan angkutan umum massal," jelas Polana.
Pernyataan Polana tersebut khususnya menanggapi pendapat pengamat transportasi Yayat Supriatna dalam webminar tersebut. Yayat mengatakan, masyarakat menjadi lebih teratur dalam hal antrean, disiplin penggunaan masker, tidak mengobrol saat berada di bus dan kereta KRL atau MRT, serta menjaga jarak saat berada di bus atau kereta api. Yayat juga meyakini, jika operator transportasi dikelola dengan baik serta mendapat arahan yang jelas, maka bisa mendorong perubahan.
"Artinya, pandemi telah mendorong struktur yang membangun atau mengubah kultur," ungkap Yayat melalui siaran pers, Rabu (30/9/2020).
(Baca Juga: Transportasi Publik Sehat di Tengah Pandemi Butuh Dukungan Semua Pihak)
Menurut Polana situasi perubahan tersebut terjadi karena adanya partisipasi semua pihak, tidak terkecuali kesadaran dari para pengguna transportasi yang semakin meningkat dari waktu ke waktu dalam melaksanakan protol kesehatan. "Tentunya pemerintah berterima kasih atas partisipasi dan kesadaran yang semakin meningkat di kalangan pengguna transportasi ini," kata Polana.
Menurut dia, kerja keras yang dilakukan oleh pemerintah dalam menyusun regulasi dan menerapkan potokol kesehatan di sektor transportasi bersama operator dan stakeholder lainnya pada akhirnya membuahkan hasil meski proses yang dilalui tidak mudah. Lebih lanjut Polana menjelaskan bahwa pemerintah akan terus menyikapi kondisi ini dengan berbagai langkah yang diharapkan mendorong perubahan-perubahan positif yang lain.
Dia mencontohkan tentang implementasi kebijakan transportasi ramah lingkungan dengan mendorong peningkatan penggunaan Non Motorized Transportation (NMT). Kondisi saat ini, menurut Polana, lebih memberikan peluang untuk mendorong jalan kaki dan bersepeda menjadi pilihan masyarakat bertransportasi untuk jarak-jarak yang terjangkau dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
"Pemanfaatan Non Motorized Transportation juga dapat dilakukan pada tahapan first mile maupun last mile saat menggunakan angkutan umum massal," tutur Polana.
Bahkan bagi para pengguna sepeda, saat ini BPTJ tengah menyiapkan fasilitas bagasi gratis bagi pengguna Jabodetabek Residence Connexion (JR Connexion) yang membawa sepeda lipat. "Dengan rencana tersebut, pengguna bus yang tinggal di kawasan Jabodetabek dapat membawa sepeda untuk digunakan pada tahapan first mile dan last mile setelah menggunakan angkutan umum massal," jelas Polana.
tulis komentar anda