Perusahaan Asal Rusia Garap Blok Migas di Laut Natuna

Kamis, 22 Oktober 2020 - 18:03 WIB
Perusahaan migas Zarubezhneft, BUMN milik Rusia, melalui anak usahanya ZN Asia LTd, masuk ke Indonesia dengan mengakuisisi 50% Partisipasi Interes Premier Oil di KBH blok Tuna Kepulauan Natuna. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Di tengah wabah Covid-19 dan masih rendahnya harga minyak dunia, ternyata tidak menyurutkan minat perusahaan kelas dunia untuk berinvestasi di Indonesia. Kali ini perusahaan migas Zarubezhneft, suatu badan usaha milik negara (BUMN) milik Pemerintah Federasi Rusia, melalui anak perusahaannya ZN Asia LTd, masuk ke Indonesia dengan mengakuisisi 50% Partisipasi Interes Premier Oil di Kontrak Bagi Hasil (KBH) blok Tuna Kepulauan Natuna .

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto menyampaikan, masuknya investor BUMN Rusia ke Indonesia menunjukkan bahwa iklim investasi di bidang usaha hulu migas di Indonesia masih menarik dan prospektif.

“Meskipun secara global terjadi penurunan investasi rata-rata sekitar 30% karena wabah Covid-19 yang menyebabkan turunnya konsumsi migas. Kita patut bersyukur, investasi di Indonesia relatif lebih baik dengan penurunan investasi di Indonesia diperkirakan hanya sekitar 18%," kata Dwi di Jakarta, Kamis (22/10/2020).



(Baca Juga: Ketidakpastian Investasi Migas dalam UU Cipta Kerja )

SKK Migas memberikan apresiasi kepada Premier Oil yang berhasil menggandeng patner dari Rusia ini. "Langkah ini akan semakin memperkecil rIsiko investasi dan meningkatkan keberhasilan pengelolaan blok Lapangan Tuna melalui sinergi dan kolaborasi keunggulan masing-masing pihak dalam mengelola blok lapangan Tuna," ungkapnya.

Dia meyakini, lapangan Blok Tuna sudah semakin dekat menyelesaikan tahapan eksplorasi untuk selanjutnya akan diajukan Plan of Development (POD) dan dapat berkontribusi menambah produksi migas (minyak dan gas bumi) di Indonesia.

“Selain aspek ekonomi, lapangan blok Tuna memiliki peran yang strategis secara geopolitik, karena letaknya berbatasan dengan Vietnam dan berada dekat dengan laut China Selatan yang saat ini menjadi fokus geopolitik berbagai negara. Beroperasinya blok Tuna akan semakin memperkuat kedaulatan Indonesia di wilayah tersebut,” pungkas Kepala SKK Migas.

Blok Tuna adalah wilayah Kerja migas di lepas pantai Indonesia yang terletak di Laut Natuna di sebelah perbatasan Vietnam dengan kedalaman air sekitar 110 meter. KBH Tuna ditandatangani dan berlaku sejak 21 Maret 2007. Premier Oil sebagai operator saat ini memegang 100% partisipasi interes di wilayah kerja tersebut.

(Baca Juga: Tingkat Risiko Investasi Migas Tinggi Jadi Tantangan, Ini Jurus Menteri Arifin )

KBH Tuna telah melakukan kegiatan akuisisi seismik 2D dan 3D, pengeboran empat (4) sumur eksplorasi; Gajah Laut Utara-1 dan Belut Laut-1 pada tahun 2011 dan Kuda Laut-1 dan Singa Laut-1 pada tahun 2014. Sehingga semua komitmen eksplorasi telah terpenuhi. Penemuan hidrokarbon di sumur Kuda Laut-1 dan Singa Laut-1 yang secara struktur berada bersebelahan, kemudian diberi nama lapangan Tuna, dengan sumber daya sebesar 104 mmboe (2P) didominasi gas yang tinggi kandungan kondensat dengan kandungan CO2 kurang dari 2%.

Untuk meningkatkan nilai keekonomian pengembangan blok Tuna, karena fasilitas produksi terdekat yang berada di perairan Indonesia adalah di wilayah kerja Natuna Sea Block A yang berjarak + 385 km, sehingga pengembangan lapangan Tuna bisa menjadi tidak ekonomis jika memakai fasilitas tersebut serta blok Tuna lebih dekat dengan fasilitas yang ada milik Vietnam.

Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Vietnam telah melakukan Memorandum of Understanding (MoU) yang pada intinya gas dari blok Tuna akan dikerjasamakan dengan mitra dari Vietnam antara Premier Oil dan Vietnam Oil and Gas Group.
(akr)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More