BRG Gandeng Chevron Beri Pelatihan ke Petani Gambut
Jum'at, 23 Oktober 2020 - 23:59 WIB
JAKARTA - Badan Restorasi Gambut (BRG) dan PT Chevron Pacific Indonesiamenggelar Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar di Desa Sintong Pusaka, Kecamatan Tanah Putih, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Kegiatan ini diikuti 20 orang dari 10 desa di sekitar area gambut yang tersebar di Kabupaten Rokan Hilir dan Kabupaten Siak.
Menurut Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRG, Suwignya Utama dalam sambutannya, Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar dilatarbelakangi oleh maraknya kebakaran di lahan gambut. kegiatan ini diharapkan dapatmenjadi solusi bagi masyarakat dalam mengolah lahannya.
"Kami berikan untuk menjawab permasalahan petani. Petani masih sangat tergantung pada lahan sebagai sumber penghasilan. Adanya larangan membakar mempersulit mereka. Untuk itu, petani gambut dilatihmengelola lahan dengan pertanian alami yang ramah lingkungan dan menggunakan pupuk alami," kata Suwignya dalam keterangan rilisnya di Jakarta, Jumat (23/10/2020).
Suwignya juga mengatakan, basis pengembangan Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar adalah kearifan lokal dari desa-desa di sekitar wilayah restorasi gambut. Kegiatan ini merupakan bagian dari Desa Peduli Gambut (DPG). Saat ini, totalnya ada 624 DPG yang dibangun oleh BRG dan mitra restorasi.
Bagi Sukamto Thamrin, GM Corporate Asset PT Chevron Pacific Indonesia, kegiatan ini merupakan perwujudan dari nilai yang dianut Chevron, yaitu melindungi manusia dan lingkungan. Sukamto berharap kegiatan pelatihan ini bisa menjadi percontohan bagi masyarakat lain untukmengelola lahan tanpa membakarnya. "Semoga kegiatan mengelola lahan tanpa membakar berdampak positif dan masyarakat lain bisa menduplikasinya," ucap dia.
Harapan serupa digaungkan oleh Manajer Senior Hubungan Kelembagaan Bisnis SKK Migas, Safei Syafri, kegiatan ini perlu dicontoh oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lainnya. Terutama dalam menyusun pola sinergi antara pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya. "Ini bagian dari sejumlah besar inisiatif dalam membangun keberlanjutan sektor hulu migas, menyediakan transparansi dan akuntabilitas petani lahan gambut, dan meningkatkan ekonomi masyarakat, serta lingkungan hidup yang baik," tambah Safei.
Apresiasi juga diberikan oleh Kepala Dinas KLH dan Kehutanan Provinsi Riau, Makmun Murod. "Kegiatan ini baik sekali. Semoga pelatihan ini dapat menjadi awal koordinasi dan diskusi dalam program restorasi gambut," kata Makmun.
Pelatihan yang diadakan selama empat hari ini akan membekali peserta tentang pentingnyamenjaga gambut dan teknik pengelolaan yang ramah lingkungan. Tidak tanya itu, peserta juga akan langsung praktik mengelola lahan dan menanam bibit di areal demonstrasi plot (demplot) menggunakan alat pertanian yang diberikan. Bantuan peralatan tersebut berupa mesin pencacah multifungsi, pompa air, dan alattebas, serta cangkul.
Menurut Kelompok Kerja Edukasi dan Sosialisasi BRG, Suwignya Utama dalam sambutannya, Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar dilatarbelakangi oleh maraknya kebakaran di lahan gambut. kegiatan ini diharapkan dapatmenjadi solusi bagi masyarakat dalam mengolah lahannya.
"Kami berikan untuk menjawab permasalahan petani. Petani masih sangat tergantung pada lahan sebagai sumber penghasilan. Adanya larangan membakar mempersulit mereka. Untuk itu, petani gambut dilatihmengelola lahan dengan pertanian alami yang ramah lingkungan dan menggunakan pupuk alami," kata Suwignya dalam keterangan rilisnya di Jakarta, Jumat (23/10/2020).
Suwignya juga mengatakan, basis pengembangan Sekolah Lapang Pengelolaan Lahan Tanpa Bakar adalah kearifan lokal dari desa-desa di sekitar wilayah restorasi gambut. Kegiatan ini merupakan bagian dari Desa Peduli Gambut (DPG). Saat ini, totalnya ada 624 DPG yang dibangun oleh BRG dan mitra restorasi.
Bagi Sukamto Thamrin, GM Corporate Asset PT Chevron Pacific Indonesia, kegiatan ini merupakan perwujudan dari nilai yang dianut Chevron, yaitu melindungi manusia dan lingkungan. Sukamto berharap kegiatan pelatihan ini bisa menjadi percontohan bagi masyarakat lain untukmengelola lahan tanpa membakarnya. "Semoga kegiatan mengelola lahan tanpa membakar berdampak positif dan masyarakat lain bisa menduplikasinya," ucap dia.
Harapan serupa digaungkan oleh Manajer Senior Hubungan Kelembagaan Bisnis SKK Migas, Safei Syafri, kegiatan ini perlu dicontoh oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lainnya. Terutama dalam menyusun pola sinergi antara pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya. "Ini bagian dari sejumlah besar inisiatif dalam membangun keberlanjutan sektor hulu migas, menyediakan transparansi dan akuntabilitas petani lahan gambut, dan meningkatkan ekonomi masyarakat, serta lingkungan hidup yang baik," tambah Safei.
Apresiasi juga diberikan oleh Kepala Dinas KLH dan Kehutanan Provinsi Riau, Makmun Murod. "Kegiatan ini baik sekali. Semoga pelatihan ini dapat menjadi awal koordinasi dan diskusi dalam program restorasi gambut," kata Makmun.
Pelatihan yang diadakan selama empat hari ini akan membekali peserta tentang pentingnyamenjaga gambut dan teknik pengelolaan yang ramah lingkungan. Tidak tanya itu, peserta juga akan langsung praktik mengelola lahan dan menanam bibit di areal demonstrasi plot (demplot) menggunakan alat pertanian yang diberikan. Bantuan peralatan tersebut berupa mesin pencacah multifungsi, pompa air, dan alattebas, serta cangkul.
(nng)
tulis komentar anda